Mohon tunggu...
Afand Fathur Rozi女
Afand Fathur Rozi女 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya masih Mahasiswa

Halo saya afand, bisa di panggil fannzz, hobi saya bermain game dan bermain badminton

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gerakan Radikalisme Agama

9 Oktober 2024   23:30 Diperbarui: 9 Oktober 2024   23:30 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gerakan radikalisme agama adalah fenomena yang telah menjadi perhatian global dalam beberapa dekade terakhir. Ia melibatkan individu atau kelompok yang memegang pandangan agama yang ekstrem, sering kali di luar konsensus utama ajaran agama tersebut. Kelompok-kelompok ini biasanya menolak pluralisme dan keragaman, menganggap bahwa hanya pandangan mereka yang benar dan sering kali menggunakan kekerasan sebagai cara untuk memaksakan ideologi mereka. Fenomena ini tidak terbatas pada satu agama tertentu, tetapi dapat terjadi di berbagai keyakinan agama ketika elemen-elemen ekstremis dalam komunitas tersebut mencoba untuk mendominasi atau merubah masyarakat sesuai dengan pemahaman mereka.

Ciri-Ciri Gerakan Radikalisme Agama

Interpretasi Sempit dan Eksklusif: Salah satu ciri utama dari gerakan radikalisme agama adalah interpretasi sempit dari teks-teks agama. Para radikal biasanya menafsirkan ajaran agama secara harfiah dan tidak memberikan ruang untuk interpretasi lain atau dialog antaragama. Mereka mengklaim bahwa pandangan mereka adalah satu-satunya yang benar, dan siapa pun yang tidak setuju dianggap sebagai musuh atau kafir. Ini menciptakan pola pikir "kami melawan mereka" yang menjadi landasan konflik.

Penolakan terhadap Pluralisme: Gerakan radikal sering menolak gagasan pluralisme agama atau pandangan yang berbeda. Mereka melihat perbedaan sebagai ancaman terhadap kemurnian agama mereka. Hal ini membuat mereka cenderung tidak toleran terhadap kelompok agama lain, bahkan terhadap sesama penganut agama yang memiliki interpretasi berbeda. Mereka ingin membentuk masyarakat homogen yang tunduk pada aturan dan norma yang mereka tetapkan.

Kekerasan sebagai Alat Utama: Salah satu aspek paling berbahaya dari gerakan radikalisme agama adalah kecenderungan mereka menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan. Kekerasan dipandang sebagai cara yang sah dan bahkan mulia untuk memaksakan kehendak mereka. Banyak kelompok radikal yang terlibat dalam tindakan terorisme, termasuk bom bunuh diri, penculikan, dan serangan terhadap orang-orang yang mereka anggap sebagai musuh agama. Kekerasan ini sering kali dilihat sebagai bagian dari perang suci atau jihad, meskipun banyak ulama dan pemimpin agama yang mengutuk tindakan semacam itu sebagai penyalahgunaan ajaran agama.

Dehumanisasi Kelompok Lain: Gerakan radikal agama sering kali memanipulasi ajaran agama untuk membenarkan dehumanisasi kelompok-kelompok lain, baik berdasarkan agama, etnis, maupun ideologi. Dengan menganggap pihak lain sebagai "bukan manusia" atau "kafir," mereka membenarkan perlakuan kejam terhadap kelompok tersebut. Pandangan ini membuat tindakan seperti pembunuhan, pemerkosaan, atau pengusiran paksa menjadi lebih mudah dilakukan tanpa rasa bersalah.

Propaganda dan Rekrutmen: Gerakan radikalisme agama sangat ahli dalam menggunakan propaganda untuk menyebarkan ideologi mereka. Media sosial, video, khotbah ekstremis, dan literatur radikal sering kali digunakan untuk menarik perhatian orang-orang muda yang rentan dan frustrasi dengan kondisi sosial atau ekonomi. Radikalisasi sering kali terjadi secara perlahan, dengan individu yang mulai tertarik pada pesan-pesan radikal melalui diskusi online atau kelompok-kelompok tertutup. Proses rekrutmen ini menargetkan orang-orang yang merasa terpinggirkan atau tidak puas dengan status quo.

Penolakan terhadap Hukum dan Negara Sekuler: Sebagian besar gerakan radikal menolak legitimasi pemerintah sekuler atau non-agama. Mereka berusaha menggulingkan sistem politik yang ada untuk menggantinya dengan sistem teokrasi, di mana hukum agama (syariah, misalnya) menjadi dasar dari segala kebijakan publik. Ini menyebabkan mereka sering kali berkonflik dengan otoritas negara, dan dalam beberapa kasus, terlibat dalam pemberontakan atau kegiatan militan.

Faktor-Faktor Penyebab Munculnya Radikalisme Agama

Radikalisme agama tidak muncul dalam ruang hampa. Ada banyak faktor yang bisa mendorong individu atau kelompok menjadi radikal. Beberapa faktor tersebut antara lain:

Ketidakpuasan Sosial-Ekonomi: Kemiskinan, ketidakadilan, dan marginalisasi sosial sering kali menjadi lahan subur bagi radikalisme. Individu-individu yang merasa tidak memiliki harapan dalam sistem yang ada dapat dengan mudah tertarik pada gerakan radikal yang menawarkan solusi total dan radikal terhadap masalah mereka. Pesan radikal yang menjanjikan perubahan total melalui revolusi agama dapat menarik perhatian mereka yang merasa putus asa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun