Mungkin mereka tidak tahu bahwa Museum Kartini ini terbagi menjadi 4 bagian. Pertama adalah Museum Kartini, Kedua Museum Sasrokartono, Kakak RA Kartini yang berpengaruh terhadap kepribadian Kartini, Ketiga Museum Peninggalan barang-barang kuno yang ada di Jepara, Keempat adalah Museum Kerajinan Kota Jepara.
Kenapa siswa-siswi di sekolah tidak dididik untuk nyinyir dan kritis terhadap kondisi museum yang tidak terurus, kumuh dan berdebu ?
Kenapa mereka tidak diajari untuk peduli pada barang-barang antik yang terbuat dari Emas dan Platina sudah tidak ada, yang ada cuma fotonya saja.. yang entah dibuat tahun berapa, menurut penjaga Museum barang-barang tersebut di bawa ke Museum Gajah, dan dan konon kabarnya, barang-tersebut sudah tidak berada disana..menguap..hilang bagai butiran debu..
Harusnya siswa-siswi itu merasa sedih untuk hal-hal yang seperti itu saja kita tidak bisa mendatanya, apalagi dengan hal-hal besar yang terjadi didalam bangsa ini... cepat terlupa begitu saja... banyak PR yang tidak dikerjakan, masuk kedalam peti yang berdebu dan ditaruh diruang bawah tanah pojok museum yang tidak terawat..
Dan kenapa para siswa tidak diajari untuk menggali informasi menarik tentang sosok yang terpinggirkan oleh nama besar Kartini yaitu RM Panji Sosrokartono yang juga punya nama lain yaitu Joko Pring dan Mandor Klungsu?
Jangan sampai deh peringatan Hari Kartini direduksi menjadi sekedar Kain, Konde dan selebrasi tanpa makna. Kasian generasi muda negeri ini yang menghayati Hari Kartini menjadi sekedar Hari Pakaian Daerah....dan hasilnya hanya membuat seorang emak sakit kepala tiada akhir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H