A. Pendahuluan
Dalam sebuah media penyiaran naik turunnya eksistensi sudah lazim terjadi. Seiring dengan semakin ketatnya persaingan didunia penyiaran menuntut seluruh media penyiaran bekerja keras untuk mempertahankan keberadaannya. Salah satu bentuk media penyiaran yaitu radio. Radio merupakan salah satu media komunikasi massa yang dipandang sebagai the fifth estate (kekuatan kelima) setelah lembaga eksekutif(pemerintah), legislatif (parlemen), yudikatif (lembaga peradilan), dan pers atau surat kabar. Hal itu antara lain karena radio memiliki kekuatan langsung ,tidak mengenal jarak dan rintangan, dan memiliki daya tarik sendiri, seperti kekuatan suara, musik, dan efek suara (Romli, 2009 : 17).
Radio merupakan media massa elektronik tertua dan sangat luwes. Radio telah beradaptasi dengan perubahan dunia dengan mengembangkan hubungan saling menguntungkan dan melengkapi dengan media lain (Ardianto, 2007: 123). Sebagai unsur dari proses komunikasi massa, radio siaran mempunyai ciri dan sifat yang berbeda dengan media massa lainnya yaitu bersifat audial. Selain itu keunggulan radio siaran adalah murah, merakyat, dan bisa dibawa atau didengarkan dimana-mana. Seiring dengan perkembangan zaman, radio bukan hanya media hiburan dan informasi, namun radio sudah menjadi media activation. Karena itulah, setiap stasiun radio memiliki idealisme tersendiri untuk menarik pendengarnya.
Radio merupakan salah satu media yang efektif bagi masyarakat karena jangkauannya yang luas dan dapat menembus berbagai lapisan masyarakat. Radio juga disebut sebagai "sahabat" yang dapat menemani kegiatan sehari-hari para pendengarnya, karena berfungsi sebagai alat penghibur, penyampai informasi, dan melaksanakan fungsi pendidikan bagi masyarakat. Namun seiring berkembanya teknologi, radio yang dulunya memegang peran penting dalam penyampaian informasi khususnya Indonesia, perlahan-lahan mulai tersingkirkan dengan datangnya media baru yang jauh lebih menarik dengan konsep audio visual yaitu televisi. Televisi merupakan media massa paling banyak dimintati masyarakat sekarang ini. Teknik penyampaian pesan yang disetting stasiun televisi dengan menarik dan mudah dimengerti merupakan bonus untuk para khalayak yang menyaksikan. Mungkin hal ini merupakan salah satu penyebab turunnya minat dengar khalayak terhadap radio.
Berdasarkan survey Nielsen 2014, tiap tahun, pendengar radio mengalami penurunan hingga 3%. Sedangkan sebagai media promosi, radio hanya memiliki porsi penetrasi 30% penggunaan di tengah masyarakat, dibanding televisi, majalah dan media lainnya. Dari hal tersebut, maka penulis akan mengulas mengenai penyebab turunnya minat masyarakat terhadap radio.
B. Pembahasan
Radio adalah sarana alat pemancar siaran atau sebagai media penyampaian komunikasi secara audio. Radio merupakan media yang memiliki jangkauan selektif terhadap segmen pasar tertentu, kebudayaan radio telah mengakar pada masyarakat luas, masyarakat bawah pun telah terbiasa ditemani radio pada setiap kesempatan. Perkembangan industri radio di Indonesia dimulai ketika masyarakat mengenal radio sebagai media bagi khalayak umum sekitar tahun 1922, kemudian menjadi kegemaran di Indonesia pada tahun-tahun perdana siarannya (1950-1970). Sedangkan radio modern di Indonesia dapat dikatakan mulai berkembang pada tahun 1981, radio mengalami pertumbuhan yang sangat pesat ditinjau dari jumlah penerimaan iklan. Dari tahun ke tahun jumlah stasiun radio di Indonesia terus bertambah.
Pertumbuhan lembaga penyiaran Radio di Indonesia terus mengalami lonjakan, yaitu sekitar 1.288 stasiun pada tahun 2009 meningkat menjadi 1.986 stasiun pada tahun 2013 atau pertumbuhan mencapai rata-rata 10% per tahun. Pertumbuhan jumlah radio yang signifikan ternyata tidak berbanding lurus dengan peningkatan jumlah pendengar radio dalam populasi, lama waktu mendengarkan radio dan alokasi iklan radio, papar Ketua Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) Bali Komang Agus Satuhedi saat menyampaikan makalah dalam Forum Dialog dengan Tema "Tata Cara dan Persyaratan Perpanjangan izin Penyelenggaran Penyiaran Lembaga Penyiaran Jasa Penyiaran Radio di Indonesia yang diselenggarakan oleh Kominfo, selasa (1/3/2016) di Mercure Hotels Kuta Bali. Kata dia, "data Radio Reachatau jumlah pendengar radio diantara populasi penduduk di satu kota tidak mengalami pertumbuhan, tetap dari tahun ke tahun bahkan beberapa diantaranya mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa persaingan stasiun radio untuk merebut pendengar semakin ketat karena jumlah pendengar yang diperbutkan cenderung tidak bertambah," ungkapnya.
Riset yang pernah dilakukan Broadcasting Board of Governors sebuah badan yang menaungi lembaga-lembaga penyiaran internasional milik Amerika dan perusahaan riset Gallup yang mengungkapkan bahwa dibandingkan dengan media lain, 87% penduduk Indonesia menggunakan TV untuk mendapatkan berita, 36% melalui SMS, 11% memperoleh informasi dari radio dan hanya 7% yang masih menggunakan media cetak untuk mendapatkan berita.
Jika pada 2010 50% penduduk Indonesia mendengarkan radio untuk mendapatkan berita, angka tersebut anjlok menjadi 31% pada 2011 dan terus merosot tinggal 24% pada tahun 2012. Kebiasaan ini dilakukan oleh 15% penduduk usia diatas 30 tahun, dan 30% usia muda (15 -- 24 tahun). Survey juga menunjukkan terjadinya penurunan pada jumlah pendengar radio, dimana saat ini hanya 24% penduduk Indonesia yang menggunakan radio untuk mendapatkan informasi.
Penurunan jumlah peminat radio dipengaruhi oleh kemunculan berbagi media elektronik yang didukung dengan teknologi yang canggih salah satunya televisi. Televisi merupakan jenis media massa audio-visual yang dapat menjangkau khalayak dalam jumlah besar, heterogen, tersebar, dan dalam waktu yang bersamaan ( Kuswandi, 2008 hal: 207). Program-program acara yang ditampilkan mampu menarik dan membius perhatian para pemirsanya untuk setia menonton televisi tersebut tanpa berpindah pada media lainnya. Hal yang menjadikan radio tergeser oleh televisi yaitu karena radio hanya bisa didengar sebagai audio saja, tidak seperti televisi yang bisa dilihat secara visual bahkan televisi dapat kita nikmati secara audio visual. Kemudian radio juga tidak bisa berfungsi jika diperdengarkan pada orang penderita ketulian. Sedangkan jika orang tuli masih bisa menikmati tampilan televisi. Radio juga hanya dapat didengarkan selintas, kemudian ada kemungkinan berita yang disampaikan radio tidak detil. Dari segi program, pendengar tidak meloncat-loncat program yang telah dijadwalkan siaran radio tersebut, contohnya saat seorang pendengar hanya ingin mendengar tentang berita, ia harus menunggu sekitar jam sekian yang telah ditentukan siaran radio tersebut. Seseorang masih harus mencari jaringan yang bisa membuat suara radio terdengar lebih jelas.
Siaran televisi tentu memberikan gambaran visual bagi penonton yang membuat penonton paham jelas tentang berita maupun siaran yang disampaikan, penonton bisa melihat situasi secara jelas tentang suatu kejadian. Dari segi berita, berita dalam televisi bisa diulang-ulang karena akan banyak channel televisi yang akan menyiarkan suatu kejadian yang sama, selain itu banyak channel televisi yang menyiarkan berita yang berbeda-beda tiap waktunya, yang membuat penonton lebih banyak mendapatkan suatu informasi. Begitu juga dari segi hiburan, televisi banyak menampilkan hiburan seperti pemutaran video klip lagu terkini, reality show, talk show, competition show, maupun infotaiment. Tentu hal tersebut lebih banyak membuat penonton terhibur karena program hiburannya yang beraneka ragam, sehingga yang tadinya sangat antusias pada radio sekarang lebih memilih televisi sebagai media hiburan dan memperoleh informasi.
Penurunan jumlah pendengar radio juga disebabkan karena kemudahan mendapatkan lagu lewat internet, mengakses informasi lewat android dan tidak adanya lagi rasa bangga dan spesial ketika lagu yang diminta masyarakat diputar di radio kesayangan mereka. Radio yang dulu menjadi tempat favorit untuk mengakses informasi juga mendengarkan lagu, lagi-lagi telah tergeser oleh media elektronik yang berbasis internet. Masyarakat dengan mudah mengakses informasi melalui sebuah jaringan internet. Pesatnya pertumbuhan internet, video streaming, televisi, menjadi tantangan berat bagi radio di masa kini. Dari internet, berita yang dibutuhkan dapat dilihat dari situs-situs tertentu dengan hanya mengetik di tab, gadget, maupun komputer atau latop yang kita punya. Banyak situs yang memberikan seputar berita yang diperlukan, seperti contohnya detik.com, yahoo.co.id.com, dan lainnya. Selain itu, hiburan yang kita inginkan dapat kita penuhi dengan media internet seperti memutar musik maupun video klip, isu tentang artis yang kita sukai, hal-hal yang berkaitan dengan hoby, kabar-kabar politik dan lain sebagainya. Selain itu internet memberikan kelebihan untuk memberi kita kesempatan untuk berkomunikasi dengan orang lain pada jarak yang jauh.
Hal lain yang menyebabkan penurunan jumlah pendengar radio yaitu masyarakat modern sekarang ini adalah orang-orang sibuk yang hanya punya sedikit waktu untuk mengkonsumsi media massa. Masyarakat urban perkotaan misalnya adalah orang-orang yang bekerja full dari pagi hingga malam hari dan tidak punya waktu untuk mendengarkan radio. Sebenarnya, perilaku masyarakat urban yang multi tasking tidak hanya merugikan radio, namun televisi dan koran juga dirugikan.
Namun, di tengah fenomena penurunan jumlah pendengar tidak disikapi dengan perbaikan kualitas produk dari industri radio. Semestinya fenomena penurunan jumah pendengar harus memacu industri radio untuk menghasilkan produk yang lebih baik dan adaptif terhadap perubahan jaman. Namun faktanya menujukkan sepanjang 10 tahun terakhir ini nyaris tidak ada program siaran radio yang fenomenal dan mampu merebut perhatian publik di Indonesia ini. Kalaupun ada produk siaran yang berkualitas itu dihasilkan parsial oleh radio-radio yang kreatif saja, artinya tidak cukup untuk meng-counter perubahan yang terjadi. Padahal yang dibutuhkan adalah sebuah kebangkitan secara industri. Kejayaan radio di udara rupanya semakin memudar. Mungkin, orang saat ini hanya mendengarkan radio ketika berkendara mobil, untuk mendengarkan lagu pengusir kantuk atau mendengarkan info lalu-lintas.
Hadirnya fitur FM Radio Built indalam sebuah smartphone sudah tidak lagi menjadi faktor utama, bahkan beberapa smartphone keluaran terbaru seperti iPhone, Sony, HTC, Lenovo, Asus hingga Samsung Galaxy Series sudah mulai menghilangkan fitur FM Radio sebagai fitur standar mereka. Peningkatan kepemilikan smartphone di Indonesia tidak lagi mengandalkan kehadiran fitur FM Radio built in. Hampir semua stasiun radio sudah menawarkan layanan Streaming radio mereka yang bisa dinikmati melalui akses internet, apalagi sekarang sudah didukung dengan akses internet cepat 4G LTE yang menawarkan kenyamanan dalam melakukan streaming multimedia termasuk radio. Namun, masih belum bisa mengembalikan kejayaan radio seperti dulu.
C. Penutup
a. Kesimpulan
Radio dapat dikatakan telah lama hadir di kehidupan masyarakat sejak tahun 1922, namun adanya persaingan radio dengan teknologi canggih membuat kedudukan radio sebagai pemberi berita dan hiburan yang utama tergeser. Tidak bisa dipungkiri, televisi dan internet memang banyak memiliki kelebihan dibanding radio. Kemungkinan jika peminat radio berkurang dan beralih pada televisi maupun internet bisa terjadi kapan pun itu, dan tidak ada pihak yang dapat disalahkan akan hal tersebut karena semua media juga ingin meningkatkan diri di bidang mereka masing-masing. Namun meskipun begitu, radio tetap harus bisa menampilkan kelebihan mereka dari segi berita maupun hiburan mereka secara maksimal, siaran radio juga diharapkan dapat memberikan kreativitas mereka pada pendengar dalam hal menyiarkan sesuatu untuk menambah dan menarik peminat mereka maupun mempertahankan pendengar mereka yang setia.
b. Saran
Untuk meraih pedengar yang meningkat, stasiun radio seharusnya dapat menyajikan content yang terbaik, menarik, baik lagu, informasi maupun berbagai program siaran yang menarik. Membrikan sesuatu yang baru secara rutin lagu - lagu baru, acara baru atau berita baru. Usahakan untuk memberikan kejutan, sesuatu yang tidak terduga, yang tidak biasa kepada pendengar sesering mungkin paling tidak dalam setiap jam sekali. Pendengar ingin mendapatkan sesuatu yang tidak bisa didapatkannya di tempat lain. Jadilah teman bagi pendengar secara personal, bukan secara massal. Akan menjadi masalah jika kita tidak bisa memahami bagaimana caranya menjadi teman bagi pendengar. Pendengar ingin mengetahui kejadian apa yang sedang terjadi saat ini, untuk itulah diperlukan adanya penyiar yang secara langsung bisa menyampaikan informasi-informasi aktual bagi pendengar. Jangan membuat pendengar bosan dengan basa basi, kata-kata, komentar-komentar dan obrolan tidak penting dari penyiar. Singkatnya, apa yang disampaikan oleh penyiar bermutu dan tidak bertele-tele. Ciptakan ikatan emosional yang kuat dengan pendengar, buat mereka selalu tergerak untuk terus mendengarkan siaran. Memberikan hiburan, tantangan dan menyatulah dengan pendengar. Be interactive!
Â
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro, dkk. 2007. Komnikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Romli, Asep Syamsul M. 2009. Dasar -- Dasar Siaran Radio Basic Announcing. Bandung: Nuansa.
 Wawan Kuswandi. 2008. Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Isi Media Televisi.Jakarta : PT Rineka Cipta. Hal 207.
Sumber lain:
Deni, Sukma. 2015. Kisah FM Radio, Fitur Smartphone Yang Mulai Ditinggalkan.https://arenalte.com/life/fm-radio-fitur-smartphone-yang-mulai ditinggalkan/. Di akses 06 juli 2017.
Komisi Penyiaran Indonesia. 2016. Ketua PRSSNI Bali Harap, Proses Perijinan Radio Tidak Berbelit-Belit.https://www.kpid-baliprov.go.id/index.php/baca berita/4481/www.mitindohouse.org. Di akses 05 Juli 2017.
Uli, Febriarni. 2014. Jumlah Pendengar Radio Menurun, Ini Penyebabnya. http://www.harianjogja.com/baca/2014/12/28/jumlah-pendengar-radio-menurun-ini-penyebabnya-563220. Di akses 05 Juli 2017.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H