Mohon tunggu...
Fanni Carmila
Fanni Carmila Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumahtanga. Mantan wartawan. Wiraswasta. Hobi mengarang

Asyik kalau bisa berkomunikasi dengan orang yang punya hobi sama.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perselingkuhan

10 Juni 2021   07:30 Diperbarui: 10 Juni 2021   07:51 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Selama proses pembangunan yang konon bakal memakan waktu delapan bulan orangtuaku tinggal bersama kami. Mereka sudah berhenti berjualan. Kebutuhan sehari-hari ditunjang suamiku.  

Sementara Hubunganku dengan Frans terus berlanjut. Setiap kali datang ke kotaku untuk keperluan perusahaan ia selalu mengontakku. Mengajakku makan siang bersama sebagai “ sahabat “ lama.  Jadi aku berusaha memposisikan diriku setepat mungkin. Menghindari kontak fisik dengannya.

Suatu saat Frans mengambil kursi menjejeriku. Berusaha menciumku. Niatnya urung tatkala mendengar pak Dahlan  yang sedang menikmati kopi dan gorengan batuk-batuk.

Jarak duduknya dari meja kami sekitar lima meter. Supir pribadi suamiku itu mirip hantu gentayangan yang hadir diantara kami. Aku tidak tega menyuruhnya mencari tempat lain menikmati acara “medang”nya.

Kulihat Frans tumbuh makin mapan sebagai pebisnis. Kepercayaan dirinya sudah pulih sama sekali. Ia mengisahkan kesuksesan usahanya merintis bisnis pribadi dengan mengimpor tekstil dari Guang Chou. Kini ia tidak lagi bekerja membantu mertuanya. Dengan sangat optimis berencana mengembangkan sayap bisnisnya di bidang pariwisata dengan membangun resort di daerah Jimbaran Bali.

Tekadnya sudah bulat untuk menceraikan istrinya lalu menikahiku.

“Aku ingin mengajakmu menikmati pantai bermandikan cahaya matahari di Bali,” bujuknya berusaha memelukku. “Hanya kita berdua,” bisiknya meyakinkanku. “Untuk selamanya!”

Putra sulungku sudah tamat SD, siap masuk SMP. Sedang si bungsu duduk di kelas dua SD. Aku berusaha mendidik mereka menjadi anak-anak yang mandiri. Karena tidak yakin bisa mendampingi mereka tumbuh dewasa. Bila saat itu terjadi aku berharap keduanya tidak akan terlalu merepotkan suamiku.

Usiaku masih muda, berhak menikmati kehidupanku sendiri. Terutama bersama lelaki yang Kuyakini masih begitu kucintai. Apa lagi status Frans nyaris bebas. Sedari kelas empat SD anak-anaknya dikirim sekolah ke Australia. Mertuanya punya apartemen di Melbourne. Istrinya lebih sering tinggal di sana mendampingi anak-anaknya. Ikatan perkawinan mereka sebenarnya sudah berakhir. Walaupun secara resmi mereka masih terikat status suami-istri.

Tekadku untuk hidup bersama Frans makin kuat karena ia jauh lebih muda dan tampan ketimbang suamiku. Apalagi kini ia punya bisnis yang mapan.

Frans sedang mengurus proses perceraiannya. Ia tidak punya beban sama sekali meninggalkan keluarganya untuk hidup bersamaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun