Di remang angkringan, rindu menelisik ingatan.
Desis gawai isyarat pesan masuk, tertanda ibu menginginkan ragaku lekas di rumah.
Jangan khawatir ibu, anakmu telah tumbuh menjadi pembangkang, yang tidak akan pernah tunduk pada apapun kecuali pada hari raya di pangkuanmu.
Kota punya kepala daerah baru nona, mereka sedang sibuk menggadaikan kebebasan.
Kau akan terkejut saat kembali.
Tiada pagi di sini, akal mulai redup diperkosa kebijakan.
Kedai favorit kita telah tutup, meminum air mata sudah jadi rutinitas.
Kau tidak perlu menanyakan kabarku, ribuan kiamat telah aku tumbangkan, hanya agar bisa menjaga nyala rasa, yang tetap membara di cakrawala.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H