Tapi, kok dia perhitungan banget sama saya? Saya tidak pernah berharap dia membalas semua pertolongan dan kebaikan - kalau memang layak disebut kebaikan - yang pernah saya berikan karena yang namanya persahabatan tentu harus tulus. Tidak menghitung untung rugi. Tidak melihat apa yang bisa dia berikan. Saya lantas bertanya dalam hati : apakah arti persahabatan kami selama ini jika segala sesuatu dikalkulasi? Atau, mungkin persepsi kami - tentang definisi Hemat - memang berbeda.
Mungkin bagi teman saya, Hemat berarti segala sesuatu diperhitungkan sampai nilai terkecil. Tak peduli dengan siapapun dia berhadapan. Sementara menurut saya, Hemat berarti bisa mengendalikan diri dalam menggunakan uang yang kita miliki. Tidak jor-joran beli barang - yang tidak kita butuhkan - hanya karena ada sale besar-besaran.
Well, setiap orang boleh saja punya persepsi berbeda. Namun sebelum terlanjur menjadi kikir lantaran terlalu hemat, coba tanyakan pada diri sendiri : apakah dengan menghemat uang Rp.2.500,- akan membuat kita kaya raya? Apalagi, jika penghematan tersebut sifatnya incidental (seperti kasus nitip beli roti) dan bukan dalam rangka transaksi bisnis.
Akh, sudahlah....Saya tidak mau membesar-besarkan masalah. Saya mencoba menerima kekurangannya yang satu ini dan tetap berteman baik dengannya. Hanya saja, saya jadi waspada kalau sudah ngomong soal duit dengannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H