Perkenalkan namaku fani setiawan aku disini akan sedikit bercerita tentang perjalanan naik ke gunung, yang dalam cerpen ini aku beri judul 5 cm puncak gunung tanggamus daripada penasaran mending langsung simak ceritanya.
Berawal dari rasa penasaran aku dan teman-teman ku tentang gunung tanggamus akhirnya waktu libur semester kami mendaki gunung tersebut. Dengan persiapan tenda yang seadanya waktu itu tenda yang dibawa adalah plastik tutup batu bata karena kami tidak memunyai tenda terpaksa plastik itu kami bawa, untuk sampai ke lokasi gunung kami harus naik mobil.
Karena tempatnya yang lumayan jauh tetapi karena tidak ada mobil ahirnya  mempunyai ide untuk menumpang pada mobil yang lewat, setelah hampir 1 jam menunggu tidak ada satu mobil pun yang mau berhenti untuk kami tumpangi, dan ada satu mobil yang berhenti dan sopirnya bertanya : kalian pada ingin pergi kemana dek.! Kemudian kami jawab : pergi muncak gunung tanggamus om tapi tidak ada mobil yang mau kami tumpangi.!!! Sopirnya pun berkata : kebetulan kalau begitu om juga ingin melewati gunung tersebut lebih baik kalian ikut bareng om saja, mau tidak?
Dengan hati yang sangat gembira kami pun jawab serempak mau om mau. Dan kami langsung naik kedalam mobil OTW puncak Tanggamus. di tengah perjalanan sopirnya pun bertanya kalian pada ingin turun dimana dek? Karena kami belum pernah naik ke gunung tanggamus dan tidak tau rutenya kami pun jawab tidak tau om!!
Kalian turun di pemda gisting saja ya nanti kalian cari jalan sendiri dan Tanya pada orang di jalan, kata sopir itu!! Dan kami menjawab : iya om turun disini saja terima kasih ya om dan kami pun turun dari mobil. Setelah turun kami berjalan untuk naik keatas gunung hanya bermodalkan kompas ditengah-tengah kebun sayuran bingung mau jalan kearah mana sampai-sampai kesasar di pertenakan akhirnya kami berhenti sejenak karena kelelahan, dan saat beristirahat ada seorang bapak yang sedang mengasah sabitnya aku pun mencoba mendekati bapak itu untuk bertanya.Â
" pak jika ingin naik ke gunung lewat jalan yang sebelah mana ya pak ucapku" dan bapak itu menjawab " bukan lewat sini dek ini jalan buntu, jika ingin naik ke gunng kamu harus melewati kali es"!!! setelah berbincang-bincang panjang lebar akhirnya teman-temanku menghampiriku yang sedang bertanya jalan kepada bapak tersebut. Dan untungnya bapak itu mau menunjukan dimana kali es itu berada. Setelah sampai di kali es kami disuruh jalan terus melewati kebun-kebun sayuran dan akhirnya kami menemukan jalur untuk naik keatas gunung.
Cuaca yang begitu panas sangat membakar kulit dan membuat tubuh menjadi lemas, tetapi karena semangat kami yang sangat membara maka rasa lelah itu tidak aka terasa. Setelah seperempat dari ketinggian gunung ada seorang bapak yang sedang mengambil rumput, dan aku bertanya pak apakah basmen pertama masih jauh!! Bapak itu menjawab : " mboh le bapak ora weroh bapak wes tuo ora tau munggah menduwor gunung" mendengar jawaban itu kami langsung melanjutkan perjalanan sambil menghilangkan rasa jenuh kami berfoto dengan pemandangan yang sangat waw lumayan untuk bukti bahwa kami sudah pernah naik ke gunung tanggamus.
Setelah beberapa jam menaiki tanjakan yang begitu ekstrim ahirnya kami sampai di basmen pertama alhamdulillah setelah berjam-jam sampai juga di basmen pertama tanpa basa basi langsung saja tendanya kami keluarkan yaitu plastik tutup batu bata dengan seadanya dan kreativitas tenda pun jadi, setelah tenda terpasang kami langsung saja makan karena sangat kelaparan tenaga terkuras. Makan pun selesai kami tidak lupa dengan kewajiban seorang muslim yaitu shalat saat temanku azan angin datang seperti puting beliung sangat kencang sekali.
Entah kenapa angin begitu kencang mungkin akan turun hujan tetapi pada saat itu cuaca sangat cerah. Setelah azan selesai kami langsung shalat walaupun dengan keadaan tanah yang agak miring saat shalat berlangsung kami semua terpental kesana sini tapi dengan niat yang baik kami bisa menyelesaikan shalat dengan baik, setelah shalat selesai kami mencari kayu untuk membuat api unggun karena,
Cuacaa sangat dingin, kami pun berpencar aku mencari didekat pohon bambu pohonnya menyeramkan karena tidak mengetahui apa-apa aku pun percaya diri waktu memotong kayu tanganku terkena pisau , langsung saja tanganku aku tali menggunakan kain dan aku melanjutkan potongan kayuku.
Setelah semua kayu terkumpul kayu pun dibakar dan kami merebus air untuk membuat teh hangat. Seesai membuat teh kami istirahat di tenda pada sore hari angin begitu kencang pepohonan banyak yang tumbang kami menjadi takut dan gelisah dan ada seseorang kakek dan nenek tiba-tiba berbicara jangan disini dek.