Untuk merubuhkannya pun tidak boleh dibanting. Karena dengan teknik tertentu, bisa menempatkan hewan kurban, secara baik. Ini semua terkait dengan kesejahteraan hewan. Tata krama lain adalah, setidaknya, hewan kurban diistrahatkan minimal 12 jam sebelum disembelih, serta diberi makanan yang cukup. Dan ketika diistirahatkan, hewan-hewan tersebut harus diperiksa oleh dokter hewan atau pihak yang berwenang.
Praktiknya? Banyak tukang jagal yang kejar setoran dengan menerima order sana-sini, mana sempat memikirkan apakah hewannya dibanting atau tidak, pisaunya tajam atau tidak, hewan lainnya melihat atau tidak, yang penting pulang bawa hepeng banyak, syukur-syukur dapet bonus kulit atau kepala.Â
Saya yakin banyak orang tidak memikirkan itu, tidak peduli bagaimana prosesnya itu hewan-hewan bisa sampai dekat rumah mereka, yang penting dapat daging yang bercampur jeroan, mana peduli dengan pemeriksaan antemortem atau postmortem. Ngerti juga nggak.Â
Yang paling menyedihkan orang-orang yang berkurban banyak yang lupa bahwa seyogyanya esok hari adalah hari untuk menyembelih nafsu hewani dalam diri. Tidak peduli pada hewan kurbannya, yang penting nama mereka disebut pake TOA masjid.Â
Sahabat baik saya bilang, "Just because they are going to die, that does not mean they do not deserve respect. Because when we think about it, they are going to die for someone else's sins. So shouldn't they --by the very least-- be treated with gratitude for the last days of their innocent lives?"
Buat saya, when I look into the eyes of an animal, I don't see an animal, I see a living being, I see a friend, I feel a soul..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H