Mohon tunggu...
Fandi Patodingan
Fandi Patodingan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Dilahirkan di Mamasa, Sulawesi Barat, putra ke 2 dari 4 bersaudara, saat ini saya menempuh pendidikan di Universitas Kristen Satya Wacana (SALATIGA), S1 Jurusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi. aktif di organisasi internal eksternal, saat ini menjabat Ketua Jaringan Mahasiswa Sosiologi se-Jawa, Korwil II, Jateng. dan Humas

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Jika soal Asmara, Carilah Pengakuan baru Menuntut Kepastian

13 Desember 2015   01:02 Diperbarui: 13 Desember 2015   01:02 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Terkadang dengan kita mengandai-andai kita merasakn kepuasan tersendiri, sekalipun di saat yang sama juga kita menyadari bahwa semua butuh proses yang melelahkan dan bahkan ada yang memutuskan untuk tidak melanjutkan mimpinya, tapi setidaknya kita sudah bermimpi, karena sangat disayangkan jika bermimpi saja gagal.

Merajut mimpi dengan seorang pasangan adalah impian bagi hampir semua manusia, berpasangan adalah suatu yang hakikat bagi manusia. Merajutnya itu dengan banyak cara ada yang menghabiskan waktunya dengan cara berpacaran hingga akhirnya memilih satu waktu yang tepat untuk saling mengikat, atau yang lazim di sebut dengan hidup bersama. Tapi cara ini tak meluluh menjadi cara yang pasti untuk menentukan satu hari yang mengikat itu, buktinya banyak yang berhenti ditengah jalan. Orang seperti saya sangat tidak menyukai jika soal menyanyangi saja harus berguru pada seseorang, karena saya percaya di dalam dirimasing-masing orang sudah di lekatkan prinsip menyayangi, bagi saya cara yang terbaik adalah melatih diri sendiri bagamana menyadari kelemahan dan mengakuinya di depan orang lain bukan menutupinya, mungkin inilah yang saya sebut sebagai “menjadi diri sendiri”.

Bagi saya setiap pasangan yang hadir dalam diri saya sama saja, yang berbeda hanyalah bagaimana ia memperlakukan dirinya di depan saya mungkin inilah yang saya sebut sebagai pengalaman. Wanita tetaplah wanita menurut survei saya semua wanita menuntut satu hal pada prianya yaitu “pengakuan” wanita manapun menunut itu. Jika ada wanita yang tidak membutuhkan itu bagi saya ia sudah dikalahkan lingkunganya. Jika banyak wanita yang sering kali mengatakan bahwa wanita hanya menuntut kepastian maka menurutku itu fase berikut ketika pengakuan sudah muncul maka kepastian akan menyusul. Langka awal bagi saya adalah bangunlah pengakuan terlebih dahulu dan jika sudah ada pengakuan maka carilah kepastian bersama-sama jangan bersajalan sendiri-sendir mencarinya karena yang ada hanyalah rasa saling tidak percaya ingat tujuan kita berpasangan adalah saling memahami, tapi faktanya banyak yang memahaminya terbalik, maka tak heran harapanya pun menjadi terbalik.

Sebuah kisah, Suatu ketika seorang pria tampan bertemu dengan seorang wanita manis di sebuah warung kecil, dia adalah orang yang sangat baru bagi si pria tampan sebelumnya mereka berdua belum pernah bertemu, wanita manis ini terlihat sibuk memainkan HP nya. Sembari pria tampan bercerita dengan beberapa teman-temanya , sengaja pria tampan melirik ke arah wanita manis tersebut dan si wanita manis pun secara kebetulan melirik ke arah yang sama emm kontak mata pun terjadi, sentak membuat pria tampan sedikit salah tingkah, dalam hati pria tampan berkata ini anak lumayan menarik juga setelah itu pria tampan kembali melanjutkan pembicaraan dengan teman-temanya tapi sesekali ia melirik ke arah wanita manis. Yang saya ingin katakan adalah di saat pandangan sudah diarahkan secara spontan pada sebuah objek sekalipun itu tampa alasan maka satu kata yang saya ucapkan itulah cara kerja naluri manusia seperti yang di alami si pria tampan.

Singkat cerita, hari berikutnya pria tampan sudah mulai kenal dengan wanita manis tersebut, di antara mereka sudah mulai membangun komunikasi, dan pria tampan pun mulai berpikir apa tujuan saya mengenal dia, maka segara ia memutuskan bahwa saya harus membangun satu pengakuan yang melampaui hubungan sebatas kenal, maka dia memberanikan diri untuk janjian dengan si wanita manis, setelah janjian dan bertemu pria tampan dengan gagahnya melontarkan satu kata jika ia ingin membangun hubungan bersama denganya. Alhasil wanita manis pun mengiakan seklipun mungkin bagi dia ini sangat cepat tapi bagi pria tampan inilah waktu yang tepat, dan satu kepuasan tersendiri. Tingkat kepuasanya adalah karena proses yang harusnya di jalani orang pada biasanya dua kali pria tampan menjadikanya satu kali yaitu langsung membangun hubungan lalu di bangun pendekatan, yang saya ingin katakan dari kisah di atas bahwa bangunlah terlebih dahulu pengakuan dan carilah kepastian bersama-sama jika saja sudah berjalan bersama dan pada akhirnya kepastian itu juga tidak muncul maka di situlah baru kita berhak mengatakan mungkin bukan jodoh, intinya jangan seenaknya berkata bahwa jodoh ada di tangan Tuhan, tapi jodoh juga sangat di tentukan oleh anda sendiri, yaitu dengan cara memberi pengakuan dan berjalan bersama pasanganmu mencari kepastian.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun