Mohon tunggu...
Fanny NorvitaSalim
Fanny NorvitaSalim Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ogoh-ogoh, Bukan Hanya Seni Semata

7 Maret 2022   22:25 Diperbarui: 7 Maret 2022   22:28 1025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pulau Bali semakin terkenal dikalangan masyarakat, baik nasional maupun internasional. Pulau Bali menjadi sangat terkenal karena faktor dari keindahan setiap pantai yang dimiliki, penduduk yang ramah, kebudayaan yang unik, dan lain sebagainya. 

Faktor tersebut dapat terjadi karena masih adanya hubungan yang era antara kesenian, agama, adat yang menjadi satu kesatuan untuk setiap para masyarakat asli. 

Bagi para umat Hindu di Bali, mereka memandang alam semesta merupakan sebuah kehidupan yang diumpamakan seperti layaknya manusia. Sebagai contoh sebuah tanah dianggap sebagai ibu pertiwi, angkasa sebagai bapak, bulan seperti dewi ratih. 

Segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan memiliki jiwa. Konsep Tri Hita Karana merupakan sebuah jalinan hubungan yang harmonis untuk manusia dan manusia, manusia dan alam, manusia dan penciptanya. 

Untuk menghargai setiap ciptaan yang ada serta menjalin hubungan yang lebih harmonis, harus diadakan adanya sebuah pengorbanan atau yang biasanya dikenal dengan sebutan yadnya. Hal tersebut juga berhubungan dengan kesenian, baik itu seni rupa, seni tari, seni karawitan, seni sastra, dan lain sebagainya.

Ogoh-ogoh di Bali adalah sebuah rangkaian yang berbentuk kesenian dan berkaitan dengan upacara agama Hindu yang tekah dilaksanakan serentak oleh para umat Hindu. Pelaksanaan upacara ini selalu pasti diadakan sehari sebelum hari besar nyepi (pengerupukan). 

Upacara ini diikuti dengan adanya atraksi kesenian yang merupakan arak-arakan patuh ogoh-ogoh oleh masing-masing desa. Kesenian ogoh-ogoh adalah sebuah karya spirit yang memiliki sebuah perilaku dengan nilai spirit yang tinggi dan spirit yang memiliki kesenian. 

Kita dapat melihat kenyataan pada zaman sekarang bahwa kesenian patung ogoh-ogoh ini mengalami perkembangan yang sangat pesat baik keberadaanya dan keragaman kreasi yang ditampilkan. 

Karya seni ogoh-ogoh merupakan sebuah karya seni yang dapat dibilang atraktif karena ogoh-ogoh tidak hanya sebuah karya seni yang berbentuk onggokan tetapi juga merupakan sebuah karya tiga dimensi dan diarak rama-ramai dengan adanya ekspresi gerak yang dinamis. Selain itu karya seni ogoh-ogoh memiliki nilai artistik, nilai estetis, dan nilai filosofis.

Berdasarkan Kamus Bahasa Bali, Ogoh-ogoh dapat diartikan sebagai sejenis patung yang dibuat hanya dari bambung dan kertas berbentuk buta kala atau raksasa (Dispendas Prov. Bali, 1991, hal: 473). 

Kesenian ogoh-ogoh tidak hanya dipentaskan di daerah Bali saja. Karya seni ini pernah ditampilkan sebagai sebuah atraksi yang bersifat profan untuk sebauh pentas budaya dalam sebuah kegiatan tertentu. 

Ogoh-ogoh pernah ditampilkan di Taman Wisata Jaya Ancol, Jakarta. Selain itu pernah ditampilkan di Medan, Palembang, Semarang, Ambon, Mataram, Jaya Pura, dan kota besar lainnya di Indonesia (Widnyani: 2012). Laporan media mengatakan bahwa kesenian ogoh-ogoh ini pernah ditarikan di London, Melbourne, Tokyo, New York, Korea Selatan, dan negara-negara besar lainnya (Widnyani: 2012). 

Untuk bentuk visualisasi ogh-ogoh sendiri bermacam-macam dan juga bahan dalam proses pembuatan terbuat dari berbagai macam variasi bahan yang murah dan mudah didapat. Contohnya adalah kayu dan bamboo yang menjadi bahan dasar dari rangka ogoh-ogoh. 

Kemudian setelah rangka telah jadi dapat dilapisi dengan kertas atau plastik. Kemudian setelah semua jadi, ogoh-ogoh dapat diberkan cat atau pewarna. 

Bentuk pada visualisasi ogoh-ogoh sendiri dibuat dengan berbagai variasi sesuai dengan kekokohan dengan berbagi macam ukuran. Hiasan yang ada pada ogoh-ogoh adakah seperti penutup kepala (gelung), hiasan tangan (gelang kana), hiasan leher (badong), pakaian tubuh (wastra), dan lain sebagainya.

Saya setuju berdasarkan apa yang ditulis di jurnal dengan judul "Seni Ogoh-ogoh (Konteks,Teks, dan Efek)" yang telah ditulis oleh I Wayan Gunawan. Bagaimana ia mempresentasikan bahwa seni ogoh-ogoh bukan hanya sebuah budaya yang harus dilanjutkan saja tetapiterdapat makna yang penting dibalik itu semua. Hal ini dapat dikaitkan dengan teori transedental. 

Teori tersebut menggambarkan bagaimana kita sebagai manusia dapat berkomunikasi dengan Tuhan melalui sebuah objek dan sebuah visualisasi. Selain itu dapat disebutkan bahwa ketidakmampuan kita sebagai manusia berhubungan langsung dengan Tuhan melalui batiniah dapat menimbulkan cara lain agar dapat menuju alam Ketuhanannya.

Daftar Pustaka:

I Wayan Gunawan. (2016). Seni Ogoh-ogoh (Konteks, Teks, dan Efek)

Widnyani, N. (2012). Ogoh-ogoh. Surabaya: Paramita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun