Mohon tunggu...
Fanny Wiriaatmadja
Fanny Wiriaatmadja Mohon Tunggu... profesional -

just an ordinary woman bark2talk@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Katanya Mereka Cuma Anjing...

9 September 2016   00:38 Diperbarui: 9 September 2016   01:01 2303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada suatu waktu, dimana saya seharusnya sudah duduk manis menikmati aroma uap kopi panas yang baru saja saya seduh, dan saat potongan-potongan pisang goreng mendadak secara misterius berpindah dari piring ke suatu ruang dalam tubuh....telepon berdering...

" Mbak..tolong mbak.. bantu kami selamatkan tiga ekor anjing dari siksaan pemiliknya. Mereka selalu kehujanan, kepanasan, dengan bulu yang semakin kusam dan gimbal, kasian mereka mbak..bantu kami."

Menyusul kemudian serentetan foto anjing-anjing itu... satu ekor Siberian Husky, satu ekor Shihtzu, satu ekor anjing mix lokal, foto mereka yang kehujanan, terbaring tak berdaya dengan rantai yang mengikat erat leher-leher mereka.

img-20160817-wa0062-57d1a38f397b61724d7c1d93.jpg
img-20160817-wa0062-57d1a38f397b61724d7c1d93.jpg
img-20160817-wa0061-57d1a3683793736754ba456c.jpg
img-20160817-wa0061-57d1a3683793736754ba456c.jpg
.

Mendadak aroma kopi mandailing tak lagi tercium harum, sisa pisang goreng akhirnya pun hanya terbaring tak berdaya di piring. Campur aduk emosi terasa, sedih, marah, bingung... marah karena saya tidak percaya ada pemilik anjing yang segitu teganya mengabaikan anjing - anjing miliknya, sedih melihat bulu-bulu mereka menjadi rontok dan menggimbal, bingung mancari cara selamatkan mereka dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya...eh..itu isi naskah proklamasi ding..tapi ya gitu deh..cari cara menyelesaikan masalah tanpa masalah..duh yang ini slogan Pegadaian kan ya ? pokoknya pada prinsipnya kalimat dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia dan slogan Pegadaian itu memang selayaknya diterapkan dalam mencari solusi dalam proses rescue satwa, dan itu yang bikin saya pusing karena selain dibutuhkan waktu khusus untuk datang ke lokasi, mengingat jarak tempuhnya berbanding terbalik dengan kecepatan cahaya, juga perlu trik ajaib untuk meluluhkan hati pemilik agar memperbaiki caranya merawat satwa atau agar mereka mau melepas anjing-anjingnya agar mendapat perlakuan yang lebih baik.

Otak berputar cepat ( credit goes to pisang goreng yang mencerdaskan bangsa ), mulailah mencari kawan-kawan gila saya yang tinggal tak jauh dari lokasi, surat-surat mulai dibuat untuk berjaga atas segala kemungkinan. Kenapa saya mencari kawan yang terdekat dengan lokasi ? Selain untuk menghemat waktu, energi juga kita harus mulai memberdayakan rescuer setempat, ngapain saya jauh-jauh kesana jika disana ada kawan yang merupakan pejuang satwa ? biaya transport yang harusnya terpakai kan bisa untuk biaya operasional kawan-kawan disana. Cukuplah saya support dari Jakarta saja kan ? iyain aja biar cepet. 

Berhasil ? belum. Karena mengubah mindset seseorang tentang caranya memelihara satwa tidak semudah kita ngomong. Pemilik menolak mati-matian, mencari alasan dan pembenaran atas tindakannya. Diantara segambreng alasan dia menyebutkan bahwa anjing-anjing tersebut dibiarkan diluar karena dia punya anak kecil, dan anjing-anjing itu diluar hanya sementara. Konsep " Sementara" -nya itu bukan sementara seperti kita mengandangkan anjing jika ada tamu yang takut anjing, atau merantai anjing saat kita harus membuka pagar lebar-lebar karena takut mereka berhamburan keluar dan kemudian ibu-ibu tetangga jejeritan. " Sementara"-nya sudah berlangsung bertahun-tahun, entah berapa kali musim hujan dan kemarau yang anjing-anjing itu hadapi selama masa " sementara" itu.

Kedatangan pertama pemilik hanya menemui kami 10 menit, itu pun isinya hanya memaki. Bahkan Yang Mulia Ketua RT pun tak sanggup menembus pertahanan si pemilik. Kami sedikit panik karena pemilik menyebutkan rencana mereka untuk pindah ke Bali dan semua anjing akan dibawa. Tentu kita semua paham bahwa lalu lintas Satwa kategori HRR  ( Hewan Rentan Rabies ) dari kota / pulau lain ke Bali itu tidak mudah, dengan kondisi anjing-anjing yang seperti itu jelas tidak akan diijinkan masuk Bali. Kami takut kehabisan waktu.

Setelah berjuang lalu mentok apa kami menyerah ? tidak. kami mungkin lelah tapi tidak akan pernah menyerah..kayak nganu....itu loh..Jepang saat PD II yang nyerah pada Sekutu #eciyeeee....

Sampai akhirnya kami meminta bantuan kawan kami yang berprofesi sebagai dokter hewan untuk datang dan menawar barang-barang garage sale yang dijual pemilik, berharap bisa sedikit melakukan penertrasi ke perasaan pemilik agar boleh memeriksa anjing-anjingnya. yah..gimana ya.. judul dokter hewan dan wajah manis bu dokter rupanya berhasil merobohkan benteng arogansi pemilik, anjing-anjingpun diperiksa, bahkan sempet dikasih obat pembasmi kutu, walau tawaran untuk pasang atap fiber untuk anjing-anjing itu belum diijinkan, paling tidak satu langkah maju sudah dibuat. 

Karena Ibu Dokter cantik itu sudah bisa merebut hati pemilik, maka rencana ekstrim kami untuk meminta bantuan polisi dan dinas KPKP setempatpun ditunda. Kita berharap airnya jernih ikannya dapat. masalah selesai tanpa huru hara. 

Sampai kemudian kemarin pagi ada pesan via WA dari budok cantik yang mengabarkan bahwa pemilik yang sudah pindah rumah mengijinkan anjing-anjing tersebut diambil segera. kami sebagai generasi emak rempong langsung riweuh cari kendaraan buat angkut, mencari foster family, dan mencari klinik yang melakukan pemeriksaan lengkap dan menyeluruh untuk anjing-anjing itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun