Mohon tunggu...
Family Syaifuddin Garden
Family Syaifuddin Garden Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis cerita, akun asli

Pria Kelahiran 16 Oktober 1996. Tamatan SLB yang bercita-cita menjadi orang besar untuk membahagiakan yang kurang mampu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Laboratorium 36

26 Juli 2021   16:50 Diperbarui: 26 Juli 2021   16:56 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

BAB 1

 PEKERJAAN YANG KURAHASIAKAN 

Pagi itu udara sangat dingin, angin bertiup dengan kencang, gerimis hujan pun mulai turun membasahi tanah. Arya Panji Satria Mandala Piningit. Itulah nama pemberian dari orangtuaku. Kini, aku tinggal bersama kakek dan nenekku yang entah berapa lama lagi mereka akan hidup. Ibuku sudah pergi meninggalkan kami ketika aku masih duduk di bangku kelas dua sekolah dasar. Entah kemana perginya, yang jelas ia meninggalkan aku dan Anita sendirian di sebuah gubuk reyot bersama pria lain. Dan ayahku, entah kemana dia mengenalnya wajahnya pun aku tak tau. Hanya sebuah foto masa mudanya yang mulai usang dan cerita-cerita tentang betapa bertanggungjawabnya ia sebagai seorang lelaki, pemuda yang soleh, pekerja keras, tidak gampang mengeluh. Namun, sayang. Pria kesayangan keluarganya itu salah menikahi wanita, yaitu ibuku.

Sudah empat tahun sejak lulus kuliah. Aku bekerja di sebuah perusahaan farmasi besar di Indonesia sebagai administrator gudang. Hari demi hari jabatanku semakin naik, karirku cemerlang hingga naik jabatan menjadi peneliti unit laboratorium obat. Akupun akhirnya bisa memberangkatkan haji nenek dan kakek dan membeli rumah yang layak. Satu tahun kemudian nenek meninggal. Hujan deras sedari tadi subuh, perlahan berganti dengan teriknya matahari yang kembali menghangatkan bumi. Pukul 06.00. Dengan langkah terburu-buru, aku mengambil kunci motor dan berpamitan pada kakek yang seperti biasanya sudah duduk di kursi ayun tua sambil menonton tv. Aktivitas seperti biasa ia akan membaca al-quran dan mengkajinya. Dulu kakek memang rajin bertani sehingga fisiknya terolah dengan bagus. Tapi semenjak pindah, ia lebih sering berjemur untuk menjaga staminanya, setelah itu menonton dan beres-beres rumah. Pagi-pagi memang tidak ada orang di rumah, hanya ada kakek. Sejak pagi tadi selesai memasak Anita sudah berangkat ke tempat kerjanya. Kini, hanya kami bertiga saling sayang dan saling menjaga.

"Kek, Arya berangkat kerja dulu, ya. Assalamualaikum." ucapku.

"Iya, wa'alaikumus as salam, hati-hati. Semangat kerjanya." kakek memang sangat baik dan peduli padaku. Sedari kecil. Kakek dan nenek lah yang merawatku. Menggantikan semua tanggungjawab yang semestinya menjadi tanggungjawab kedua orangtuaku.

"Kek. Sebentar sore kalau Nurul jadi datang. Bilang Arya minta maaf gak bisa bantu, Arya lagi sibuk banget akhir-akhir ini."Tak ada yang mencurigakan dari kakek. Pintu kamar sudah ku kunci sebelum aku pergi agar tidak ada yang mencurigaiku.

"Arya berangkat dulu ya, Kek ... Assalamualaikum!"

***

"Kampret! Kemana sih ini orang-orang? Halo, Bima. Lu dimana sih, Bim?"

"Sorry/ Ry, ini gue udah disamping lu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun