Erik Erikson mengembangkan teori psikososial yang menjelaskan perkembangan manusia sepanjang hayat, mulai dari bayi hingga dewasa tua. Menurut Erikson, setiap tahap kehidupan memiliki krisis atau konflik tertentu yang harus diselesaikan untuk mencapai perkembangan yang sehat. Resolusi dari konflik ini memengaruhi kemampuan individu untuk menghadapi tantangan berikutnya.
Tahapan Psikososial Erik Erikson
1. Tahap 1: Kepercayaan vs Ketidakpercayaan (Trust vs Mistrust)
Usia: 0–1,5 tahun
Fokus Utama: Bayi mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain, terutama pengasuh utama, melalui pengalaman kasih sayang, perhatian, dan konsistensi.
Hasil Positif: Rasa aman dan percaya bahwa dunia adalah tempat yang dapat diandalkan.
Hasil Negatif: Ketidakpercayaan terhadap dunia, merasa cemas dan tidak aman.
2. Tahap 2: Kemandirian vs Rasa Malu dan Ragu (Autonomy vs Shame and Doubt)
Usia: 1,5–3 tahun
Fokus Utama: Anak mulai mengembangkan kemandirian dan kemampuan untuk mengendalikan diri, seperti berjalan, berbicara, atau buang air.
Hasil Positif: Rasa percaya diri dan kemandirian.
Hasil Negatif: Rasa malu dan ragu terhadap kemampuan diri sendiri.
3. Tahap 3: Inisiatif vs Rasa Bersalah (Initiative vs Guilt)
Usia: 3–5 tahun
Fokus Utama: Anak mulai mengeksplorasi dunia dan mengambil inisiatif untuk melakukan sesuatu.
Hasil Positif: Kemampuan untuk merencanakan dan mengambil tindakan tanpa takut dihukum.
Hasil Negatif: Rasa bersalah karena merasa tindakannya salah atau tidak diterima.
4. Tahap 4: Kerajinan vs Rasa Rendah Diri (Industry vs Inferiority)
Usia: 6–12 tahun
Fokus Utama: Anak mulai mengembangkan keterampilan dan kompetensi, terutama di lingkungan sekolah dan sosial.
Hasil Positif: Rasa bangga atas prestasi dan kemampuan bekerja keras.
Hasil Negatif: Rasa rendah diri karena merasa tidak mampu bersaing dengan orang lain.
5. Tahap 5: Identitas vs Kebingungan Identitas (Identity vs Role Confusion)
Usia: 12–18 tahun (remaja)
Fokus Utama: Remaja mencari jati diri, nilai, dan tujuan hidup.
Hasil Positif: Identitas yang jelas dan rasa percaya diri terhadap siapa dirinya.
Hasil Negatif: Kebingungan identitas atau merasa tidak tahu arah hidup.
6. Tahap 6: Intimasi vs Isolasi (Intimacy vs Isolation)
Usia: 18–40 tahun (dewasa awal)
Fokus Utama: Individu mencari hubungan yang dekat dan intim, baik secara emosional maupun fisik.
Hasil Positif: Hubungan yang dekat dan penuh komitmen.
Hasil Negatif: Kesepian dan isolasi karena takut membangun hubungan yang mendalam.
7. Tahap 7: Generativitas vs Stagnasi (Generativity vs Stagnation)
Usia: 40–65 tahun (dewasa madya)
Fokus Utama: Individu fokus pada kontribusi terhadap masyarakat dan generasi berikutnya, seperti melalui pekerjaan atau keluarga.
Hasil Positif: Rasa kebermaknaan hidup dan kontribusi yang positif.
Hasil Negatif: Rasa stagnasi, tidak produktif, dan kehilangan arah.
8. Tahap 8: Integritas vs Keputusasaan (Integrity vs Despair)
Usia: 65 tahun ke atas (dewasa tua)
Fokus Utama: Individu merefleksikan kehidupan yang telah dijalani, menerima keberhasilan dan kegagalan.
Hasil Positif: Rasa puas dan penerimaan terhadap hidup.
Hasil Negatif: Penyesalan, keputusasaan, dan ketakutan terhadap kematian.
Prinsip Utama Teori Erikson
Setiap tahap memiliki krisis tertentu yang harus diatasi. Keberhasilan atau kegagalan dalam menyelesaikan krisis akan memengaruhi perkembangan di tahap berikutnya
2. Pentingnya Dukungan Lingkungan:
Orang tua, teman, pasangan, dan lingkungan sosial memiliki peran penting dalam membantu individu mengatasi konflik di setiap tahap.
3. Perkembangan Sepanjang Hayat:
Berbeda dengan teori lain, Erikson percaya bahwa perkembangan manusia terus berlangsung hingga usia lanjut, bukan hanya terbatas pada masa kanak-kanak.
Contoh Penerapan Teori Erikson
1. Tahap 1 (Kepercayaan vs Ketidakpercayaan):
Bayi yang mendapatkan perhatian konsisten dari pengasuh akan merasa percaya bahwa dunia adalah tempat yang aman.
2. Tahap 5 (Identitas vs Kebingungan Identitas):
Remaja yang diberi kesempatan untuk mengeksplorasi minat dan nilai pribadi akan lebih mudah membentuk identitas yang kuat.
3. Tahap 7 (Generativitas vs Stagnasi):
Dewasa madya yang aktif dalam pekerjaan, mendidik anak, atau berkontribusi dalam masyarakat akan merasa hidupnya bermakna.
Teori psikososial Erik Erikson memberikan pemahaman yang komprehensif tentang bagaimana manusia berkembang secara emosional dan sosial sepanjang hayat. Setiap tahap perkembangan memiliki tantangan unik yang, jika berhasil diatasi, akan menghasilkan individu yang lebih matang dan mampu beradaptasi dengan kehidupan. Teori ini sangat relevan untuk diterapkan dalam pendidikan, hubungan interpersonal, dan konseling psikologis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H