"Katakanlah: "Inilah jalanku (agamaku). Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata (ilmu dan keyakinan). Maha suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". [Yusuf:108]
Dakwah adalah penyeruan ajakan seseorang untuk mengimani Allah SWT, dalam hal ini setiap agama pun selalu menyerukan kebaikan versi agamanya masing - masing, setiap agama juga saling mengklaim paling benar, apakah hal ini salah? Tentu tidak, sebab kebenaran bersifat lentur, tergantung dari sudut pandang mana kebenaran itu didengungkan.
"Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Matius 28: 19-20
Islam sendiri memaknai Dakwah sebagai media silaturahmi antar sesama manusia, entah akan mengubah orang yang didakwahinya atau tidak dakwah seharusnya bisa menjadi alat mempererat persaudaraan. Sayangnya yang terjadi saat ini bertolak belakang dengan esensi dakwah itu sendiri, banyak yang salah mempraktekannya.
Dalam metode Dakwah Fardiah misalnya, kadangkala seseorang yang sudah merasa hijrah akan terus menerus menceramahi kawan yang menurutnya belum berada pada jalur yang sama seperti dirinya, dalam perkara hubungan antar lawan jenis, seseorang yang sudah hijrah akan terus menasehati temannya yang masih pacaran dengan memberi solusi menikah agar terhindar dari zina, padahal faktanya masih saja ada orang yang selingkuh ketika sudah menikah, kalaupun benar ingin menghindari zina justru mati adalah pilihan tepat. Hal seperti ini justru perlahan - lahan menciptakan citra buruk seorang Da'i, padahal untuk menjadi benar bukan berarti harus tidak menyenangkan.
Tidak hanya ada pada metode Dakwah Fardiah, tidak kredibelnya seorang Da,i juga sering ditemukan pada dakwah metode Bil - Lisan, ketika pidato atau ceramah yang bersifat politis dan cenderung provokatif sehingga membuat mad'u menjadi tidak nyaman dan tidak lagi mempercayai orang tersebut. Pun dengan metode Dakwah bit - Tadwin dakwah lewat tulisan, ketika penyesuian zaman membuat dakwah seharusnya lebih mudah dan efektif  justru menjadi boomerang bagi para Da'i itu sendiri. Terbukti dengan menyebarnya hadis - hadis dhaif yang sering jadi broadcast grup whatts app membuat orang - orang yang awam ilmu langsung mengamini sehingga menimbulkan kesalah pahaman.
Sebagai generasi milenial kecerdasan dan kepekaan sebagai seorang pendakwah sangat dibutuhkan, terlebih harus menghadapi berbagai masyarakat yang semakin apatis terhadap lingkungan sekitar, dan cenderung telah termakan stereotip seorang yang telah memplokramirkan hijrah tidak lagi menyenangkan, dan pemuka agama yang bersih dari politik kian jarang. Dalam hal ini, seorang pendakwah harus pintar dalam melakukan aktivitas dakwah tanpa terkesan menceramahi atau menggurui, pun juga tidak dengan cara provokatif dan keras, sebab bagaimanapun dakwah dengan cara halus lebih efektif dibandingkan dengan ancaman berupa dosa ataupun menjabarkan neraka agar objek dakwah takut, tidak salah memang tapi jika dengan cara menunjukan kemurahan allah beserta kemudahan islam bisa diterima, mengapa harus menggunakan ancaman neraka?
Sebagai manusia kita juga kerap kali khilaf atas berbagai macam dosa yang dilakukan, seharusnya ini menjadi acuan kita menggunakan dakwah dengan cara tidak menggurui, sebab mau bagaimanapun baik Da'i maupun Mad'u sama - sama manusia biasa, yang sama berpotensinya melakukan dosa. Juga dakwah seharusnya dilakukan dengan cara sehalus mungkin, selain ini adalah cara yang dilakukan Rasulullah SAW juga dengan cara ini pula lah kita bisa menunjukan bahwa Islam adalah agama yang damai, bukan agama yang penuh kekerasan atau bahkan agama teroris.
Yang kerapa terjadi adalah seorang Da'i atau orang yang sedang menasehati kerap kali menganggap diri lebih superior dibanding Mad'u atau orang yang sedang dinasehatinya, padahal seharusnya seorang Da'i menganggap dirinya juga sebagai objek dakwah, karena selain mengingatkan orang lain dakwah juga seharusnya menjadi pengingat diri sendiri, agar tidak terjerumus kedalam dosa dan kelalaian.