Mohon tunggu...
Family Syaifuddin Garden
Family Syaifuddin Garden Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis cerita, akun asli

Pria Kelahiran 16 Oktober 1996. Tamatan SLB yang bercita-cita menjadi orang besar untuk membahagiakan yang kurang mampu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Laboratorium 36

26 Juli 2021   16:50 Diperbarui: 26 Juli 2021   16:56 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kampret lu! Gue geplak juga kepala lu. Udah lu beli kemenyan sama kepala sapinya?"

"Udah."

"Sekarang lu bakar itu kemenyan sama kepala sapi taruh di inkubator."

"Eh, Ry. Soal tumbal manusia yang harus dari keluarga atau lingkungan kita, udah lu siapin? Kalau gue sih udah. Kebetulan ada tetangga gue lagi butuh duit. Dia jual bayinya ke gue. Gue kasih cash tiga ratus lima puluh juta."

"Bagus. Tapi awas. Orang lain gak boleh tau apa yang kita lakuin disini. Memang perusahaan menjamin. Tapi gue tetap waspada sama kalian, kalau sampai kalian semua keceplosan dan bocorin rahasia perusahaan ini. Lu tau kan apa akibatnya nanti?" Salah satu  tanggungjawab bekerja di lab ini adalah memastikan rahasia perusahaan aman.

Perusahaan farmasi A sudah lama berdiri di Indonesia dan menjadi perusahaan terbesar dengan rahasia besar yang tersembunyi di dalamnya. Minggu ini, akan ada rapat direksi perusahaan. Seperti biasa, harus ada upgrade laporan kinerja perusahaan dan akan ada satu topik khusus dalam rapat, yaitu kebutuhan tumbal baru. Sejak lama perusahaan memang bekerjasama dengan unit kamar mayat di seluruh rumah sakit di Indonesia untuk menyediakan mayat sehat yang akan dijadikan tumbal. Namun, sejak covid melanda banyak mayat yang tidak sehat. Sehingga perusahaan menghentikan permintaan mayat.

"Elu gak ada niat mau tumbalin keluarga atau orang di lingkungan, Lu?"

"Ah. Gak tau, gue! {Sebenarnya bisa saja aku menumbalkan, Mbah Sujiwo. Kakekku sendiri. Namun, aku tak tega]"

"Udah. Gue tau pasti lu mau numbalin kakek lu, kan? Udah tumbalin aja, toh umurnya gak lama lagi itu aku-aki."

Beberapa tahun lalu, waktu masih kuliah aku menjadi ketua dewan remaja mesjid. Tempatku belajar lebih alim lagi dan menjadi orang yang lebih baik lagi. Sebab, aku tidak pernah melihat kakek sholat. Hanya nenek saja yang rajin ke mesjid dan mengajakku. Empat tahun lalu aku bergabung dengan perusahaan ini, namun tidak ada yang tampak aneh. Seperti perusahaan lainnya dalam supervisi tidak ada yang akan terlihat aneh, suasana dalam perusahaan berkelas internasional dengan teknologi mutakhir serta beberapa peneliti asing yang bekerja di perusahaan itu. Keanehan mulai terjadi saat aku bekerja di laboratorium dari awal menjadi asisten lab. Ketika aku masih polos dan  baru. Awal-awal para junior(anak baru) tidak ada satupun dari mereka yang boleh tau pekerjaan para ilmuwan di dalam lab tiga puluh enam. Hanya beberapa senior yang memenuhi kualifikasi dan lulus tes rahasia yang boleh masuk ke ruangan laboratorium yang dikunci dengan pintu besi dengan kode biometrik hanya ada jendela kaca anti peluru dengan tebal lima puluh centimeter dan tebal sebeelas koma enam yang menjadi tempat kami bisa mengintip.

Suatu hari, aku penasaran dengan apa yang dikerjakan para profesor disini bekerja dari siang dan hampir pagi. Namun, akhirnya aku ketahuan oleh para pengawas dan akupun dipanggil oleh dewan pekerja dan mendapat teguran serta beberapa intimidasi. Para petinggi perusahaan sangat cerdas dan licik dalam menyembunyikan rahasia. Hingga karirku semakin naik dan menjadi profesor. Setelah pulang dari Amerika. Ide gila yang akan kusesali adalah membangkitkan mayat dan menciptakan manusia abadi dengan menggabungkan sains dan sihir. Sesuatu yang akan kusesali di kemudian hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun