Belum lagi soal Ahok kafir. Ini menurut saya, bukan pandangan Islam secara keseluruhan, ini merupakan pandangan sekelompok orang yang punya kepentingan kemudian mengatasnamakan Islam.
Haram bagi umat Islam memilih pemimpin kafir. Ayat ini, baru terdengar akhir-akhir ini. Ironi, ketika khutbah-kutbah jumat disampikan, lebih baik memilih pemimpin yang korupsi tetapi islam dari pada jujur amanah tetapi kafir.
Bagi saya ini penghinaan atas Islam. Seolah-olah Islam membolehkan kita untuk korupsi. Apa mungkin mereka tidak membaca ayat tentang larangan korupsi.
Sebelum si Ahok kafir ini jadi Gubernur, tidak ada Gubernur sebelum-sebelumnya yang menggusur Kalijodo yang notabenenya adalah tempat pelacuran. Kemana?
Ahok kafir, tetapi tindakan dan caranya memimpin sebagaimana yang dianjurkan oleh Islam. Lantas kenapa? Teriakan kelompok-kelompok tertentu membuat gerah. Kita tau bahwa mereka mewakili kepentingan kelompok-kelompok poltik lainya, bukan mewakili Islam itu sendiri. Mereka menjual ayat-ayat Al-Quran demi kepentingan politik mereka.
Imam Ali pernah ditanya, “mana yang lebih baik menurutmu, peimpin kafir yang jujur dan amanh atau pemimpin Islam yang zalim” Imam Ali menjawab “pemimpin kafir yang amanah. Kekafiranya hanya untuk dirinya, sedangkan amanahnya menyangkut semua umat , sebaliknya pemimin Islam yang zalim, islamnya hanya untuk dirinya, kezalimanya menyangkut semua umat”
Kemiskinan memang harus diberantas. Tentu dengan kesadaran dan kebesaran hati untuk memberantasnya. Pemimpin yang baik selayaknya memang menaikan taraf kehidupan masyaraktnya dengan kebijakan-kebijakan yang pro rakyat. Memeberikan fasilitas yang memadai, memciptakan lapangan pekerjaan.
Tetapi ketika Ahok mecoba melakukan hal yang sedemikian rupa, banyak diantara mereka yang notabenenya tidak pernah tau kehidupan sebenranya orang miskin, memanfaatkan kemiskinan orang miskin di Jakarta. Mereka bertindak seolah membela orang miskin, tetapi sesungguhnya mereka mempertahankan kemiskinan orang miskin di Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H