Dampak dan Penyaringan Hoax
Para penyusun hoax ini sadar betul bahwa salah satu kelemahan masyarakat Indonesia adalah menyimak ulang informasi serta memeriksa apakah informasinya betul atau tidak. Atas nama solidaritas, kekompakan terhadap kelompok, bahkan hingga penggerakan empati dan pengusungan donasi, setiap informasi diterima dan disebarkan tanpa berpikir ulang tadi. Kadang masyarakat berdalih sebaran informasi diterima dari orang yang biasanya menjadi Role models atau panutan, yang dituakan, serta berpendidikan tinggi, akan tetapi pada kenyataannya hal-hal tersebut tidak menjamin kebenaran suatu informasi. Hal inilah yang mungkin bagi sebagian orang dianggap tidak signifikan.
Hoax yang melibatkan kebohongan mengenai politik, agama, suku, dan etnis secara perlahan mengganggu stabilitas politik serta keberagaman yang sudah dijaga secara damai mempertimbangkan kultur, sosio, ekonomi, budaya masyarakat di Indonesia. Jumlah sebaran hoax mengenai 4 topik di atas tidak main-main karena menurut Indonesian Telematics Community jumlahnya telah mencapai 91.8 persen dan sebarannya akan terus bertambah karena kemudahan akses melalui gawai secara cepat. Sikap pemerintah Indonesia melalui aparatnya tidak hanya menjerat dengan UU ITE akan tetapi langsung menangkap aktor penyebar dan penyebab hoax serta menjeratnya dengan tuntutan hukum. Keseriusan ini seharusnya juga mendapatkan atensi dalam dari masyarakat tentang bagaimana seharusnya mereka bersikap ketika menerima dan membaca suatu informasi.
Kita juga perlu mengerti ketidakpahaman masyarakat dalam menyaring apakah suatu informasi bisa dikategorikan sebagai hoax atau bukan karena sebenarnya pemerintah Indonesia melalui kerjasama dengan berbagai komunitas telah membentuk jaringan anti hoax, seperti masyarakat anti hoax, masyarakat anti fitnah Indonesia, turn back hoax. Masyarakat anti fitnah Indonesia bahkan meluncurkan suatu aplikasi yang disebut hoax buster tools yang dapat diunduh melalui perangkat gawai pribadi.Â
Bahkan, lebih jauh lagi aplikasi ini dapat mendeteksi media sosial yang dianggap menyebarkan kabar bohong secara intens (Hoax Busting and Digital Hygiene). Hal ini sebenarnya yang perlu diakses serta diinformasikan kepada masyarakat karena suka atau tidak masyarakat yang akan menjadi gerbang informasi yang benar maupun yang salah serta meningkatkan daya kritis masyarakat dalam berpikir dan bertindak secara umum.