Mohon tunggu...
Fani Velenia
Fani Velenia Mohon Tunggu... Penulis - | Content Writer | Bachelor of German Language Education

|Setiap kata yang ditulis adalah langkah menuju revolusi pikiran| IG: @fanivalenia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Stigma Kesehatan Mental? No Way! Waktunya Stop Rantai Stereotipe

19 September 2024   09:16 Diperbarui: 19 September 2024   09:34 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilustrasi | unsplash.com/Marcel Strauß
Ilustrasi | unsplash.com/Marcel Strauß

Media memiliki kekuatan besar dalam membentuk pandangan masyarakat terhadap kesehatan mental. Sayangnya, banyak film, acara TV, dan berita yang menampilkan individu dengan gangguan mental secara negatif. Representasi yang salah ini memperkuat stereotip dan membuat masyarakat semakin jauh dari pemahaman yang benar.

Ketika media menampilkan gangguan mental dengan cara yang tidak akurat, ini menciptakan persepsi bahwa orang dengan masalah mental adalah ancaman atau tidak dapat diandalkan. Akibatnya, orang-orang menjadi lebih takut dan tidak peka terhadap isu kesehatan mental. Padahal, media seharusnya bisa menjadi alat yang positif untuk edukasi dan pemahaman.

Saat ini, semakin banyak media yang berusaha untuk menampilkan isu kesehatan mental dengan cara yang lebih realistis dan empatik. Ini adalah langkah positif yang perlu kita dukung. Mari kita dorong lebih banyak konten yang mendidik dan menginspirasi, sehingga stigma bisa berkurang dan pemahaman bisa meningkat.

Menjadi Suara untuk Perubahan

Ilustrasi | unsplash.com/Dan Meyers
Ilustrasi | unsplash.com/Dan Meyers

Kita semua memiliki peran dalam mengubah stigma kesehatan mental. Mulai dari percakapan sehari-hari hingga kampanye sosial, setiap tindakan kecil dapat membuat perbedaan besar. Dengan berbagi cerita kita sendiri atau mendengarkan pengalaman orang lain, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih terbuka dan mendukung.

Pendidikan adalah kunci. Mengedukasi diri sendiri dan orang lain tentang kesehatan mental dapat membantu mengurangi ketidaktahuan dan memperkuat empati. Kita bisa memanfaatkan platform sosial media untuk menyebarkan informasi yang benar dan menggugah kesadaran. Ingat, setiap orang berhak mendapatkan dukungan tanpa merasa dihakimi.

Ingat, perubahan tidak terjadi dalam semalam. Tapi, dengan kerja keras dan komitmen bersama, kita bisa menciptakan masyarakat yang lebih memahami dan menerima. Mari kita jadikan diri kita sebagai suara untuk perubahan yang positif dalam isu kesehatan mental.

Menghadapi Tantangan dalam Perubahan

FroalaMeskipun ada banyak usaha untuk mengurangi stigma, masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah kurangnya akses ke layanan kesehatan mental yang berkualitas. Banyak orang, terutama di daerah terpencil, tidak memiliki akses ke terapi atau dukungan yang mereka butuhkan. Ini memperburuk stigma dan membuat banyak orang merasa putus asa.

Selain itu, stigma juga bisa terinternalisasi. Banyak orang yang mengalami masalah mental merasa bahwa mereka tidak berhak mendapatkan bantuan atau dukungan. Mereka merasa bahwa stigma yang ada adalah cerminan dari kekurangan diri mereka sendiri. Ini adalah pemikiran yang sangat berbahaya dan perlu kita atasi bersama.

Kita perlu memperjuangkan perubahan sistematis yang memastikan akses yang lebih baik ke layanan kesehatan mental. Dengan membangun sistem yang inklusif dan berorientasi pada kebutuhan individu, kita bisa membantu lebih banyak orang untuk mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan. Mari kita berjuang bersama untuk masa depan yang lebih baik!

Ilustrasi | unsplash.com/Hannah Busing
Ilustrasi | unsplash.com/Hannah Busing
Membangun Lingkungan yang Mendukung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun