Idealnya kegiatan membaca informasi berita akan menambahkan wawasan baru dalam bertindak menentukan sikap. Tetapi, bisa juga berdampak sebaliknya, justru menimbulkan kecemasan. Terutama pada informasi bencana.
COVID-19 tengah menjadi bencana pandemik baru. Melanda berbagai negara sekitar seratus lima puluh di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Persebaran yang masif dan cepat membuat siapa saja takut tertular. Apalagi dimana pun media infomasi selalu memberitakan hal ini.
Berdasarkan data yang berkembang, kasus positif terinfeksi virus COVID-19 menunjukkan rata-rata lonjakan seratus per hari. Bahkan, hampir merata di seluruh bagian negara. Sejauh ini data tersebut masih menunjukkan kurva yang meningkat.
Namun yang harus disadari adalah wabah pandemik ini pasti akan menemukan titik terang jika ditangani dengan baik. Akan lebih baik lagi jika dicegah, bukan ditangani. Artinya persebaran virus ini bisa dihindari.
Dengan memanfaatkan berbagai sumber informasi yang ada perkembangan, pencegahan, dan kebijakan pemerintah dalam penanganan wabah pandemik COVID-19 bisa mudah diakses.
Membaca informasi berita dilandasi sikap menyadari apabila berita bencana memungkinkan mempengaruhi psikis yang merujuk pada rasa cemas. Karena secara tidak sadar, semakin mengetahui terjadinya sebuah bencana.
Apalagi jika berada disekitar kita, maka jiwa akan merasa terancam. Hal inilah yang akan menimbulkan kecemasan atau Anxiety. Ini wajar jika terjadi.
Jika tidak dikendalikan dengan baik, kecemasan ini akan menimbulkan rasa panik. Kasus yang telah terjadi, diantaranya panic buying. Fenomena masyarakat berbondong-bondong membeli berbagai kebutuhan guna keperluan isolasi diri. Mulai dari kebutuhan pokok logistik hingga kesehatan.
Panic buying yang kemudian menyebabkan kelangkaan barang. Berbagai barang juga mengalami kenaikan harga. Ketidakseimbangan antara jumlah permintaan dengan stok yang ada. Sehingga menimbulkan masalah ekonomi baru.
Masyarakat yang tergolong mampu akan cenderung membeli barang dalam jumlah banyak. Sedangkan yang berekonomi rendah akan kesulitan mencari. Karena hanya bisa berbelanja secara harian.
Kecemasan juga bisa berdampak pada kesehatan. Gangguan kecemasan juga berdampak pada fisik. Gejala awal ditunjukkan dengan jantung berdebar, pening, dan mual. Gejala itulah yang kemudian membuat susah tidur.
Jika dialami jangka panjang, rasa cemas bisa berdampak pada sistem kekebalan tubuh. Hormon stres seperti kortisol dan adrenalin akan dilepaskan tubuh. Hormon ini akan mengganggu sistem kekebalan melawan infeksi.
Rasa cemas yang merusak sistem kekebalan tubuh bisa memudahkan tertular penyakit terutama yang disebabkan oleh virus. Padahal penyakit COVID-19 atau SARS CoV-2 ini juga disebabkan oleh virus.
Oleh karena itu, menaruh pentingnya informasi berita juga harus diimbangi dengan sikap yang baik. Agar nantinya informasi tersebut menjadikan diri lebih waspada, bukan justru malah merasa terancam.
Mengikuti instruksi pihak berkompeten dan pemerintah selaku pemangku kebijakan harus dilakukan. Agar nantinya krisis yang terjadi akibat wabah pandemil COVID-19 segera tertangani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H