Menangis merupakan cara yang umum dan unik yang dilakukan oleh manusia dalam mengungkapkan emosinya meskipun menangis juga dilakukan oleh berbagai macam jenis hewam dengan tujuan yang sama. Setiap orang pasti pernah menangis dan akan terus dilakukan sampai akhir hayatnya. Manusia menangis karena berbagai macam situasi. Mereka biasanya menangis karena bahagia dan rasa syukur atau menangis karena kesedihan seperti kehilangan orang yang dicintai. Selain itu, manusia juga menangis karena marah, menyesal atau muak, menghadapi kegagalan, konflik ataupun kekecewaan. Sebagai salah satu cara dalam mengungkapkan emosi, menangis memiliki banyak manfaat salah satunya membuat perasaan kita menjadi lega. Tentunya terdapat penjelasan ilmiah terkait hal ini.
Arti kata menangis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah melahiran perasaan sedih (kecewa, menyesal, dsb) dan mencucurkan air mata serta mengeluarkan suara (tersedu-sedu, menjerit-jerit, dsb). Definisi menangis dalam kajian kesehatan ialah cermin emosi manusia, yaitu merupakan bagian dari penyaluran emosi yang meliputi kesedihan, kegembiraan, kekagetan, ketakutan, cinta kasih, kebencian, dan kemarahan. Menangis juga memiliki arti proses keluarnya air mata dari kelenjar lacrimal yang berada di sudut sebelah luar dari lekuk mata ke atas bola mata. Vingerhoets (2013) menyatakan bahwa anteseden menangis ada dua jenis yaitu anteseden negatif (sakit fisik, perasaan tidak mampu dan kehilangan) dan anteseden positif (kelahiran anak, pernikahan, dll).
Tom Lutz dalam Aqmarina (2007) secara biologis membedakan air mata menjadi tiga jenis, yaitu:
a.Basal tears (air mata dasar), yaitu air mata yang membasahi mata dan membersihkan mata dari debu. Air mata basal mengandung air, mucin, lipid, lisozim, lipocalin, laktoferin, immunoglobulin, glukosa, urea, sodium, dan potasium. Zat-zat tersebut yang berperan mencegah infeksi bakteri pada mata dan merupakan bagian dari sistem imun.
b.Reflex tears (air mata refleks), yaitu air mata yang mengalir akibat iritasi dari partikel-partikel yang mengganggu mata seperti air mata yang keluar akibat uap dari mengiris bawang, gas air atau percikan lada. Bawang mengandung enzim sintase factor lacrimatoric dan senyawa sulfur yang dapat menguap dan dapat larut dalam lapisan basah mata untuk membentuk larutan encer asam sulfur yang membuat pedih mata.
c.Emotional tears (air mata emosional), yaitu air mata yang memiliki makna psikologis seperti depresi, stres atau penderitaan fisik. Air mata tidak hanya disebabkan oleh emosi negatif melainkan juga disebabkan karena emosi positif.
Mata adalah organ berbentuk agak bulat yang terdapat di dalam rongga tengkorak yang disebut orbit. Mata dikelilingi oleh kumpulan daging yang bertempat di dalam rongga. Mata dapat bergerak ke berbagai arah dengan perantara otot-otot. Bola mata terbentuk dari tiga lapisan, lapisan tersebut dari luar ke dalam, yaitu: lapisan pertama, sclera dari arah depan dan kornea dari arah depan. Lapisan kedua, koroid dari arah belakang dan iris dari arah depan. Lapisan ketiga, retina dari arah belakang dan lensa dari arah depan. Organ yang berhubungan dengan mata yaitu lids (kelopak mata), eye brows (alis), dan sistem lakrimal (air mata). Sistem lakrimal terbentuk dari kelenjar air mata yang berfungsi mengeluarkan air mata (lisosim). Kata lakrimasi merujuk pada kata menangis.
Lapisan air mata terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan minyak, lapisan air, dan lapisan lendir. Lapisan minyak merupakan lapisan terluar yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar kecil pada pinggir kelopak mata yang bernama kelenjar meibom. Fungsi dari lapisan minyak ini adalah untuk melicinkan permukaan mata dan mengurangi penguapan mata. Lapisan minyak merupakan lapisan terluar yang dihasilkan. Lapisan air merupakan lapisan tengah yang dihasilkan oleh sel-sel yang tersebar pada konjungtiva (selaput bening mata). Lapisan ini berfungsi membersihkan mata dan mengeluarkan benda-benda asing ataupun iritan yang masuk ke dalam mata. Lapisan terdalam adalah lapisan lendir. Lapisan ini membantu agar air mata tersebar rata pada permukaan mata dan membantu agar mata tetap lembab.
Frey, et al (1981) dalam Aqmarina (2007) mengungkapkan bahwa ada perbedaan komposisi biokimia antara air mata emosional dengan air mata iritasi. Air mata emosional memiliki konsentrasi protein 24% lebih besar daripada air mata iritasi. Kompleks protein pada air mata emosional lebih besar dikarenakan hasil respon stress yang dialami seseorang.
Abdul Mujib (2002) dalam Aqmiarina (2007) membedakan jenis menangis berdasarkan konstitusi manusia, fungsi-fungsi psikologis, dan nilai spiritualitas.
a.Dilihat dari konstitusi manusia dibedakan menjadi dua macam, yaitu tangisan yang disebabkan oleh pengaruh organ-organ fisik dan tangisan yang disebabkan oleh pengaruh psikis (kejiwaan).
b.Dilihat dari fungsi-fungsi psikologisnya dibedakan menjadi dua macam, yaitu tangisan yang bernilai terapi (penyembuhan) dan tangisan yang bernilai patologis (penyakit).
c.Dilihat dari nilai spiritualitas dibedakan menjadi dua macam, yaitu tangisan yang memiliki arti ibadah (al-ubudiyah) dan tangisan sia-sia dan tidak memiliki nilai ibadah.
Menangis memiliki banyak manfaat di antaranya: (a) membantu penglihatan karena air mata yang keluar saat kita menangis dapat mencegah dehidrasi pada membran mata yang bisa membuat penglihatan menjadi kabur; (b) menangis berfungsi untuk mengeluarkan garam dan zat kotor lainnya dari mata. Air mata mengandung sutau enzim yang disebut lysozyme yang dapat membunuh bakteri dan melindungi mata dari infeksi; (c) membuang racun. Air mata emosional dan air mata refleks ternyata sama-sama mengandung mangan (Mg) yang kadarnya 30 kali lebih besar daripada yang terdapat dalam darah; (d) mengurangi stres; (e) menarik simpati dan mendekatkan diri dengan orang lain atau menenangkan sang penangis dan memicu produksi hormon oksitosin, yaitu hormon yang membuat seseorang ingin disentuh oleh orang lain; (f) melegakan perasaan dan meningkatkan mood atau suasana hati.
Ada beberapa hipotesis yang telah diidentifikasi mengenai mengapa menangis dapat membantu kita melepaskan stres dan membuat kita merasa lega. Hipotesis-hipotesis tersebut antara lain (Vingerhoets, 2007):
a.Gagasan pertama adalah bahwa menangis merangsang aktivitas sistem saraf parasimpatik yang akan memulihkan tubuh manusia dari stres dan trauma.
b.Gagasan lainnya dari Frey (1985) bahwa kelenjar air mata berfungsi dalam menghilangkan racun (termasuk hormon stres), yang dilepaskan dalam darah ketika kita dalam keadaan distres. Menurutnya, membersihkan darah dari zat-zat ini akan menghasilkan suasana hati yang lebih baik dan bahkan mungkin kesehatan yang lebih baik.
c.Gagasan ketiga yaitu bahwa tangisan dapat meningkatkan jumlah udara dingin yang dapat mengakibatkan pendinginan hipotalamus, struktur yang sangat penting dalam otak emosional, atau bahwa perubahan yang menyertai pada otot-otot wajah dan pembuluh darah memengaruhi suasana hati seseorang dengan memfasilitasi atau menghambat proses neurokimia di otak.
d.Berdasarkan penelitian hewan awal oleh Panksepp (1998), orang dapat berspekulasi bahwa menangis dapat merangsang pelepasan hormon endorfin yaitu zat mirip morfin yang dilepaskan di otak yang meningkatkan toleransi rasa sakit dan meningkatkan suasana hati kita.
Dengan demikian menangis adalah pencurahan emosi kita dengan mengeluarkan air mata. Secara biologis Tom Lutz membagi air mata menjadi tiga, yaitu basal tears (air mata dasar), reflex tears (air mata refleks), dan emotional tears (air mata emosional). Air mata dihasilkan oleh kelenjar lakrimal yang berada di sudut sebelah luar dari lekuk mata ke atas bola mata. Manfaat menangis di antaranya membantu penglihatan, melindungi mata dari bakteri dan kotoran, mengurangi stres, membuang racun, menarik simpati dan mendekatkan diri dengan orang lain atau menenangkan sang penangis dan memicu produksi hormon oksitosin, melegakan perasaan dan meningkatkan mood atau suasana hati. Ada beberapa gagasan mengenai mengapa kita merasa lega setelah menangis, yaitu menangis merangsang aktivitas sistem saraf parasimpatik yang akan memulihkan tubuh manusia dari stres dan trauma, membantu membuang racun yang ada dalam darah saat kita dalam kondisi distres, meningkatkan jumlah udara dingin yang dapat mengakibatkan pendinginan hipotalamus, dan menangis dapat merangsang pelepasan hormon endorfin yaitu zat mirip morfin yang dilepaskan di otak yang meningkatkan toleransi rasa sakit dan meningkatkan suasana hati kita.
Daftar Pustaka
Aqmarina, F.N. 2007. “Makna Menangis pada Self-Awarness dalam Religiusitas”. Skripsi. FPsi, Psikologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Mardeli. (2016). Teori Kompensasi Emosi. Tadrib. Vol. 2. No. 1 Edisi Juni, 1-30.
Miceli, M. & Castelfranchi, C. (2003). Crying: Discussing Its Basic Reasons and Uses. New Ideas in Psychology. Vol. 21. 247-273.
Sidebotham, C. (2020). Why Do We Cry? Are Tears ‘Purposeless’?. British Journal of General Practice. April. DOI: https://doi.org/10.3399/bjgp20X709049.
Subekti, T.A. 2014. “Menangis sebagai Metode dalam Kesehatan Mental (Study Kasus pada Tiga Orang Dewasa di Watulawang, Kebumen)”. Skripsi. FDK, Ilmu Sosial Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Vingerhoets, A. & Bylsma, L. (2007). Crying and Health: Populer and Scientific Conceptions. Psychological Topics. 16(2), 275-296.
Vingerhoets, A.J.J.M. & Bylsma, L.M. (2015). The Riddle of Human Emotional Crying: A Challenge for Emotion Researchers. Article of Emotion Review. 1-11. DOI: 10.1177/1754073915586226.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H