Hari ini, Senin, 5 Oktober 2015 Tentara Nasional Indonesia (TNI) memasuki usia 70 tahun. Usia yang terbilang cukup matang bagi sebuah kesatuan militer negara. Kebanggaan sebagai sebuah kesatuan harus ditunjukkan melalui sebuah kualitas yang baik. Ini terbukti, dari koran Kompas yang baru saja penulis baca tadi, TNI kini telah menduduki peringkat ke-12 dunia.
TNI dalam era reformasi kini semakin baik dalam bertransformasi mencapai citra yang baik. Setelah selama 32 tahun kekuasaan orde baru, TNI identik dengan politik praktis dan kekuasaan, kini TNI mulai menunjukkan diri menjadi lebih profesional. Ketidakhadiran pasukan TNI di pemerintahan dan bisnis membuat anggotanya lebih berfokus dalam fungsi pertahanan nasional. Dalam berbagai kesempatan, pasukan TNI berhasil memperbaiki citra internasional di berbagai pertandingan maupun dalam pasukan perdamaian. Hal ini tentu harus didukung penuh oleh rakyat dan pemerintah.
Dukungan terhadap TNI saat ini masih terasa belum maksimal. Anggaran belanja untuk pertahanan mungkin terus meningkat. Namun, kebutuhan untuk negara seluas Indonesia yang memiliki belasan ribu pulau tak cukup jika hanya mengandalkan alutsista yang ada. Apalagi, kini dalam menghadapi kondisi banyaknya pencurian ikan dan perdagangan gelap melalui laut, harus ditingkatkan jumlah dan kualitas armada dan pasukannya. Sebagai perbandingan, jumlah kapal selam di Indonesia hanya dua saja, sementara Singapura yang wilayah lautnya sangat kecil, memiliki enam kapal selam. Ini tentu harus menjadi perhatian karena wilayah perairan Indonesia masih rentan terhadap pelayaran ilegal.
Tak hanya dari kekuatan dan jumlah alutsista, hal penting lainnya yang harus diperhatikan adalah kesejahteraan prajurit. Ini penting diperhatikan karena melihat masih ada tentara yang terlibat dalam kasus narkoba ataupun perdagangan gelap. Ada juga kasus mengenai pertengkaran antara tentara dengan aparat kepolisian. Hal ini tentu harus diperbaiki, dan salah satunya dengan memperbaiki kesejahteraan para prajurit ini. Sebagai gambaran, gaji terendah tentara kita masih ada yang dibawah 2 juta rupiah. Tentu hal ini akan membuat kesejahteraan para tentara kurang. Anggaran remunerasi harus diperbaiki, tak hanya bagi para jenderal, tapi juga bagi prajurit tingkat rendah.
TNI kini harus terus membangun citra positifnya di tengah masyarakat. Jangan sampai masyarakat mengenal TNI dari kasus kerusuhannya saja dengan aparat lain, tapi harus kepada pengabdian para tentara kepada rakyat. Jangan lagi ada sekat arogansi tentara dengan rakyat. Ajaklah rakyat berbaur dengan tentara. Karena, dengan merasakan kehadiran tentara di tengah rakyat, secara psikologis rakyat pun akan semakin memandang baik dan pada akhirnya mendukung TNI dalam menjaga kedaulatan tanah air.
Kini, dengan visi poros maritim pemerintah, sudah selayaknya negara memperbaiki TNI. Dukungan rakyat kini semakin membaik, maka sudah patut jika tentara kita menjadi lebih kapabel dalam melindungi tanah air. Keamanan wilayah perairan nasional harus diperkuat. Jangan ada lagi pencurian ikan dan sumber daya alam lainnya. Apalagi, kekayaan Indonesia yang melimpah tentu akan menggoda para pencuri asing. Kita tentu harus mengoptimalkan potensi maritim Indonesia dengan cara menjaganya. Dan, penjaga kedaulatan negeri ini tentulah TNI.
Peran TNI tak lagi hanya di dalam negeri. TNI harus terus menjaga perdamaian dunia. Melalui kontingen Garuda yang sudah dikenal luas masyarakat militer dunia dan ketangkasan para prajurit yang berkelas dunia, TNI harus mengoptimalkan ini. Karena, dengan membangun citra tentara di mata dunia, dapat membuat negara lain gentar dengan pertahanan negeri ini.
Melihat hal tersebut, sudah waktunya kini Indonesia membenahi pertahanannya. Dengan 14 ribu lebih pulau, kekayaan alam yang melimpah, dan potensi sumber daya yang besar, sudah selayaknya dijaga dengan pertahanan yang kuat. Mungkin saat ini tak perlu untuk mengguncang dunia, namun yang terpenting adalah memadai untuk dapat menjaga wilayah negara. Dirgahayu 70 tahun TNI! TNI kuat, Indonesia berdaulat.
Hari ini, Senin, 5 Oktober 2015 Tentara Nasional Indonesia (TNI) memasuki usia 70 tahun. Usia yang terbilang cukup matang bagi sebuah kesatuan militer negara. Kebanggaan sebagai sebuah kesatuan harus ditunjukkan melalui sebuah kualitas yang baik. Ini terbukti, dari koran Kompas yang baru saja penulis baca tadi, TNI kini telah menduduki peringkat ke-12 dunia.
TNI dalam era reformasi kini semakin baik dalam bertransformasi mencapai citra yang baik. Setelah selama 32 tahun kekuasaan orde baru, TNI identik dengan politik praktis dan kekuasaan, kini TNI mulai menunjukkan diri menjadi lebih profesional. Ketidakhadiran pasukan TNI di pemerintahan dan bisnis membuat anggotanya lebih berfokus dalam fungsi pertahanan nasional. Dalam berbagai kesempatan, pasukan TNI berhasil memperbaiki citra internasional di berbagai pertandingan maupun dalam pasukan perdamaian. Hal ini tentu harus didukung penuh oleh rakyat dan pemerintah.
Dukungan terhadap TNI saat ini masih terasa belum maksimal. Anggaran belanja untuk pertahanan mungkin terus meningkat. Namun, kebutuhan untuk negara seluas Indonesia yang memiliki belasan ribu pulau tak cukup jika hanya mengandalkan alutsista yang ada. Apalagi, kini dalam menghadapi kondisi banyaknya pencurian ikan dan perdagangan gelap melalui laut, harus ditingkatkan jumlah dan kualitas armada dan pasukannya. Sebagai perbandingan, jumlah kapal selam di Indonesia hanya dua saja, sementara Singapura yang wilayah lautnya sangat kecil, memiliki enam kapal selam. Ini tentu harus menjadi perhatian karena wilayah perairan Indonesia masih rentan terhadap pelayaran ilegal.