Mohon tunggu...
Rifandy Adnan El Hakim
Rifandy Adnan El Hakim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

22107030053 | Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dampak Psikologis Anak Akibat Perceraian Orangtua

15 Mei 2023   20:43 Diperbarui: 16 Mei 2023   00:03 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Merdeka.com

Perceraian orang tua adalah peristiwa yang sangat mengubah kehidupan suatu keluarga, terutama bagi anak-anak yang terlibat dalam situasi ini. Anak seringkali menjadi korban tidak langsung dari konflik yang terjadi antara kedua orang tua mereka. 

Dampak psikologis akibat perceraian ini sangat besar kepada anak, terutama anak yang berusia 7-13 tahun dimana mereka masih sangat bergantung pada orang tua, namun sudah memiliki kesadaran untuk berpikir logis.

Seringkali orang menganggap jika pengaturan pertemuan ayah dan ibu dilakukan secara baik dan berkala, maka anak tidak akan merasa perubahan apapun. Padahal, sebenarnya belum tentu, perceraian orang tua tetap berdampak besar pada anak. 

Dalam artikel ini, kita akan membahas dampak psikologis yang mungkin dialami oleh anak setelah perceraian orang tua.

Salah satu dampak perceraian orang tua terhadap anak adalah stres emosional. Anak-anak sering mengalami kebingungan, kehilangan, dan perasaan tidak aman akibat perubahan mendadak dalam situasi kehidupan keluarga mereka. 

Mereka mungkin merasa sedih, marah, cemas, dan bingung tentang apa yang sedang terjadi, dan apa yang akan terjadi selanjutnya. Anak-anak yang lebih kecil dibawah usia 7 tahun mungkin bahkan tidak sepenuhnya memahami konsep dari perceraian, tetapi tetap merasakan perubahan dalam rutinitas sehari-hari dan interaksi dengan orang tua mereka.

Selain itu, anak-anak yang mengalami perceraian orang tua mereka juga berisiko mengalami masalah perilaku. Mereka mungkin menunjukkan perubahan dalam perilaku mereka, seperti mendadak menjadi pendiam. 

Keriangan anak dapat menjadi berkurang ketika orang tuanya tidak bersamanya lagi. Hal ini disebabkan karena anak memiliki banyak kebingungan dan pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa dia curahkan ke orang lain. Anak cenderung sering melamun dan tidak aktif seperti biasanya.

Sumber Foto: Merdeka.com
Sumber Foto: Merdeka.com

Lebih parah lagi, anak dapat berubah menjadi agresif. Karena setiap individu berbeda dalam menyikapi suatu perubahan. Ada anak yan menjadi pendiam, namun ada juga yang berubah menjadi agresif seperti cepat marah, sering memukul orang lain dan benda disekitar, maupun memecahkan barang-barang, itu tandanya anak mencari perhatian dan kasih sayang.

Selanjutnya, perceraian orang tua juga dapat memengaruhi hubungan anak dengan orang tuanya. Beberapa anak mungkin mengalami perasaan bersalah atau merasa bertanggung jawab atas perceraian tersebut. 

Mereka mungkin merasa perhatiannya terbagi antara kedua orang tua dan merasa sulit untuk menjaga hubungan yang baik dengan keduanya. Anak-anak juga mungkin merasa diabaikan atau tidak diutamakan oleh orang tua mereka yang sedang menghadapi proses perceraian. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan emosional anak dan kemampuan mereka untuk membentuk hubungan yang sehat di masa depan.

Perceraian orang tua juga dapat memengaruhi kesehatan mental anak dalam jangka panjang. Studi menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami perceraian orang tua memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami depresi, kecemasan, dan masalah kesehatan mental lainnya. 

Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam mengelola emosi mereka, mengatur stres, dan membangun kepercayaan pada hubungan baru. 

Dalam beberapa kasus, dampak psikologis ini dapat berlanjut hingga masa dewasa, memengaruhi kualitas hubungan mereka, dan kebahagiaan hidup secara keseluruhan.

Lalu, dalam sudut pandang orang tua, bagaimana cara menghindari dampak-dampak negatif yang dapat menimpa anak diatas?

Pertama-tama sebaik mungkin bicarakan baik-baik dengan pasangan akan dampak negatif perceraian ini, karena sesungguhnya perceraian tidak merupakan hal yang tidak disukai oleh Allah dalam agama Islam, kecuali jika pasangan merupakan orang yang dzalim.  

Apabila perceraian sudah disepakati dan tidak dapat dihindari lagi, maka yang pertama dilakukan adalah hindari bertengkar di depan anak. Perceraian sebagian besar memang diawali dengan pertengkaran antara pasangan. Namun, alangkah baiknya untuk mengetahui situasi ketika akan berdiskusi, jika ada anak, baiknya menghindar atau diam terlebih dahulu.

Lalu kita sebagai orang tua juga harus dapat menjelaskan situasi dan kondisi kepada anak secara pelan-pelan dan baik-baik. Berikan pengertian bahwa Anda dan pasangan akan tetap menyayangi anak Anda walaupun dengan caranya masing-masing. 

Jangan juga memprovokasi anak untuk membenci pasangan Anda. Terakhir, usahakan untuk selalu pelan-pelan dalam berperilaku, jangan langsung berpisah secara tiba-tiba, biasakan anak Anda untuk gaya hidup yang berbeda agar tidak merasa kaget dan memengaruhi kondisi mentalnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun