Kedua, journaling atau menulis adalah metode lain yang dapat membantu mengeluarkan semua pikiran dari kepala. Ketika kita menuliskan apa yang ada dalam pikiran, kita dapat melihatnya dari perspektif yang lebih jelas. Menulis juga bisa menjadi cara yang baik untuk mengatasi emosi yang sulit dan menemukan solusi untuk masalah yang dihadapi.
Ketiga, jangan ragu untuk mencari dukungan dari orang lain. Berbicara dengan teman atau profesional tentang apa yang dirasakan dapat memberikan kelegaan dan wawasan baru.Â
Kadang-kadang, hanya dengan mendengar pendapat orang lain, kita bisa melihat situasi dengan cara yang berbeda. Jadi, penting untuk tidak merasa sendirian dan mencari bantuan saat merasa terjebak dalam pikiran berlebihan.
Nah, kita telah membahas bagaimana overthinking disorder bisa menjadi teman sekaligus musuh. Setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda dengan overthinking. Dengan mengenali tanda-tanda dan dampaknya, kita bisa lebih siap untuk menghadapinya.Â
Meskipun ada sisi positif dari berpikir mendalam, dampak negatifnya sering kali lebih nyata dan berpengaruh pada kesehatan mental kita.
Saatnya untuk belajar mengelola overthinking dengan bijak. Dengan teknik mindfulness, journaling, dan dukungan dari orang lain, kita bisa mengubah overthinking dari musuh menjadi alat yang berguna untuk pertumbuhan pribadi. Jangan biarkan pikiran berlebihan menguasai hidup; alih-alih, gunakanlah sebagai pendorong untuk memahami diri dan dunia di sekitar.
Mari mulai memperhatikan pikiran kita hari ini. Apakah itu membantu atau justru menambah beban? Dengan kesadaran dan pengelolaan yang baik, kita bisa hidup lebih bahagia dan seimbang, terlepas dari tantangan yang ada di depan.
Semoga Bermanfaat ;)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H