Yang terakhir namun tak kalah penting adalah jangan pernah memaksakan standar kita dalam memelihara satwa kepada orang lain. Karena jika kita sungguh peduli pada satwa tentu kita akan menyadari bahwa "mengangkut" satwa ke rumah kita itu hanya tugas sepele saja, tugas besarnya adalah menciptakan lingkungan ramah satwa, jangan sampai satwa hanya aman saat berada di dalam rumah kita, namun celaka saat berkeliaran di lingkungan.
Seandainya kita sudah maksimal menjaga dan merawat satwa peliharaan kita dan mereka tidak merugikan tetangga, namun masih saja ada pihak yang menyakiti bahkan membunuh mereka, ada perangkat hukum yang menyediakan perlindungan buat kita dan satwa peliharaan kita, ada jalur hukum yang bisa kita tempuh. Jangan khawatir.
Kembali lagi...berkacalah..introspeksi jauh ke dalam diri kita sebelum kita playing victims.. andai anak tetangga buang air besar di kasur atau halaman kita apa kita ga marah ? Andai anak tetangga nangis jerit-jerit atau tetangga stel musik dengan volume suara maksimal apa kepala berbie nggak pucing ? tepo seliro..
Tetaplah menjadi manusia baik hati yang akalnya berfungsi baik, yang menyadari bahwa memelihara satwa sama besar resikonya dengan memelihara cabe-cabean atau bahkan pelihara tuyul..
Jauhkan tetangga dari kesempatan menyinyiri kita, usirlah tetangga dari kehidupan pribadi kita dengan cara yang baik, karena kita harus mengakui bahwa mereka adalah orang-orang terdekat kita. Bagian dari hidup kita.
[caption caption="sumber : pribadi"]
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H