Mohon tunggu...
Fanani
Fanani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa

Versatile

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kekal

27 April 2019   10:19 Diperbarui: 27 April 2019   10:43 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di remang angkringan, rindu menelisik ingatan.
Desis gawai isyarat pesan masuk, tertanda ibu menginginkan ragaku lekas di rumah.
Jangan khawatir ibu, anakmu telah tumbuh menjadi pembangkang, yang tidak akan pernah tunduk pada apapun kecuali pada hari raya di pangkuanmu.

Kota punya kepala daerah baru nona, mereka sedang sibuk menggadaikan kebebasan.
Kau akan terkejut saat kembali.
Tiada pagi di sini, akal mulai redup diperkosa kebijakan.
Kedai favorit kita telah tutup, meminum air mata sudah jadi rutinitas.
Kau tidak perlu menanyakan kabarku, ribuan kiamat telah aku tumbangkan, hanya agar bisa menjaga nyala rasa, yang tetap membara di cakrawala.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun