Mohon tunggu...
Fandi Statistik
Fandi Statistik Mohon Tunggu... -

Bekerja di Badan Pusat Statistik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pak Supir, Keluarga Anda dan Kami Menunggu di Rumah

5 Desember 2012   02:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:10 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1354675052935277301

Kali ini saya ingin mengulas sedikit tentang angkutan umum yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Angkutan yang akan saya ulas adalah angkutan cara sewa dari Kota Padangsidimpuan menuju Ibu Kota Provinsi yaitu Kota Medan. Angkutan tersebut adalah angkutan yang menggunakan mini bus yang kebanyakan adalah Mitsubishi L300 dengan kapasitas penumpang 8 orang ditambah supir 1 orang. Orang di Sumatera Utara biasa menyebutnya “Taksi”. Cepat dan Praktis, itulah hal yang paling diingat oleh penumpang taksi ini. Namun, setidaknya para penumpang harus mengetahui cerita dibalik Cepat dan Praktis ini.

Semua penumpang taksi ini tahu, untuk menempuh perjalanan dari Padangsidimpuan menuju Medan membutuhkan waktu paling sedikit 9 jam di malam hari dan tahu juga bahwa dalam menempuh perjalanan selama ini, mini bus tersebut hanya dikemudikan oleh seorang supir. Menurut hemat saya, perjalanan tersebut sangat melelahkan bagi sang supir, apalagi perjalanan tersebut dilakukan pada malam hari dimana kebanyakan orang tidur terlelap. Saran yang sering kita dengar dari kepolisian adalah, supir seharusnya beristirahat 1 jam setelah menempuh 4 jam perjalanan nonstop. Bila kita tanya kepada sang supir, mereka bilang, perjalanan ini sudah biasa, jadi tidak melelahkan bagi mereka.

Disini penulis ingin membahas mengenai berbahayanya perjalanan ini baik bagi supir maupun penumpang, dan sebenarnya bahaya ini dapat dihindari bersama. Jalur dari Padangsidimpuan menuju Medan yang dilewati oleh taksi ini adalah jalur pegunungan berkelok-kelok dimana ada tebing di salah satu sisi dan jurang di sisi lain. Mulai dari Padangsidimpuan, Sipirok, Pahae, Tarutung, Balige, Porsea, Parapat dan sampai Pematangsiantar.Lalu dari Pematangsiantar sampai dengan Medan merupakan jalan yang relatif datar, lebar, dan juga lurus.

Taksi-taksi ini berangkat dari Padangsidimpuan mulai jam 8 malam dan biasanya akan tiba di Medan sekitar jam 6 pagi. Lalu, dimana letak bahayanya? Apakah perilaku supir yang mengemudikan taksi dengan kecepatan tinggi atau jalan-jalan yang berkelok-kelok tersebut? Penulis tidak menyalahkan semuanya. Baik supir dan jalan yang dilalui ada alasan masing-masing yang mendukung. Jalan yang berkelok-keloktersebut merupakan jalan yang relatif singkat dari Padangsidimpuan menuju Medan bila dibandingkan jalur lain yang melintasi Rantau Prapat dan Kisaran dimana jalur relatif datar dan lebar. Sedangkan supir yang mengemudikan kendaraannya dengan cepat, karena mereka ingin cepat sampai tujuan agar mereka bisa istirahat karena tidak tidur semalaman.

Menurut hemat saya, letak bahaya bukan di jalan dari Padangsidimpuan sampai Pematangsiantar dimana jalur tersebut berkelok-kelok. Namun, letak bahaya berada pada jalur dari Pematangsiantar sampai dengan Medan, terlebih lagi dari Tebing Tinggi menuju Medan. Setelah menempuh perjalanan panjang sekitar 7 sampai 8 jam dari Padangsidimpuan sampai dengan Pematangsiantar dan biasanya beristirahat di kota Balige atau Pematangsiantar untuk sekedar minum atau makan.

Perjalanan akan dilanjutkan kembali dan tentunya dengan kecepatan akan lebih tinggikarena jalan yang relatif lurus dan datar. Saat melewati jalur tersebut, biasanya waktu menunjukkan jam 3 pagi. Nah, disinilah biasanya para supir mulai mengantuk karena telah lelah membawa mobil dalam waktu yang lama dan juga naluri alami manusia yang butuh istirahat di malam hari tetapi tidak dipenuhi. Sudah beberapa kali penulis melihat langsung kecelakaan yang dialami oleh taksi-taksi ini di jalur Pematangsiantar sampai dengan Medan dengan kesamaan dugaan penyebab kecelakaan yaitu karena supir mengantuk sehingga tidak dapat mengendalikan kendaraannya.

Tidak sedikit juga korban jiwa yang melayang baik supir maupun penumpang berikut juga korban luka berat dan korban luka ringan. Belum lagi kerugian materil berupa mini bus yang hancur karena kecelakaan dan kemacetan panjang yang terjadi akibat kecelakaan ini.

Oleh karena itu, sudah semestinya ada langkah konkrit untuk mengakomodir semua kebutuhan dan keinginan dari layanan angkutan ini untuk keselamatan bersama. Penumpang, supir, pemilik mini bus, pengusaha angkutan, dan juga pihak kepolisian agar kecelakaan-kecelakaan yang diakibatkan oleh supir mengantuk karena kelelahan dapat dihindarkan. Penumpang ingin cepat sampai di tujuan untuk segera beraktivitas, sedangkan supir ingin cepat sampai di tujuan untuk segera beristirahat, dan pemilik mini bus ingin mendapatkan setoran dan mini busnya tetap selamat.

Membuat supir menjadi dua orang layaknya bis besar pastinya juga telah diperhitungkan oleh penyedia layanan angkutan ini karena akan mengurangi pendapatan para supir atau bila dikenakan tambahan pada tarif penumpang, pastinya juga akan memberatkan penumpang. Sehingga hal yang paling memungkinkan untuk dilakukan dalam waktu dekat adalah peran aktif para penumpang untuk selalu menegur supir jika mulai mengemudi secara ugal-ugalan dan juga untuk untuk tidak memaksakan diri harus sampai secepat mungkin. Untuk para supir, tidak memaksakan diri untuk terus mengemudi dan beristirahat jika konsentrasi telah menurun atau pun rasa kantuk telah mulai menyerang.Nah, jika anda sering menaiki taksi ini, tidak salah anda melakukannya karena ini demi keselamatan kita bersama. Selalu mengingatkan para supir untuk tidak terlalu memaksakan diri dalam mengemudi karena keluarga supir dan penumpang menunggu kita pulang ke rumah dengan selamat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun