Kontak mata dengan lawan bicara merupakan sebuah kekuatan yang menurut saya sangat penting kita lakukan, karena sangat berguna untuk segala keperluan baik itu Ketika interview kerja, negosiasi dengan klien, ketika kita presentasi, pidato, bahkan ketika kamu sedang PDKT dengan orang yang kamu taksir, wah bisa bikin dia salting meleleh. Lewat mata, kita bisa memahami apa yang dirasa oleh lawan bicara kita, apakah mereka senang, nyaman, paham, menerima, terkesan, atau bisa saja risih, jijik, atau penolakan-penolakan lainnya (buat yang PDKT kalau dari matanya udah banyak penolakan mending inget kata tukang parkir sih).
Nyatanya masih banyak yang merasa eye contact itu ga perlu, ya saya tau eye contact hanya salah satu dari bahasa tubuh yang bisa kita lakukan, tapi sadar ga sih kalau mata itu dapat dikatakan sebagai jendela hati, hanya dengan mata kita saja itu bisa menyampaikan isi hati dan membaca hati orang lain meskipun tanpa kata-kata.
Kontak mata mampu membuat lawan bicara tertarik dengan kita. Kita bisa mulai amati pupil mata lawan bicara kita, biasanya orang yang tertarik dengan pembicaraan maka pupilnya cenderung menjadi lebih besar, berlaku juga sebaliknya (untuk hal ini dapat diperjelas di part 2, kita bahas makna dari mimik mata).
Sentuhlah lawan bicara dengan mata kita, karena kepercayaan diri dapat dilihat dari gerak-gerik mata kita ketika sedang berbicara. Tunjukan sorot mata yang tegas dan tidak berlebihan, itu dapat membangun kesan pada lawan bicara kita kalau kita percaya diri dan yakin dengan apa yang kita sampaikan.
Bagaimana jika kita bertemu dengan lawan bicara yang selalu menghindari kontak mata? Bisa saja dia sedang berbohong. Lilian Glass, Seorang analis perilaku dan bahasa tubuh menyatakan kebanyakan pembohong sengaja menahan pandangannya untuk mengaburkan fakta bahwa sebenarnya dia sedang berbual. Tapi, tidak ada seorangpun pembohong ingin terlihat seperti pembohong (nah ini pembohong next level nih). Seorang ahli psikologi sosial bernama Aldert Vrij menyatakan bahwa pembohong selalu terlibat dalam kontak mata yang intensif karena dia mencoba meniru perilaku kita sebagai lawan bicaranya yang sering berasosiasi dengan kebenaran dan kejujuran. Jadi kita tidak bisa menyimpulkan begitu saja jika seseorang yang menghindari kontak mata adalah seorang pembohong.
Dari apa yang sudah kita bahas di atas, akan menjadi makna yang berbeda ketika kita memahami batas kontak mata semisal pada ajaran Islam, seseorang harus menjaga pandangan matanya ketika berbicara dengan lawan jenis, kita juga perlu memahami bagaimana norma dan budaya yang ada, kita tidak bisa menyimpulkan sesuatu begitu saja.
Tulisan ini dominan kombinasi antara opini saya pribadi dengan buku yang ada. Jika ada kesalahan, kekeliruan pemahaman, ataupun saran boleh ditambahkan dalam kolom komentar.
Referensi Buku: "Lancar Berbicara", "Bicara Itu Ada Seninya", "Seni Membaca Wajah", "Seni Menguasai Lawan Bicara".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H