Perdamaian adalah proses yang selalu berevolusi, tentunya mengikuti tren serta akan banyak pelibatan adaptasi dari kondisi politik, sosio, ekonomi, dan budaya dimana masyarakat tinggal. Evolusi perkembangan tahapan perdamaian dari satu tempat belum tentu bisa cocok ketika diaplikasikan ke satu lokasi dengan perbedaan latar belakang konteks masyarakat yang bersangkutan. Karena hal itulah analisa konflik akan bisa berbeda dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Local wisdom atau kearifan lokal menjadi satu tahapan kritis dalam memahami kebutuhan masyarakat lokal yang bersangkutan.
Damai itu mungkin bagi sebagian kalangan adalah utopia. Sebuah kata yang nyaris terlalu indah karena semua tatanan kehidupan berjalan dengan apa yang diharapkan. Realita tidak mengatakan demikian karena akan selalu ada bentuk-bentuk ketidaksepakatan akan hal yang berjalan. Dalam narasi Galtung (1969) masih terdapat beberapa kekosongan menjembatani kekerasan sebagai upaya untuk mencapai kedamaian, seperti bagaimana hubungannya dengan masalah kesetaraan bagi masyarakat secara politik, ekonomi, sosial budaya? Apakah ada upaya pembiaran dari kelompok politik berkuasa untuk hal tersebut sehingga pada akhirnya kita sampai pada akhir pertanyaan yang nyata: apakah justru kita berperan dalam mentoleransi bentuk-bentuk kekerasan sehingga hal-hal tersebut dianggap wajar walau pun banyak terjadi bentuk pelanggaran di dalamnya.Â
Kita harus menyadari bahwa memang kekerasan suka atau tidak merupakan hal yang sebenarnya adalah bagian dari hidup kita. Akan tetapi, usaha untuk mereduksi kekerasan dalam berbagai macam bentuk bukan hal yang utopia atau naif untuk dicapai karena selayaknya kita semua perlu mencapai tahapan tersebut agar kita sebagai masyarakat dapat berkembang dengan layak dan sebagai bagian dari negara, maka tahapan reduksi kekerasan harus terus diupayakan oleh pemerintah untuk menjamin keamanan dan keseimbangan hidup masyarakat dan negara dalam konteks pembangunan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H