Diabetes Melitus (DM) menurut American Diabetes Association (ADA) adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia dapat menyebabkan disfungsi beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. (devi, 2011)
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit dengan kadar glukosa darah yang melebihi batas normal, yaitu kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl dan kadar gula darah yang puasa lebih dari 126 mg/dl. DM ini merupakan sekelompok kelainan dari heterogen yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah. DM merupakan kejadian dengan jumlah penderita semakin tiap tahunnya. Salah satu pendukung menstabilkan gulah darah adalah adanya pengetahuan yang baik mengenai diet Diabetes Melitus (fitria, 2020).
Klasifikasi
Ada beberapa klasifikasi dari DM, yang paling utama adalah : DM tipe I yaitu Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM), DM Tipe II yaitu Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM), Diabetes yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya dan Diabetes Melitus Gestational (GDM) (brunner and sudath, 2022).
Defisiensi insulin juga menggaggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya simpangan kalori.
1)Diabetes Melitus Tipe I (IDDM)
        DM tipe I adalah penyakit hiperglikimia akibat keadaan insulin. Penyakit ini disebut Insulin Dependen Diabetes Melitus (IDDM). Pengindap penyakit ini harus mendapat insulin pengganti, DM tipe I biasanya dijumpai pada orang yang tidak gemuk berusia kurang dari 30 tahun, dengan perbandingan laki-laki lebih banyak dari pada wanita. Kerusakan sel pembuat insulin dan sistem kekebalan tubuh sebagai pemicu DM tipe I. karena itu, penderita DM tipe I memerlukan suntikan insulin setiap hari, selain mengatur menu makanan yang telah ditentukan kalorinya sesuai kebutuhan.
2)Diabetes Melitus Tipe II (NIDDM)
        DM tipe II yaitu DM yang tidak bergantung dengan insulin. DM tipe II ini terjadi akibat sensitivitas terhadap insulin ( yang disebut resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin. DM tipe II pada mulanya di atasi dengan diet dan latihan atau olahraga. Jika kenaikan glukosa tetap terjadi, terapi diet dan latihan tersebut dilengkapi dengan obat hipoglikemik oral (OHO). Pada sebagian penyandang DM tipe II, obat oral tidak mengendalikan keadaan hiperglikemia sehingga diperlukan penyuntikan insulin.
         Kelompok DM tipe II kebanyakan timbul pada penderita diatas usia 20 tahun. Penderita DM tipe II inilah yang terbanyak dindonesia. Konon mencapai 90% dan umunya disertai dengan kegemukan. Pengobatannya diutamakan dengan perencanaan makan yang baik dan latihan jasmani yang teratur. Pankreas masih menghasilkan insulin, tetapi insulin yang ada bekerja kurang sempurna karena adanya resistensi insulin akibat kegemukan. Dengan menurunkan berat badan, penyakit yang ada biasanya terkendali
         Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada DM tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang perana dalam proses terjadinya resistensi insulin.
3)Diabetes Melitus Gestasional (DMG)
        DM Gestasional terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap DM. sekitar 50% wanita pengidap kelainan ini akan kembali ke status non DM setelah kehamilan berakhir. Namun beresiko mengalami DM tipe II pada waktu mendatang lebih besar dari pada normal
        Penyebab DM Gestasional dianggap berkaitan dengan kebutuhan energi dan kadar ekstrogen, hormon pertumbuhan yang terus menerus tinggi selama kehamilan. Hormon pertumbuhan dan ekstrogen merangsang pengeluaran insulin dan dapat menyebabkan gambaran sekresi insulin seperti DM tipe II yang akhirnya menyebabkan penurunan responsivitas sel. Hormon pertumbuhan memiliki beberapa efek anti insulin, misalnya perangsangan glikogenolisis (penguraian glikogen) dan penguraian jaringan lemak. Semuanfaktor ini mungkin berperan menimbulkan hiperglikimia pada DM Gestasional. Wanita yang mengidap DM Gestasional mungkin sudah memiliki gangguan subklinis pengontrolan glukosa bahkan sebelumnya diabetesnya muncul.
         Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada DM tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. (maulidya, 2019)
Diagnosis
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah dan HbA1c. pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan plasama darah vena. Pementauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan glukometer. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Berbagai keluhan dapat ditemukan pada pasien DM. kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti:
Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang todak dapat dijelaskan sebabnya.
Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.
Toleransi Glukosa Terganggu (TGT): hasil pemeriksaan glukosa plasma 2 jam setelah TTGO antara 140-199 mg/dL dan glukosa puasa < 100 mg/Dl
Bersama-sama didapatkan GDPT dan TGT
Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan HbA1c yang menunjukkan angka 5,7 -- 6,4%. (soelistijo, 2021)
Tanda dan gejala
Ketoasidosis atau serangan diam-diam pada tipe 1
Yang paling sering terjadi adalah keletihan akibat difesiensi eneri dan keadaan metabolis
Kadang kadang tidak ada gejala (pada diabetes tipe 2)
Dieuretik ostomotik yang disertai poliuria, dehidrasi, polidipsia, selaput lendir, dan kekencangan kulit buruk
Pada ketoasidosi dan keadaan non-ketotik hipermospolar hiperglikemik, dehidrasi berpotensi menyebabkan hipovolemia dan syok
Jika diabetes tipe 1 tidak dikontrol, pasien mengalami penurunan berat badan dan selalu lapar, padahal ia sudah makan sangat banyak
Gejala klasik :
Poliuri
Polidipsi
Penurunan berat badan
Penurunan berat badan
Lemah
Kesemutan, rasa baal
Bisu/ luka yang lama tidak sembuh
Keluhan impotensi pada laki-laki
Keputihan
Infeksi saluran kemih (yudea, 2000)
      Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H