Mohon tunggu...
Fanny Putri Prayudia
Fanny Putri Prayudia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar / Mahasiswa

Saya adalah Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Program Studi Kesejahteraan Sosial.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Amar Ma'ruf

30 Juni 2024   17:55 Diperbarui: 30 Juni 2024   18:45 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bismillahirahmanirrahim...

Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh...

Alhamdulillahi rabbil 'alamin, wa shalatu wa assalamu 'ala asyrafil al-anbiya wal mursalin wa 'ala alihi wa shahbihi ajma'in.  Amma ba'du

Puji syukur terhadap kehadirat Allah SWT. Tuhan Pencipta Alam, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat berupa iman, islam serta ihsan kepada kita. 

Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW., Rahmatan lil 'alamin beserta keluarga dan para sahabat beliau.

Sering kali kita mendengar kata Amar Ma'ruf dalam keseharian kita. Apa sebenarnya makna dari amar-ma'ruf itu bagi kehidupan kita ini?.  

Amar ma'ruf yang berasal dari bahasa Arab memiliki arti menyeru kebaikan atau mengajak pada jalan yang baik dan benar, ini dapat dikatakan sebagai prinsip yang harus dipegang oleh seluruh ummat manusia. Kebaikan itu datanya dari hati yang menggerakan seseorang untuk bertindak dengan bijak agar tidak melakukan tindakan yang bertolak belakang.

Namun, kadang kebaikan itu sering dipermainkan oleh orang-orang yang tidak dapat menghargai kebaikan seseorang. Banyak orang yang mengartikan kebaikan adalah hal sepele yang bisa didapatkan semua orang, namun faktanya tidak semua orang mendapatkan perlakuan baik pula atas kebaikannya sendiri. 

Padahal, setiap ada seseorang yang berbuat baik, maka sewajarnya kebaikan itu dibalas, karena tidak ada balasan yang setimpal dari kebaikan itu sendiri. 

Maka Allah SWT bersabda dalam Surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi :

وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ ۝١٠٤

Artinya : Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru pada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Sudah jelas bahwa sabda Allah ini ditunjukkan kepada ummat-Nya agar berbuat kebaikan, serta harus mengajak orang lain untuk berbuat baik pula. 

Allah menyuruh hamba-Nya untuk mengajak pada kebaikan karena kebaikan merupakan hal yang Allah sukai sehingga dikatakan dalam potongan ayat Ali Imran ayat 104 tersebut "Mereka itulah orang-orang yang beruntung". 

Beruntung dalam artian Allah memberikan pahala yang berlipat bahkan Allah bisa meringankan dosa-dosa hamba-Nya hanya dengan beramal baik. Bahkan banyak ayat-ayat Al-Qur'an yang berkaitan tentang berbuat kebaikan ini.

Dalam ayat tersebut Allah besabda untuk mencegah kemunkaran, artinya mencegah untuk melakukan perbuatan buruk. Allah melarang hamba-Nya berbuat kejahatan karena itu merupakan tindakan yang bisa merugikan diri sendiri bahkan dapat merugikan orang lain juga. 

Pada dasarnya berbuat atau bertindak kebaikan maupun kejahatan itu kembali pada diri masing-masing. Semua itu diawali dari niat sehingga seseorang dapat berbuat itu tergantung pada niat yang dipasang apakah itu untuk kebaikan atau kejahatan, dan yang mengetahui itu hanya diri sendiri dan Allah. 

Allah selalu mengawasi hamba-Nya dan Allah Maha Mengetahui apa yang akan atau yang telah dilakukan hamba-Nya. Maka dari itu, niat kembali pada diri masing-masing. 

Ada salah satu hadits Nabi Muhammad berkaitan dengan niat seorang hamba dalam bertindak yang menyangkut pada kebaikan, berikut adalah riwayat Nabi Muhammad SAW. :

   وَعَنْ أبي الْعَبَّاسِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَِّلب رَضِي الله عنهما، عَنْ رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، فِيما يَرْوى عَنْ ربِّهِ ، تَبَارَكَ وَتَعَالَى قَالَ : «إِنَّ الله كتَبَ الْحسناتِ والسَّيِّئاتِ ثُمَّ بَيَّنَ ذلك : فمَنْ همَّ بِحَسَنةٍ فَلمْ يعْمَلْهَا كتبَهَا اللَّهُ عِنْدَهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عِنْدَهُ حسنةً كامِلةً وَإِنْ همَّ بهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ عَشْر حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمَائِةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كثيرةٍ ، وَإِنْ هَمَّ بِسيِّئَةِ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كامِلَةً ، وَإِنْ هَمَّ بِها فعَمِلهَا كَتَبَهَا اللَّه سَيِّئَةً وَاحِدَةً» متفقٌ عليه                                                                                                                                                                              

Arti serta penjelasan terkait hadits tersebut, yaitu :

Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu'anhuma, dari Rasulullah SAW. tentang hadits yang beliau riwayatkan dari Rabb-nya Tabaraka wa Ta'ala. Beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah menulis kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan kemudian menjelaskannya :

  • Barangsiapa yang berniat melakukan kebaikan lalu tidak mengerjakannya, maka Allah menulis itu di sisi- Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna
  • Dan jika dia berniat mengerjakan kebaikan lalu mengerjakannya, maka Allah menulis itu di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus lipat hingga kelipatan yang banyak
  • Jika dia berniat melakukan keburukan lalu tidak jadi mengerjakannya, maka Allah menulis itu di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna                                      
  • Dan jika ia melakukan keburukan lalu mengerjakannya, maka Allah menulis itu sebagai satu keburukan.                                       

Poin pertama dalam riwayat tersebut dikatakan apabila ada seseorang yang hanya berniat untuk melakukan kebaikan namun, tidak dapat mengerjakannya, Allah mencatat niat tersebut sebagai satu kebaikan yang sempurna, sehingga niat yang tak dapat dikerjakan itu mendapat ganjaran dari Allah. 

Sebaliknya poin kedua menjelaskan berniat pada kebaikan serta turut melakukannya maka Allah bukan hanya menulisnya sebagai satu kebaikan melainkan Allah akan mencatatnya sebagai sepuluh kebaikan hingaa 700 kali lipat atau bahkan dengan kelipatan yang lebih banyak artinya Allah akan melipatgandakan pahala dari seseorang yang telah berniat baik serta melakukan niatnya tersebut.

Berbeda dari poin yang telah disebutkan, poin ketiga ini perihal niat jahat atau buruk, dikatakan bahwa seseorang yang berniat buruk namun, tidak melakukannya maka Allah akan mencatatnya sebagai satu kebaikan yang sempurna,

Sebaliknya apabila ada seseorang yang berniat jahat kemudian mengerjakan perbuatan jahat tersebut atas dasar niat yang telah ditetapkannya, Allah hanya menulis itu sebagai satu keburukan saja.

Contoh simple dalam kehidupan sehari-hari yaitu, ketika kita mungkin disakiti oleh seseorang berupa perlakuan kasar atau perkataan kasar dari orang tersebut, mungkin kita akan merasa kesal atau jengkel, lalu terbitlah niat untuk melakukan kejahatan yang sama

Tapi, berselang kejadian itu niat jahat itu goyah karena iman dan ihsan dari Allah maka niat jahat itu sirna digantikan dengan sikap ikhlas dan yakin seseorang itu pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah.

Sebaliknya apabila ada niat baik namun belum Allah kehendaki, maka ingatlah Allah akan membalas niat baik itu sebagai kebaikan yang sempurna juga.

Masya Allah...

Sungguh, Allah Maha Pemurah bagaimana tidak, seseorang yang hanya berniat kejahatan namun tidak dilakukan saja sudah dianggap sebagai satu kebaikan, walau kita tahu niat jahat itu tidak baik namun Allah masih memberikan hamba-Nya nikmat berupa pahala baik. 

Bahkan, seseorang yang berniat dan melakukan kejahatan hanya dicatat sebagai satu keburukan saja, padahal apabila Allah tidak Maha Pemurah, bisa saja Allah mencatat niat serta perbuatan buruk itu sebagai keburukan yang berkali lipat.

Walaupun Allah akan membalas kejahatan tersebut hanya dengan satu keburukan, kita tidak boleh menyepelekannya dan menganggap Allah akan mengampuninya lagi, kita harus sadar diri terhadap perbuatan yang telah dilakukan. Allah tidak akan segan memberikan teguran kepada hamba-Nya berupa ujian untuk memperbaiki diri kita.

 Tapi inilah Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, disaat Allah mengampuni kita maka kita harus selalu fokus untuk memperbaiki diri salah satunya melakukan kebaikan serta mengajak orang-orang pada kebaikan.

Maka dari itu, sebagai hamba-Nya amar ma'ruf adalah prinsip yang harus ditetapkan dalam hidup ini sebagai fondasi kehidupan agar terus dapat mendapat pahala kebaikan dari Sang Maha Kuasa. 

Semoga selanjutnya kita dapat mengamalkan perbuatan baik serta mengajak kebaikan kepada sekitar kita dan juga mencegah perilaku buruk dalam kehidupan ini agar Allah selalu menyertai jalan yang kita tempu. 

Aamiin...

"Berbuat baik dimanapun dan kapan pun walaupun belum bisa melaksanakannya setidaknya niat kita sudah baik, selanjutnya biar Allah yang membalas niat baik kita"

Mata Kuliah : Retorika 

Dosen Pengampu : Muhammad Firdaus BA., M.A., Ph.D

Nama : Fanny Putri Prayudia (76) 

Program Studi Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun