"Aku lelaki di balik pohon yang selalu menatapmu setiap kali kau berada di balik jendela." Bicaraku semakin ngaur, tapi gadis itu lagi-lagi hanya menoleh dan menatapku sesaat dan ia akan kembali sibuk pada tetes hujan. Hujan sepertinya lebih menarik dibandingkan dengan aku. Hujan reda kumudian ia akan segera kembali menghilang dari balik jendela.
"Kenapa kau selalu pergi setiap kali hujan reda? Apa kau tak pernah tertarik melihat pelangi yang akan hadir setelah hujan reda?" Kata-kata ku berhasil membuatnya berhenti melangkah. Ia menatapku lekat sekali, matanya terlihat semakin sendu, tapi ia tak juga berbicara. Dan lagi-lagi gadis di balik jendela itu hilang bersama hujan yang reda. Dan akan selalu seperti itu. Gadis itu akan selalu hilang di balik jendela setiap kali hujan reda. Dan aku akan tetap menjadi lelaki di balik pohon yan terus menatap gadis di balik jendela.
*****
Pada hari yang lain, aku tak mendapati gadis di balik jendela, sama seperti aku tak meenjumpai hujan. Gadis di balik jendela itu seolah lenyap bersama musim hujan yang telah usai.
Aku tetap menjelma menjadi lelaki di balik pohon, mata ku terjaga mengawasi rumah yang ada di hadapanku, menanti si gadis di balik jendela. Tapi usahaku sia-sia gadis itu tak pernah muncul kembali, ia telah benar-benar lenyap bersama musim hujan yang sudah usai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H