Mohon tunggu...
Fanny Wardani
Fanny Wardani Mohon Tunggu... Mahasiswa - fanny wardani

Mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Gender dari Film " Balika Vadhu ( Anandhi)"

29 Desember 2021   12:10 Diperbarui: 29 Desember 2021   12:15 788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film yang berjudul Balika Vadhu / anandhi ini disutradarai oleh sidharth senguputa  dan tayang pertama kali diindonesia Tahun 2016. Film ini bercerita tentang seorang gadis bernama "Anandhi" yang masih berusia 8 tahun, menikah dengan Jagdish. Sedangkan Jagdish adalah cucu dari Kalyani Kalyani sendiri merupakan janda yang masih sangat percaya akan tahayul dan juga menjunjung tinggi nilai ritual.Kalyani memiliki putra Bairav dan Vasant Bairav sendin menikah dengan Sumitra dan memiliki dua orang anak bernama Jagdish dan Suguna.Sedangkan Vasant adalah sososk duda yang belum memiliki anak.

            Genha merupakan istri kedua dari Vasant. Mereka juga menikah saat masih diusia belia, Genha memiliki sikap yang kurang baik kepada mertuanya atau orang tua dari Vasant.Karena sikapnya itulah Kalyani mengancam untuk mengusir Genha dari rumah. Karena Genha masih hamil mengandung anak Vasant, maka Vasant membela didepan kalyani yang mana merupakan ibu kandungnya.Kembali ke pemeran utama Anandhi. Kalyani (nenek Jagdish) berencana menikahkan Jagdish dengan seorang gadis bernama Gauri, saat Jagdish masih menikah dengan Anandi, karena itulah Kepala Desa menolak rencana itu dan menyatakan itu ilegal.Karena Jagdish dan Anandi sedang dalam metamorfosa remaja dan mengalami perubahan, keluarga mereka memutuskan bahwa mereka harus menjauh satu sama lain sampai mereka berdua dewasa, walaupun kodisinya mereka sudah menikah dan menjadi suami istri.

Film ini mengisahkan perjuangan seorang perempuan untuk memperoleh kesetaraan dan keadilan gender yang hidup dalam masyarakat yang menjunjung tinggi budaya patriarki bahkan ia sendiri menjadi korban budaya tersebut melalui perkawinannya di usia anak-anak . Permasalahan gender dibangun dalam cerita anandi ini mengarah kepada perilaku ketidakadilan gender dalam bidang pendidikan, kepemimpinan dan peran perempuan dalam rumah tangga.film ini menggambarkan budaya patriarki yang kental dari negara drama ini dibuat, yakni India. Kesenjangan gender yang dibangun dalam alur cerita ini mengarah kepada perilaku ketidakadilan gender, seperti kekerasan, pendidikan, dan kepemimpinan.

Adapun bentuk bentuk ketidakadilan gender yang terlihat didalam film anandi ini yaitu adanya stereotipe, marjinalisasi,kekerasan, beban kerja, dan subordinasi. Berikut gambaran bentuk bentuk ketidakadilan dalam film anandhi :

  • Strereotipe : Merupakan pelabelan yang melekat pada jenis kelamin dan berhubungan dengan fungsi dan perannya yang tidak mengandung kebenaran mutlak. Contohnya dalam film anandi digambarkan seperti perempuan yang lemah, cengeng, terlihat ketika seorang paman berkata bahwa ketika seorang guru mengancam mereka untuk dilaporkan, paman tersebut berkata " dia hanya seorang wanita ". Dari kata tersebut kita bisa menilai bahwa seorang paman itu menganggap wanita itu lemah dan tidak berdaya
  • Marjinalisasi : suatu proses peminggiran akibat perbedaan jenis kelamin yang mengakibatkan kemiskinan. Perempuan tidak dapat berkontribusi dalam satu aspek atau bidang pekerjaan karena stereotip tertentu mencakup melekat pada perempuan contohnya dalam film anandi ini adalah perempuan dianggap lemah sehingga pekerjaan berat hanya dapat dilakukan oleh laki-laki dan jika dilakukan oleh perempuan maka dinilai akan menghambat pekerjaan tersebut.
  • Kekerasan atau violence Terjadi karena perempuan atau laki-laki dianggap lemah dan ditundukkan atau karena adanya narasi tubuh perempuan sebagai objek seksual contohnya yaitu kekerasan fisik seperti dipukul ditampar. Dan juga terlihat kekerasan di film anandhi ini ketika orang orang desa tersebut tidak menerima guru wanita itu berada didesanya, mereka menghancurkan rumah guru tersebut, dan dipaksa untuk keluar dari desa.
  • Beban kerja Merupakan tanggung jawab secara berlebihan yang seharusnya dapat dilakukan pembagian tugas antara laki-laki dan perempuan. Contoh dalam film anandhi seorang perempuan ketika menjadi istri hanya melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci, melayani kebutuhan suami.
  • Subordinasi ini artinya suatu penilaian atau anggapan bahwa suatu peran yang dilakukan oleh satu jenis kelamin lebih rendah dari yang lain. Subordinasi yang terlihat didalam film anandhi yaitu dimana seorang guru wanita menolak agar anandhi tidak dijodohkan. Tetapi karena dianggap perempuan tidak memiliki hak untuk menceramahi dan mengatur keputusan mereka.

Kesimpulan yang dapat diambil yaitu Yang melanggengkan ketidakadilan gender dalam film anandhi yaitu ideologi patriarki dengan menempatkan perempuan seperti halnya dalam isi media yang lain, tersubordinat, emosional, tidak mandiri. Sementara laki-laki sebaliknya. Di Jaithsar, desa Anandhi Tinggal, masih banyak warga yang mengikuti adat pernikahan dini, dan juga masih menutup mata akan pentingnya pendidikan terkhusus untuk perempuan. Di Jaithsar, warga warganya masih banyak yang berpandangan bahwa anak perempuan tidak penting memiliki pendidikan yang tinggi, mereka menganggap bahwa perempuan yang pandai memasak dan mengurus urusan rumah tangga adalah perempuan yang baik dan layak untuk dijadikan istri. Mereka masih berfikiran bahwa tujuan utama  perempuan dalam hidup tak lain dan tak bukan hanya mengurus urusan rumah tangga, anak-anak, suami, dan keluarga suaminya saja.

Dari film diatas terlihat bahwa film ini menganut teori feminisme , Anandhidengan keberaniannya mulai mendobrak budaya- budaya yang dianggapnya tidak rasional tersebut. Ia juga mulai melebarkan sayapnya dengan mendirikan sekolah untuk perempuan. Memberikan pendidikan kepada perempuan- perempuan di Jaitsar. Apa yang Anandhi usahakan, lama- kelamaan berbuah manis, konsep kesetaraan yang ia bangun di desanya pun diterima dan berkembang. Perempuan- perempuan tanpa was- was bisa bersekolah dan memperoleh pendidikan. Janda- janda diberdayakan dan dibina menjadi pribadi- pribadi yang mandiri. Mereka memperoleh pendidikan dan keterampilan yang membuatnya mampu berdikari. Kekerasan terhadap perempuan yang kerap terjadi di desanya pun berangsur- angsur lenyap.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun