Mohon tunggu...
Farhan Abdul Majiid
Farhan Abdul Majiid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Alumnus Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Indonesia | Alumnus SMA Pesantren Unggul Al Bayan | Penikmat Isu Ekonomi Politik Internasional, Lingkungan Hidup, dan Kajian Islam

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hoax dan Kejernihan Berpikir

19 Januari 2017   17:23 Diperbarui: 19 Januari 2017   17:47 1347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua rasa ini menyebabkan kejernihan berpikir kita berkurang. Kabar hoax, berperan besar pada pengarahan menuju dua rasa ini. Hal ini terjadi karena kabar hoax biasanya dibuat untuk memuaskan rasa kelompoknya.

Sebenarnya, ada lagi yang lebih berbahaya dari dua rasa ini, yakni nafsu mengadu domba. Adu domba ini biasanya justru dilakukan bukan oleh aktor-aktor yang berkonflik. Melainkan orang yang ingin memanfaatkan panasnya konflik untuk mencari keuntungan. Secara sengaja mereka membuat situs-situs provokatif karena dengan banyaknya orang yang membuka situs tersebut, pendapatannya dari iklan meningkat. Inilah yang sangat berbahaya karena mereka bisa saja berkamuflase di kedua kubu.

Kini, kita perlu kembali menjernihkan pikiran kita dari banyaknya kabar hoax yang beredar. Setidaknya, saya menyarankan enam langkah dalam membaca berita dan bermedia sosial. 

Pertama, jangan percaya dengan berita yang disebarkan oleh akun anonim dan tautan yang disertakan pun bukan tautan resmi. 

Kedua, jangan hanya membaca dari satu situs berita saja sekalipun itu situs resmi. Setidaknya kita butuh minimal tiga pandangan berbeda dalam satu isu agar dapat menerima informasi secara menyeluruh. 

Ketiga, gunakan akal sehat dalam membaca berita. Bila ada berita yang mengabarkan keburukan segolongan orang, jangan diterima mentah-mentah. Cek data dan fakta yang disertakan, konfirmasi kepada situs resmi kelompok tersebut, dan tunggu beberapa waktu untuk menyerap informasi dari situs lain. 

Keempat, asah adab dan akhlak dalam bermedia sosial. Jangan menyebarkan sesuatu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, sekalipun informasi itu dapat memenuhi keinginan sebagian besar teman-teman kita. Bilamana ada yang tersinggung, kita sebagai penyebar informasi harus turut bertanggung jawab. Apabila sudah terlanjur disebar, segera hapus dan utarakan permohonan maaf, itu lebih elegan. Kelima, jangan balas hoax dengan hoax. Ini sama saja kita membebek pada kebohongan. Tangkis hoax dengan kabar benar yang sesuai fakta. Terakhir, perbanyak membaca dalam berbagai kesempatan. Membaca banyak buku, meluaskan khazanah ilmu. Mendapatkan banyak informasi, membijakkan kita menyaring yang lebih presisi.

Demikianlah kita sepatutnya memahami fenomena hoax yang menjamur saat ini. Pada akhirnya, kita perlu menjernigkan pikiran dan menata hati. Janganlah kita mencintai sesuatu secara berlebih dan jangan pula membenci sesuatu secara berlebih. Karena, cinta dan benci yang berlebih menyebabkan kita tidak mampu berpikir jernih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun