Mohon tunggu...
Rifandy Adnan El Hakim
Rifandy Adnan El Hakim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

22107030053 | Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Mengulik Rahasia Suksesnya Kampung Ramadhan Jogokariyan

2 April 2023   16:04 Diperbarui: 2 April 2023   16:12 1438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: dokumen pribadi

Bulan suci Ramadan merupakan bulan yang selalu ditunggu-tunggu oleh umat muslim dari segala penjuru dunia. Pasalnya, bulan Ramadan adalah saat dimana seluruh pintu-pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu. Pada momen inilah umat muslim sangat dianjurkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah mereka untuk mendapatkan pahala yang berlipat ganda.

Menanggapi datangnya bulan suci Ramadan tahun 2023 atau 1444 Hijriah, Kampung Ramadhan Jogokariyan kembali digelar, setelah tahun sebelumnya ditiadakan akibat adanya pandemi Covid-19. Kampung Ramadhan Jogokariyan sendiri merupakan pasar aneka jajanan baik berupa makanan maupun minuman yang digelar di sekitaran Masjid Jogokariyan.

Mengenal sedikit sejarah Masjid Jogokariyan, masjid ini mulai dibangun sejak tahun 1966. Sebelumnya, Kampung Jogokariyan tidak memiliki masjid, sehingga kegiatan keagamaan dan dakwah dilaksanakan di sebuah langgar kecil di pojok kampung, terletak di RT 42 RW 11.

Pembangunan Masjid Jogokariyan tak lepas dari peran Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Pada kala itu, Sultan Hamengkubuwono IV membuka Kampung Jogokariyan dikarenakan sesaknya ndalem Beteng Baluwerti di Keraton. Sehingga, Prajurit Kesatuan Keraton dipindahkan ke selatan benteng, tepatnya di sebelah utara Panggung Krapyak. Tempat itu kemudian menjadi tempat tinggal para prajurit keraton yang diberi nama "Kampung Jogokariyan".

Pada masa Sultan Hamengkubuwono VII terdapat perubahan peran prajurit di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang semula merupakan prajurit perang hanya menjadi prajurit upacara dan dipersempit yang semula berjumlah 750 orang menjadi 75 orang saja. Akibatnya, banyak abdi dalem yang kehilangan jabatan dan pekerjaan.

Terjadilah perubahan sosial ekonomi yang drastis, hal ini kemudian dimanfaatkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Gerakan PKI ini disambut antusias oleh warga Jogokariyan yang termarjinalisasi, sehingga Jogokariyan menjadi basis PKI yang didominasi oleh warga miskin dan buruh.

Pada saat meletusnya G30S PKI 1965, banyak warga yang ditangkap dan dipenjara sebagai tahanan politik. Dalam masa-masa kritis ini, Masjid Jogokariyan dibangun dengan tujuan menjadi alat perekat untuk melakukan perubahan sosial ke masyarakat Jogokariyan yang berkultur Islam.

Pada masa kini, Masjid Jogokariyan selalu aktif dalam membangun aktivitas keIslaman warganya. Bahkan dalam bulan-bulan selain bulan Ramadan, Masjid Jogokariyan masih tetap ramai dikunjungi tidak hanya oleh warganya, namun juga oleh wisatawan yang ingin sekedar berkunjung atau melakukan studi banding.

sumber foto: dokumen pribadi
sumber foto: dokumen pribadi

Kembali ke topik utama artikel, untuk dapat mengulik rahasia suksesnya Masjid Jogokariyan dalam mengadakan Kampung Ramadhan Jogokariyan, saya berkunjung ke Masjid Jogokariyan. Di sana, saya berhasil mewawancarai seorang remaja masjid yang bernama Akmal.

Akmal merupakan seorang remaja Masjid Jogokariyan yang aktif membantu dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan masjid Jogokariyan. Ketika ditanya mengenai rahasia suksesnya Kampung Ramadhan Jogokariyan, Akmal menjawab "Mungkin karena manajemen masjidnya ya fan, disini kami mengikuti arahan takmir dalam koordinasi acara-acara seperti kampung ramadan ini."

Manajemen Masjid Jogokariyan memang terkenal sebagai salah satu manajemen masjid terbaik di Indonesia. Mereka menerapkan sistem yang disebut filantropi Islam (Islamic Philantrophy). Filantropi Islam adalah praktik kedermawanan dalam tradisi Islam, biasanya penyalurannya melalui zakat, infak, sedekah, dan wakaf. Filantropi Islam sendiri tidak jauh berbeda dengan filantropi biasa, hanya saja diterapkan dalam aktivitas keIslaman.

Salah satu contoh dari filantropi Islam yang diterapkan Masijd Jogokariyan adalah pihak masjid akan mengembalikan barang yang hilang senilai dengan harga barang tersebut. Misalnya Anda kehilangan sepeda, maka akan diganti pula dengan sepeda atau yang senilai dengan barang tersebut.

Masjid ini juga mengadakan gerakan saldo infak nol rupiah, yang mana Masjid Jogokariyan selalu berusaha saldo infaknya ada di nilai nol rupiah saat melakukan pengumuman. Hal ini dilakukan agar infak jamaah masjid benar-benar tersalurkan dan tidak hanya mengendap di kas masjid. Di dalam masjid sendiri, terdapat berbagai macam kotak infak yang berbeda fungsi, seperti kotak infak untuk parkir, kotak infak untuk takjil Ramadan, dan sebagainya.

sumber foto: dokumen pribadi
sumber foto: dokumen pribadi

Manajemen masjid yang baik membuat jamaah gemar mengunjungi Masjid Jogokariyan, pengunjung yang bersinggah akan otomatis melirik pasar yang diadakan di sekitaran masjid. Namun tidak hanya itu saja, Akmal menambahkan "Dan kalau dari sisi penjualnya sendiri, mereka pada senang karena pendaftaran untuk berjualan disana terbilang mudah, cukup dengan mengisi formulir saja."

Panitia telah menginformasikan bahwa pendaftaran untuk mendirikan stand makanan cukup mudah. Penjual hanya harus datang ke Masjid Jogokariyan lalu mengisi formulir, setelah itu meminta izin mendirikan kedai makanan/minuman di depan halaman warga sekitar masjid. Dengan kemudahan ini, UMKM beramai-ramai menjual barang dagangannya di Kampung Ramadhan Jogokariyan.

"Selain itu, kami juga mengadakan buka bersama untuk semua jamaah, gratis tanpa dipungut biaya, biasanya sampai tiga ribu porsi habis. Juga kalau soal jadwal makanan atau imam, biasanya anak-anak muda Masjid Jogokariyan juga menyebarkan lewat media sosial, sekalian promosi juga" kata Akmal.

Seperti yang sering kita dengar di media sosial, Masjid Jogokariyan memang benar menyiapkan sekitar tiga ribu porsi setiap hari. Takjil gratis dan menu yang disajikan berbeda-beda setiap harinya, tentunya menarik pengunjung untuk berbondong-bondong mencicipi masakan yang telah disiapkan oleh pengelola Masjid Jogokariyan.

Peran promosi melalui media sosial juga tak kalah turut menyukseskan Kampung Ramadhan Jogokariyan. Selain menu makanan yang dipromosikan, juga terdapat jadwal imam dan khotib salat tarawih. Hal ini dapat menarik tidak hanya orang yang ingin memakan menu tertentu, juga orang-orang yang ingin mendengarkan ceramah dari ustad tertentu.

Pengunjung yang bersinggah di Masjid Jogokariyan tentunya akan mencoba mencicipi aneka jajanan yang ada di Kampung Ramadhan Jogokariyan, begitu pula sebaliknya, pengunjung yang ingin membeli jajanan akan mencoba bersinggah di Masjid Jogokariyan. Kurang lebih itulah beberapa rahasia dibalik suksesnya Kampung Ramadhan Jogokariyan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun