Dari zaman ke zaman pemberitaan Injil telah dilakukan oleh para Hamba-hamba Tuhan, namun semakin hari semakin moderen bahkan apa yang disebut moderenisasi, maka lambat laun para pemberita Injil mengalami tantangan moderenisasi dan akhirnya tergeser dan terbawa arus, sekalipun memang kita harus mengakui bahwa masih banyak yang lurus dan setia bahkan dengan pengorbanan mereka yang masih rela masuk ke daerah-daerah yang belum terjangkau oleh Injil dengan pengorbanan mereka yang sungguh luar biasa mempergunakan apa yang mereka punya yang mereka dapatkan dari berkat-berkat yang Tuhan telah berikan dalam kehidupan mereka, dengan jemaat yang banyak dan punya jemaat pengusaha yang sangat menopang pelayanan maka Hamba-hamba Tuhan ini dengan semangat melayani di daerah-daerah yang belum terjangkau oleh Injil.Â
Bahkan ada yang dengan rela membagi-bagi berkat membantu orang-orang yang miskin bahkan tak membedakan suku, ras, dan agama. Bahkan membantu hamba-hamba Tuhan yang melayani di derah pelosok atau di tempat-tempat yang sulit, baik kesulitan ekonomi maupun kesulitan akses untuk menuju tempat pelayanan, bahkan ada yang membantu pembangunan Gedung gereja dan Pastori dimana hamaba Tuhan itu tinggal. Â
Dan  dengan semangat dan tulus membantu orang-orang yang membutuhkan uluran tangan maka dalam hal ini mereka atau orang-orang yang dibantu ini melihat Kristus dalam diri hamba-hambaNya.
Tapi tak bisa dipungkiri juga bahwa ada juga yang membangun Misi kerajaan pribadi dibalik pelayanan dan status hamba Tuhan, makanya terjadi kesenjangan di kalangan hamba-hamba Tuhan, ada yang kaya dan ada yang miskin secara ekonomi, bahkan fasilitas yg digunakan terlihat sangat jauh berbeda.Â
Bahkan menggunakan pembantu untuk membawa atau memegang tas yang berisi Alkitab didalamnya. Setelah pelayan langsung menuju restoran ter-mahal di kota besar, dan di muat di media sosial supaya dilihat orang bahwa sedang makan di restoran ter-mahal.
Memang Allah juga mau supaya anak-anak-Nya diberkati dan hamba-hamba-Nya juga, tetapi  sangat miris bilah kita melihat Hamba-hamba Tuhan yang melayani di pelosok yang kehidupannya yang sangat serba kekuranga dan keterbatasan, sementara Hamba-hamba Tuhan yang lain berada dalam kemewahan, bahkan memiliki apartemen yang mewah, juga membangun rumah dimana-mana bahkan di akhir hidupnya kuburannya pun harus di kuburkan di tempat pemakaman yang sangat mahal.Â
Dan ketika berada dalam gereja yang digembalakan, maka gedung gereja penuh dengan CCTV yang memantau siapa yang datang bahkan lebih parahnya lagi pastori dipasangkan CCTV dan Hamba Tuhan tersebut memantau dari kamar pribadi memang ada sisi baiknya juga untuk mencegah orang-orang yang tak bertanggung jawab,Â
tetapi ada juga mempergunakan untuk melihat siapa hamba Tuhan yang datang kalau sesama Hamba yang kaya maka dilayani dengan baik, tetapi bila yang datang hamba Tuhan yang miskin atau dari pelosok maka yang keluar adalah pengerja gereja dan berkata Om lagi Keluar atau Om pendeta lagi istirahat tidak boleh diganggu. Pertanyaanya apakah Tuhan menginginkan kesenjangan atau hal  itu terjadi?.Â
Tetapi  tidak menyadari bahwa semua fasilitas yang dia gunakan itu semua adalah sumbangan jemaat, bahkan mobil mewah yang digunakan adalah pemberian dari jemaat atau ada yang berkata bahwa oh ini hasil usaha saya bukan didapat dari jemaat atau pelayanan tetapi itu pun hanya titipan Tuhan dan itu semua hanya berkat kemurahan Tuhan yang Tuhan titipkan untuk dikelola dan Tujuannya sebenarnya dengan fasilitas dan kekayaan itu diberi semua hanya untuk memuliakan Tuhan dan untuk memperlebar Misi Kerajaan Sorga bukan untuk disombongkan dan  membangun Misi Kerajaan pribadi.