Mohon tunggu...
Fanda Puspitasari
Fanda Puspitasari Mohon Tunggu... Lainnya - Pejuang Pemikir - Pemikir Pejuang

Karakter terbaik lahir dari tantangan dan pergolakan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Marsinah, Wajah dari Kekuatan Buruh Indonesia

1 Mei 2022   15:25 Diperbarui: 1 Mei 2022   15:27 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

            Marsinah ditemukan tak bernyawa dalam kondisi mengenaskan dengan tanda-tanda penyiksaan berat pada 8 mei 1993 di sebuah hutan di daerah Nganjuk, Jawa Timur, setelah sebelumnya dinyatakan menghilang pada 5 Mei 1993. Pasalnya sebelum kematiannya, Marsinah adalah orang yang mengorganisir dan memimpin kaum buruh untuk mogok massal ditempat ia bekerja yaitu PT Catur Surya, Porong, Sidoarjo. Aksi mogok massal tersebut dilakukan sebagai bentuk protes kepada perusahaan atas tindakan sewenang-wenangnya terhadap kaum buruh. 

            Aksi protes yang dilakukan oleh Marsinah dan massa buruh adalah aksi menuntut kenaikan upah berdasarkan surat edaran Gubernur Jawa Timur No 50/th. 1992, yang menghimbau agar pengusaha menaikkan upah karyawan sebesar 20% gaji pokok, serta tuntutan perbaikan perlakuan kepada kaum buruh. Selain menuntut kesejahteraan bagi kaum buruh, Marsinah juga menyuarakan upah lembur dan cuti hamil bagi para buruh perempuan.   

            Marsinah berjuang ditengah-tengah rezim otoriter yang bengis kepada siapapun yang dianggap mengusik kenyamanan pemerintah beserta antek-anteknya. Rezim dengan model kepemimpnan represif yang mengebiri dan merampas setiap hak warga negara. Warga negara yang berusaha memperjuangkan haknya, baik itu dari kalangan buruh, petani, nelayan, mahasiswa dan rakyat kecil lainnya, maka akan berhadapan dengan "monster" kejam yang bernama kekuasaan. 

            Hanya orang-orang yang memiliki keberanian berlapis yang mampu tegap berdiri pada garda terdepan untuk melakukan perlawanan. Marsinah, dia yang berada pada barisan terdepan dalam memperjuangkan keadilan bagi kaum buruh. Tak dapat dipungkiri, bahwa Marsinah adalah pionir dalam melawan penindasan terhadap buruh pada saat itu. Marsinah menjadi pahlawan berani mati demi memperjuangkan hak manusia, hak buruh, yang disebut keadilan dan kemanusiaan.

            Marsinah, sangat patut kiranya kita sejajarkan dengan pejuang hebat anti penindasan yang namanya tercatat dengan aksara emas sejarah perjuangan kemanusiaan di dunia. Di Perancis, kita kenal dengan Madame Roland, pemimpin perempuan yang paling berpengaruh pada Revolusi Prancis. Lalu Rose Lacombe, yang memimpin gerakan massa 8.000 perempuan pada tanggal 16 oktober 1787 yang menuntut diberi roti untuk mengisi perut mereka yang kelaparan. 

            Kemudian dari aksi tersebut lahirlah naskah Hak-hak Manusia. Di Jerman, perempuan pejuang tersohor bernama Rosa Luxemburg, adalah orang pertama dan paling aktif dalam menyerang virus-virus reformisme yang tengah mengguncang Eropa, ia berjuang menggempur kapitalisme, ia adalah pahlawan ulung dalam pergerakan sosialisme. Kemudian Clara Zetkin, sang ibu besar dalam pergerakan proletar sedunia, ibu dari revolusi proletar. Ia yang memulai mendirikan Kongres Perempuan Internasional, dan ia pula yang mempelopori adanya Hari Perempuan Internasional yang sampai saat ini kita peringati setiap tanggal 8 Maret.

            Kemudian nama terakhir yang juga pejuang tangguh adalah Olympe de Gouges,  pemimpin kaum perempuan bawah yang dengan gagah berani tidak takut akan maut. Olympe menuntut persamaan hak bagi perempuan, dan menuntut kemanusiaan secara luas. Dialah yang mula-mula mengorganisir aksi perlawanan perempuan. Olympe de Gouges, yang oleh Sukarno disebut sebagai singa betina Revolusi Prancis, berakhir dengan cara tragis, dipenggal lehernya lantaran perjuangan yang begitu gigih. Hal yang sama dialami oleh Marsinah, dihabisi dengan keji karena memperjuangkan kemanusiaan dan keadilan.

            Olympe de Gouges adalah organisator dan agitator perempuan yang pertama di dalam sejarah pergerakan revolusioner, dan Marsinah adalah organisator dan agitator perempuan dalam sejarah pergerakan buruh di Indonesia. Olympe de Gouges dan Marsinah telah mengorganisir, menyusun tenaga dari orang-orang lemah, kaum papa yang tertindas, menjadi satu kekuatan utuh dalam melawan kemungkaran. 

            Olympe de Gouges dan Marsinah selalu berada ditengah-tengah massa. Mereka bukanlah perempuan yang tinggi intelek, namun mereka adalah pejuang yang mampu mengobarkan semangat kepada kawan seperjuangannya. Olympe de Gouges dan Marsinah menjadi simbol dari bangkitnya kesadaran perjuangan perempuan dan perjuangan buruh untuk melawan penindasan, untuk memperjuangkan kemanusiaan.

            Marsinah, namanya kekal didengungkan dan dijadikan simbol perlawanan kaum buruh Indonesia sekaligus perwujudan dari keberanian dan perjuangan anti penindasan. Marsinah adalah mercusuar bagi kaum buruh untuk menyuarakan kelayakan nasib dan keadilan sosial bagi buruh. Pada masanya, Marsinah telah melakukan perjuangan yang luar biasa hebat, berjasa, dan besar, memperjuangkan hak buruh, memperjuangkan keadilan, memperjuangkan kemanusiaan. Marsinah adalah simbol buruh perempuan tangguh dengan kesadaran kuat menegakkan keadilan.

            Kobaran api perjuangan Marsinah selalu menyala diantara kesadaran yang begitu luas akan pentingnya penghargaan terhadap Hak Asasi Manusia. Jasanya yang begitu besar, warisan semangat juang yang kian menjalar, hingga kini dan sampai kapanpun akan terus menyertai perjuangan kaum buruh Indonesia dalam menegakkan keadilan sosial. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun