Mohon tunggu...
Fanny ReizalQisthian
Fanny ReizalQisthian Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Mengkritik untuk membangun, demi bangsa beradab

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pesan untuk Nadiem Makarim, Kemendikbud Baru

12 Desember 2019   23:44 Diperbarui: 12 Desember 2019   23:48 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.cnbcindonesia.com

Seluruh penduduk Indonesia belum bisa mendapatkan akses pendidikan, jauh dari kata layak. Apalagi pendidikan berkualitas dan berbasis teknologi. Bagi daerah 3T (terluar, terdepan, tertinggal) bisa jadi belum tersentuh sama sekali.

Meskipun mengutamakan adopsi teknologi, seharusnya menaruh perhatian pada daerah yang tertinggal juga harus diperhatikan. Karena sesungguhnya Indonesia itu sangat luas dengan berbagai pekerjaan rumahnya. Tidak hanya terdiri dari Jawa, Bali, Sumatera, dan Kalimantan.

Berdasarkan data BPJS terupdate pada  Februari 2018 jumlah Angkatan Kerja (AK) dari umur 15-60+ tahun sebesar 133.939.099 dengan jumlah pengangguran 6.871.264. Sedangkan Pengangguran Terbuka yang tercatat pada 23 Januari 2019 menunjukkan data pengangguran dengan pendidikan tertinggi yang ditamatkan SD, SLTP, SLTA Umum, dan Kejuruan sebanyak 5.691.422 serta Akademi & Perguruan Tinggi sebanyak 950.533.

Dari data tersebut menunjukkan tingkat pengangguran yang cukup tinggi meskipun sudah bisa mengakses pendidikan wajib belajar 9 tahun. Lalu bagaimana nasib yang tidak mengakses pendidikan sama sekali. Meskipun bisa bekerja, tetapi tidak secara terspesialisasi dan tidak dibekali pengetahuan yang cukup. Pada akhirnya hanya menjadi pekerjaan buruh lepas yang mengandalkan fisik semata.

Output

Hasil penerapan sistem pendidikan tidak bisa diukur dalam jangka waktu yang pendek. Melainkan butuh waktu lama untuk menilai seberapa berhasil suatu sistem pendidikan. Karena setiap peserta didik yang mendapatkan paparan pendidikan berjenjang tidak secara instan langsung bekerja. Membutuhkan jeda waktu yang lama hingga mampu merampungkan seluruh pendidikan yang ditempuh.

Hal buruk akan terjadi apabila pada jenjang pendidikan yang diselesaikan seorang peserta didik mengalami pergantian sistem pendidikan. Apalagi diperparah dengan sistem pendidikan uji coba. Sistem pendidikan yang sebenarnya belum matang diterapkan secara gegabah diubah. Justru hal inilah yang justru merusak karakter peserta didik.

Karena setiap sistem pendidikan yang berbeda memiliki cara pengajaran yang berbeda pula. Sehingga cara belajar peserta didik akan sangat dipengaruhi. Cara belajar yang harus mengikuti sistem pendidikan akan merubah orientasi atau cara pandangnya dalam menempuh pendidikan.

Seharusnya pendidikan di Indonesia bisa berjalan sesuai tingkatannya. Sekolah Dasar sebagai tahap memahami dasar-dasar ilmu pengetahuan dan membentuk logika siswa. 

Sekolah Menengah Pertama sebagai tahap pengenalan bakat dan keterampilan. Sekolah Menengah Atas atau Sekolah Menengah Kejuruan sebagai tahap memperdalam keterampilan. Akan lebih baik lagi apabila dilanjutkan hingga tahap sekolah tinggi atau universitas yang bertujuan untuk memperdalam keilmuwan.

Arah Sistem Pendidikan 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun