Mohon tunggu...
Fanie Mustikasari
Fanie Mustikasari Mohon Tunggu... Administrasi - Staff Administrasi

Take the risk or lose the chance

Selanjutnya

Tutup

Nature

Krisis Air Bersih dan Perubahan Iklim di China

13 Desember 2023   20:07 Diperbarui: 13 Desember 2023   21:18 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source: https://www.greenpeace.org/international

Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar dalam menentukan kelestarian lingkungan hidup. Manusia yang dianugerahi akal budi akan mampu mengubah wajah dunia dari pola kehidupan sederhana sampai ke bentuk kehidupan modern seperti saat ini. Namun manusia juga akan membawa dampak negatif ketika pengawasan dan batasan sudah tidak diindahkan lagi terhadap lingkungan sehingga menyebabkan permasalahan seperti pencemaran sumber daya serta perubahan iklim.

Cina merupakan negara yang memiliki ekosistem air bersih yang bersumber dari sungai dan danau. Setidaknya Cina memiliki 50.000 sungai dengan cekungan lebih dari 100km2 dan 1.500 sungai dengan cekungan lebih dari 1.000km2 serta memiliki 2.800 danau yang tersebar di berbagai daerah dengan luas tidak lebih dari 1km2. Namun dalam manajemen sistemnya, Cina tidak memiliki distribusi sungai yang merata. Kondisi sungai dan danaunya mengalami perubahan yang signifikan setiap tahunnya dan semakin menurun sejak revolusi industri yang terjadi ditahun 1980an. Saat ini Cina merupakan salah satu Negara dengan pendapatan negaranya dari sektor industri, salah satunya yang terbesar pada sektor Tekstil .

Kemajuan industri Tekstil yang masiv telah menyebabkan aliran limbah yang terus-menerus dibuang ke sungai akhirnya menjadi penyebab tercemarnya air di sungai. Terbukti pada aliran sungai yang tersebar di Cina daratan kini mengandung bahan gas penyebab efek rumah kaca yaitu karbon dioksida (CO2), Metana, dan dinitrogen oksida (N2O). Penelitian ini dilakukan oleh salah satu profesor di Departemen Geografi dan Manajemen Sumber Daya di Universitas China Hong Kong (BBC, 2021). Pada penelitian ini ditemukan hasil yang menunjukan bahwa kandungan gas ini terdapat 4,5 kali lebih tinggi dari pada gas yang berada di atmosfer. Kandungan gas ini merupakan hasil produksi dari mikroba yang mengubah polutan menjadi gas. Artinya menguapan dari kandungan gas yang ada pada sungai-sungai di Cina, merupakan salah penyebab terbesar yang dampaknya terasa pada perubahan iklim ekstrem. 

Tidak hanya mengandung gas, sungai-sungai juga terkontaminasi zat-zat kimia beracun yang berasal dari limbah logam seperti brominated fire retardants, bisphenol A, alkylphenols dan phthalate. Selain itu, hal ini menjadi faktor yang krusial terhadap berkurangnya sumber daya hidup masyarakat yang membutuhkan air bersih pada sektor rumah tangga serta aktifitas sehari-hari lainnya. Oleh karena itu, beberapa pihak dari organisasi internasional seperti Greenpeace dan para aktivis lingkungan di Cina telah mendorong pemerintah dengan bantuan kampanye hijau yang concern pada limbah industri dan juga polusi udara sejak 2011 silam serta kesadaran sosial dari masyarakat Cina itu sendiri dengan mengacu pada kesepakatan Green Agreement Eropa serta UU Perlindungan Air Bersih yang disepakati secara Internasional di Amerika. Dengan ini diharapkan perubahan kualitas air di Cina dapat mengurangi emisi gas dan limbah penyebab efek rumah kaca yang langsung berdampak pada perubahan iklim ekstrem disana. 

Fanie Mustikasari (43222120051)

S1 Akuntansi Universitas Mercu Buana

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun