Mohon tunggu...
Fandy Arrifqi
Fandy Arrifqi Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Sedang berusaha menjadi manusia

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Siapa yang Sebenarnya Ekstremis?

3 November 2019   17:14 Diperbarui: 3 November 2019   17:12 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini kita dikejutkan dengan wacana yang dilontarkan oleh menteri agama yang ingin melarang penggunaan cadar dan celana cingkrang di lingkungan instansi negara. 

Mengutip dari Tribunnews.com, Fachrul Razi mengatakan bahwa pelarangan cadar dan celana cingkrang di lingkungan instansi negara adalah untuk alasan keamanan. 

Ia memberi contoh pentingnya pelarangan ini dengan penyerangan Wiranto yang terjadi belum lama ini. Mengutip dari BBC, pelaku penyerangan terhadap Wiranto adalah orang yang telah terpapar ideologi radikal ekstrim. 

Artinya, Fachrul Razi melarang penggunaan cadar dan celana cingkrang dalam rangka membendung ekstrimisme. Tapi, siapa yang sebenarnya ekstrimis?

Yusuf Qardhawi di bukunya yang berjudul Islam Jalan Tengah menjelaskan ciri-ciri seorang ekstrimis. Yang pertama adalah mereka yang menutup dirinya dari pandangan orang lain. Orang-orang yang seperti ini cenderung memaksakan pahamnya untuk diterapkan kepada orang lain. Dalam kasus cadar dan celana cingkrang, terdapat beberapa aliran yang menganjurkan itu dan ada yang tidak. Masih mengutip Tribunnews, Fachrul Razi mengatakan bahwa, dalam pandangannya, penggunaan cadar dan celana cingkrang tidak ada dasar hukumnya di dalam al-Quran dan hadist. Tentu dalam pandangan para pengguna cadar dan celana cingkrang mereka memiliki dasar hukum di dalam al-Quran dan hadist. Jika kita memaksakan salah satu ajaran aliran itu kepada yang lain dan menutup diri dari pandangan orang lain, maka kitalah si ekstrimis itu.

Ciri yang kedua adalah berburuk sangka kepada orang lain. Berburuk sangka disini ialah dengan menuduh orang lain dan hanya melihat kepada keburukan orang tersebut tanpa pernah melihat kebaikan-kebaikannya. 

Dalam kasus pelarangan cadar dan celana cingkrang ini, Fachrul Razi telah menuduh bahwa mereka yang menggunakan cadar dan celana cingkrang adalah seorang ekstrimis yang berbahaya. 

Ia juga hanya melihat keburukan pengguna cadar dan celana cingkrang tanpa pernah membahas kebaikan-kebaikan yang telah diberikan pengguna cadar dan celana cingkrang untuk negara.

Pengertian mengenai ekstrimisme dan ekstrimis yang masih "mengambang" membuat kita mudah untuk menuduh orang lain sebagai ekstrimis. Hal ini pun disesali oleh Yusuf Qardhawi sehingga ia berusaha mendefinisikan arti dari ekstrimisme dan ekstrimis. 

Menurutnya, seorang ekstrimis adalah mereka yang menutup diri dari pandangan orang lain dan berburuk sangka kepada orang lain.

Jika kita melihat arti ekstrimisme dari pengertian yang diberikan oleh Yusuf Qardhawi, maka kita akan melihat sebuah ironi. Fachrul Razi berusaha menghapuskan ekstrimisme tapi juga bersikap ekstrim dengan menutup diri dari pandangan orang lain serta menuduh orang lain, dalam kasus ini adalah mereka yang menggunakan cadar dan celana cingkrang. 

Maka kita bisa mengajukan pertanyaan, siapa sebenarnya yang ekstrimis itu? Fachrul Razi atau para pengguna cadar dan celana cingkrang? Allahu a'lam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun