Mohon tunggu...
fandy uggal
fandy uggal Mohon Tunggu... Dokter - KARYAWAN SWASTA

PRIA MISTERIUS

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Atlantis, Legenda Benua yang Hilang

6 Januari 2024   09:27 Diperbarui: 6 Januari 2024   09:35 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Gagasan tentang Atlantis yakni benua yang disebut hilang di masa lalu terus menjadi misteri yang belum terpecahkan. Banyak peneliti menyebut Atlantis kini ada di berbagai tempat, namun belum bisa dibuktikan pasti.
Atlantis kerap diceritakan sebagai masyarakat utopis maju yang memegang kebijaksanaan yang dapat membawa perdamaian dunia.

Ribuan buku, majalah, dan situs web dikhususkan untuk meneliti dan mengenalkan Atlantis. Bahkan beberapa orang telah kehilangan kekayaan dan dalam beberapa kasus kehilangan nyawa karena mencari Atlantis.

Tidak seperti banyak legenda yang asal-usulnya hilang ditelan waktu, sejarah telah mencatat persis kapan dan di mana kisah Atlantis pertama kali muncul.

Dikutip dari Live Science, kisah Atlantis pertama kali diceritakan dalam dua dialog Plato, "Timaeus" dan "Critias", yang ditulis sekitar tahun 360 SM.

Meskipun hari ini Atlantis sering dianggap sebagai utopia atau khayalan yang damai, tapi Atlantis yang dijelaskan Plato dalam ceritanya sangat berbeda.

Dalam bukunya "Encyclopedia of Dubious Archaeology" profesor arkeologi Ken Feder mencatat bahwa dalam cerita Plato, "Atlantis bukanlah tempat untuk dihormati atau ditiru sama sekali. Atlantis bukanlah masyarakat yang sempurna. Justru sebaliknya, Atlantis adalah perwujudan dari negara yang kaya secara materi, maju secara teknologi, dan kuat secara militer yang telah dirusak oleh kekayaan, kecanggihan, dan kekuatannya.

Sebagai propaganda dalam kisah moralitas Plato, legenda Atlantis lebih dianggap sebagai kota saingan heroik Athena daripada peradaban yang tenggelam.

"Jika Atlantis benar-benar ada hari ini dan ditemukan utuh dan berpenghuni, penduduknya mungkin akan mencoba membunuh dan memperbudak kita semua," kata Feder.

Sejauh ini, banyak peneliti mengungkapkan bahwa Plato menjadikan Atlantis sebagai alat plot untuk ceritanya, karena tidak ada catatan lain tentangnya di tempat lain di dunia.

Tidak ada bukti dari sumber mana pun bahwa legenda tentang Atlantis sudah ada sebelum Plato menulis tentangnya.

Terlepas dari asal usulnya yang jelas dalam fiksi, banyak orang selama berabad-abad mengklaim bahwa pasti ada kebenaran di balik mitos Atlantis tersebut.

Kemudian banyak yang berspekulasi tentang di mana Atlantis akan ditemukan. Bahkan sudah tak terhitung, para ahli yang coba menemukan Atlantis berdasarkan fakta yang sama.

Kandidat yang bisa diduga sebagai bagian dari Atlantis dengan disertai dengan kumpulan bukti dan argumennya sendiri antara lain Samudra Atlantik, Antartika, Bolivia, Turki, Jerman, Malta, dan Karibia.

Bahkan beberapa beranggapan bahwa Atlantis berada di Indonesia. Berdasarkan laporan detikInet, Ahli Paleontologi ITB Prof Yahdi Zaim memberikan tanggapan terkait keterkaitan Atlantis yang pernah dikaitkan dengan Indonesia.

Menurutnya, sejak awal Plato memang tidak mengatakan Atlantis tepatnya di mana. Namun, Atlantis diketahui hilang karena adanya gempa.

"Plato itu hidup 350-300 SM. Dan Plato tidak menyatakan Atlantis itu ada di Indonesia atau Asia Tenggara. Plato mengatakan, karena ada gempa maka lenyap yang namanya Atlantis hanya dalam satu malam. Nah, ini kalau secara geologi bisa (terjadi) tapi sejauh ini data belum menunjukkan adanya peristiwa seperti itu," jelas Prof Zaim.

Dalam hal ini, Indonesia pernah mengalami kejadian semacam itu yakni letusan Gunung Krakatau pada 1883 yang melenyapkan satu pulau dalam sehari.

Mungkinkah Atlantis itu benar-benar nyata? Di mana letak sebenarnya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun