Mohon tunggu...
Fans Layar Kaca
Fans Layar Kaca Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hobi Futsal

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Broken Home Dapat Mengganggu Kesehatan Mental Anak

17 Desember 2022   13:29 Diperbarui: 17 Desember 2022   13:51 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Broken Home Dapat Mengganggu Kesehatan Mental Anak


Anak broken home juga rentan mengalami depresi dan gangguan kecemasan. Jika tidak ditangani dengan baik, kondisi ini bisa meningkatkan risiko anak untuk mengalami gangguan kepribadian, menyalah gunakan narkoba, hingga melakukan percobaan bunuh diri.

Pengalaman broken home bisa membuat anak hidup di bawah trauma emosional. Anak menjadi Anti-sosial, agresif, dan bahkan rentan melakukan kekerasan. Anak atau remaja yang yang orang tuanya bercerai, pisah, ataupun broken home bisa mengalami masalah kesehatan mental.

Anak yang tumbuh di keluarga broken home biasanya lebih suka berada di luar rumah. Mereka beranggapan lebih nyaman berada di luar rumah dibandingkan suasana rumah yang membuat mereka tidak nyaman. Tak sedikit dari mereka akan mengulur-ulur waktu untuk kembali ke rumah saat sedang bersama teman-temannya.

Jika hal itu terjadi kemungkinan besar dapat membahayakan kesehatan mental anak. Oleh karenanya, sangat penting untuk memberikan perawatan dan pengobatan.

Kondisi perpecahan pada struktur keluarga ini tentu dapat berdampak buruk bagi perkembangan dan kesehatan mental anak. Broken home dapat menyebabkan anak merasa kehilangan peran penting keluarga di hidupnya, merasa stres, tertekan, hingga merasa dirinya yang menjadi penyebab perpisahan tersebut.

Cara mengatasi anak broken home:
1. Bertanggung jawab
2. Ajak anak untuk selalu berfikir postif
3. Membangun kepercayaan anak
4. Membangun kembali hubungan Komunikasi anak dan orang tua
5. Belajar memaafkan dan tidak mengungkit kesalahan anak.

Penulis: Shifa Lavenia Putri 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun