Lantunan ayat suci Al-qur’an silih berganti diheningnya malam
Hembusan angin belomba-lomba menyimak suara lantunan itu
Pergantian waktu pun bersambung irama pukulan beduk menandai waktu sahur
Dan kumandang adzan maghrib menyapaku tiba saatnya untuk berbuka puasa
Bulan itu memiliki sejuta pintu yang selalu terbuka
Pintu milik-Nya untuk setiap hamba yang tanpa mengenal strata
Karena dihadapan-Nya kita semua sama
Dan berlomba-lomba memasuki pintu-Nya hanya untuk-Nya semata
Suara ketukan pintu pun rintih berbunyi
Setiap ketukan bersahabatkan tetes air mata penyesalan
Penyesalan atas suatu pengakuan kehinaan diri
Penyesalan untuk pengakuan dosa dihadapan Illahi
Aku memasuki pintu bermandikan sejuta ampunan itu
Aku memasuki pintu sejuta harapan itu
Dan denganbersimbahkan sejuta harapan pula kubawa diri ini
Melangkah dan terus melangkah hingga hari yang tersisa
Bukan pertemuan puasa tahun depan yang menjadi tanyaku
Tapi tanya untuk pertemuan puasa hari esok akankah aku masih ada
Kujalani puasa hari ini dengan nikmat di setiap detik
Di setiap detik puasa hari ini yang ku tak ingin sia-sia
Rasa lapar dan dahaga sirna ketika berpuasa ini karena-Nya
Teriknya matahari berubah bersahabatkan kesejukan karena menyadari perjalanan ini untuk-Nya
Serta Ketika nafsu ini tertunduk malu dan tak lagi berbicara ini juga karena-Nya
Ya, Bulan puasa itu menjadi pesantren khusus bagiku, aku berada di pesantren puasa milik-Nya
Yogyakarta, 16 Agustus 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H