Mohon tunggu...
Fani Velenia
Fani Velenia Mohon Tunggu... Penulis - | Content Writer | Bachelor of German Language Education

|Setiap kata yang ditulis adalah langkah menuju revolusi pikiran| IG: @fanivalenia

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Gaji Naik tapi Biaya Hidup Makin Melonjak, Apa yang Harus Dilakukan?

12 November 2024   09:58 Diperbarui: 12 November 2024   10:01 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kenapa Biaya Hidup Makin Mahal?

Ada pepatah yang mengatakan, "Tak ada yang gratis di dunia ini." Nah, mungkin pepatah itu sudah sangat relevan saat ini, terutama ketika membahas soal biaya hidup yang terus meningkat. Bahkan meskipun gaji bulanan naik, rasanya dompet tetap cepat habis. Entah itu karena harga bahan makanan yang terus merangkak naik, biaya transportasi yang nggak ada habisnya, atau sewa tempat tinggal yang semakin menggila. Kenapa sih biaya hidup bisa melonjak begitu pesat?

Pertama-tama, ada banyak faktor yang memengaruhi kenaikan biaya hidup. Salah satu yang paling signifikan adalah inflasi. Inflasi itu sendiri adalah kenaikan harga barang dan jasa dalam jangka waktu tertentu, yang pada gilirannya membuat daya beli kita menurun. 

Misalnya, kalau dulu dengan uang Rp 100.000 bisa beli banyak barang, sekarang mungkin cuma bisa dapet beberapa barang yang lebih sedikit. Bahkan, kalau dihitung-hitung, harga barang-barang pokok pun naik hampir tiap bulan! Gimana nggak, harga bahan baku yang makin mahal, ditambah biaya distribusi yang juga ikut naik.

Di sisi lain, biaya hidup juga dipengaruhi oleh kenaikan harga energi, seperti listrik, gas, dan BBM. Ketika harga energi naik, hampir semua sektor yang bergantung pada energi, seperti transportasi dan distribusi barang, akan ikut terdampak. 

Akibatnya, harga barang-barang yang kita beli di pasar pun ikut terpengaruh. Ini bikin semua serba terasa mahal, meskipun gaji sudah naik beberapa persen. Jadi, meskipun mungkin merasa gaji bulanan sudah cukup besar, ternyata kenaikan biaya hidup bisa membuat uang yang ada di kantong terasa lebih cepat habis.

Gaji Naik, Tapi Ujung-Ujungnya Cuma Cukup Untuk Hidup?

Gaji yang naik memang bisa memberikan sedikit angin segar, apalagi kalau sudah lama menanti kenaikan gaji yang diinginkan. Namun, kenyataannya banyak yang merasa kenaikan gaji tersebut tidak sebanding dengan lonjakan biaya hidup. Misalnya, meski gaji naik 10% dalam setahun, harga bahan pangan dan kebutuhan sehari-hari mungkin sudah naik lebih dari itu. 

Jadi, meskipun ada kenaikan pendapatan, perasaan tetap kekurangan. Kok bisa?

Salah satu alasan utama kenapa meskipun gaji naik, tetap terasa kekurangan adalah ketimpangan antara kenaikan gaji dan inflasi. Gaji memang naik, tetapi inflasi (kenaikan harga barang dan jasa) sering kali lebih cepat daripada kenaikan gaji. Hal ini menyebabkan daya beli masyarakat menurun, bahkan meskipun ada peningkatan pendapatan. 

Jadi, meskipun nominal gaji bertambah, jumlah barang dan jasa yang bisa dibeli dengan uang tersebut menjadi lebih sedikit. Dan ketika biaya hidup naik, gaya hidup pun secara tidak langsung terpengaruh, bahkan bisa jadi terasa semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan dasar.

Selain itu, gaya hidup yang semakin "berkembang" juga turut mempengaruhi pengelolaan keuangan. Banyak orang merasa perlu mengikuti tren atau hidup lebih "mewah" agar terlihat lebih sukses atau up-to-date, padahal tanpa disadari hal ini justru bisa menambah beban finansial. Misalnya, belanja barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan atau menghabiskan uang untuk hiburan yang kurang bijaksana. Ketika gaji naik, terkadang kita merasa bisa "lebih boros" dan akhirnya uang yang seharusnya bisa ditabung atau dialokasikan untuk keperluan lain malah habis begitu saja.

Apa yang Harus Dilakukan Agar Keuangan Tetap Sehat?

Nah, jika sudah begini, apa yang sebaiknya dilakukan? Ada beberapa langkah yang bisa dicoba untuk menjaga keuangan tetap stabil meski biaya hidup terus naik. Yang pertama dan paling penting adalah mulai menerapkan manajemen keuangan yang lebih bijak. 

Hal ini melibatkan penyusunan anggaran bulanan yang jelas, di mana kita menentukan berapa persen dari pendapatan yang akan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, tabungan, dan investasi. Dengan merencanakan anggaran, kita bisa lebih tahu ke mana uang kita mengalir dan bisa lebih sadar dalam mengelola pengeluaran.

Selain itu, penting untuk mulai berhemat dalam hal-hal kecil yang mungkin terlewat. Misalnya, memanfaatkan diskon atau promo untuk belanja kebutuhan sehari-hari, memilih transportasi umum yang lebih murah, atau memasak di rumah daripada makan di luar. 

Jangan sepelekan hal-hal kecil seperti ini, karena meskipun kelihatannya tidak banyak, kalau dijumlahkan dalam sebulan bisa menghemat pengeluaran cukup signifikan. Ingat, setiap pengeluaran yang kita hindari adalah uang yang bisa dialokasikan untuk kebutuhan lain yang lebih penting, seperti tabungan darurat atau investasi.

Yang tak kalah penting adalah berinvestasi. Dengan gaji yang naik, ada baiknya untuk mulai memikirkan cara membuat uang bekerja untuk kita. Mulai dari investasi saham, reksa dana, atau properti, tergantung pada tujuan finansial dan toleransi risiko. 

Meskipun investasi membutuhkan waktu dan pengetahuan, namun dengan melakukannya secara konsisten, bisa menjadi cara yang sangat efektif untuk melawan inflasi dan menjaga nilai uang tetap stabil. Jadi, meskipun biaya hidup naik, setidaknya uang yang dimiliki tidak "tergerus" hanya untuk kebutuhan sehari-hari.

Menyiasati Kenaikan Biaya Hidup dengan Pindah Lokasi?

Salah satu cara yang mungkin terbesit di pikiran saat biaya hidup semakin mahal adalah pindah ke tempat dengan biaya hidup lebih rendah. Misalnya, dari kota besar seperti Jakarta ke kota kecil atau daerah suburban yang lebih murah. Meskipun hal ini mungkin terasa ekstrim bagi sebagian orang, pindah ke lokasi dengan biaya hidup yang lebih terjangkau bisa menjadi strategi yang cukup ampuh untuk menjaga keuangan tetap sehat. 

Apalagi, sekarang dengan adanya kerja jarak jauh (remote work), pindah lokasi tidak lagi menjadi masalah besar, karena pekerjaan bisa dilakukan dari mana saja.

Namun, sebelum memutuskan untuk pindah, tentu saja harus dipertimbangkan dengan matang. Ada banyak faktor selain biaya hidup yang perlu diperhatikan, seperti kualitas hidup, fasilitas umum, dan tentu saja jaringan sosial yang ada di tempat baru. Mungkin, meskipun biaya hidup lebih murah, fasilitas pendidikan atau kesehatan di kota kecil bisa jadi tidak sebaik di kota besar. Oleh karena itu, sebaiknya lakukan riset dan pertimbangkan dengan baik apakah pindah ke tempat baru benar-benar akan menguntungkan dalam jangka panjang.

Selain itu, pindah ke lokasi baru juga bisa membuka kesempatan untuk menurunkan biaya hidup melalui hal-hal seperti peningkatan efisiensi. Misalnya, biaya transportasi yang lebih murah, sewa rumah yang lebih terjangkau, dan biaya sehari-hari yang lebih rendah. Semua ini bisa memberi ruang lebih besar untuk menabung atau berinvestasi. Meski pindah tempat bisa jadi langkah besar, ini bisa jadi solusi cerdas untuk menghadapi tantangan biaya hidup yang semakin tinggi.

Peningkatan Keterampilan: Investasi Jangka Panjang

Saat biaya hidup meningkat, salah satu cara terbaik untuk tetap mengimbanginya adalah dengan meningkatkan keterampilan. Mengambil kursus atau pelatihan tambahan yang relevan dengan pekerjaan atau minat dapat membuka peluang untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji lebih tinggi. Kemampuan baru sering kali menjadi tiket untuk meningkatkan daya saing di pasar kerja, dan pada gilirannya bisa memberikan kenaikan gaji yang lebih besar.

Keterampilan yang berkembang juga bisa membuka peluang untuk beralih ke industri yang lebih menguntungkan. Misalnya, industri teknologi, pemasaran digital, atau kesehatan yang kini sedang berkembang pesat. 

Berinvestasi dalam pendidikan atau pelatihan profesional menjadi langkah strategis untuk menghadapi kenaikan biaya hidup. Dengan keterampilan yang tepat, bisa lebih mudah untuk menyesuaikan diri dengan perubahan pasar dan memperoleh peluang yang lebih baik, yang pada akhirnya akan membantu menyeimbangkan pengeluaran dan pendapatan.

Selain itu, mengembangkan bisnis sampingan juga bisa jadi solusi tambahan. Dengan keterampilan atau hobi tertentu, mungkin bisa mulai menjalankan bisnis sampingan yang bisa mendatangkan penghasilan tambahan. Dengan begitu, meskipun biaya hidup meningkat, ada sumber pendapatan lain yang bisa menambah pemasukan dan mengurangi ketergantungan pada gaji utama.

Keuangan Sehat di Tengah Kenaikan Biaya Hidup

Menghadapi kenaikan biaya hidup memang tidak mudah, tetapi dengan pengelolaan keuangan yang tepat, segala tantangan itu bisa diatasi. Mulai dari membuat anggaran bulanan, berhemat dalam pengeluaran, hingga memanfaatkan peluang investasi dan pengembangan keterampilan, semua bisa menjadi solusi jitu untuk menjaga agar keuangan tetap sehat. 

Pindah ke lokasi yang lebih terjangkau atau memulai bisnis sampingan juga bisa menjadi pilihan yang patut dipertimbangkan. Yang terpenting adalah tetap bijak dalam mengatur keuangan dan siap untuk beradaptasi dengan perubahan yang ada. Jadi, meskipun biaya hidup terus melonjak, bukan berarti kualitas hidup harus menurun!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun