Mohon tunggu...
Farhan Abdul Majiid
Farhan Abdul Majiid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Alumnus Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Indonesia | Alumnus SMA Pesantren Unggul Al Bayan | Penikmat Isu Ekonomi Politik Internasional, Lingkungan Hidup, dan Kajian Islam

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

So Hot!

26 Juni 2015   08:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:42 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena suhu ekstrem kembali terjadi di berbagai belahan dunia. Seperti yang dilansir oleh media massa, kejadian ini kini terjadi di Pakistan setelah sebelumnya menyerang negeri Bollywood, India. Fenomena alam ini pun telah menewaskan ribuan orang. Ditambah lagi, kondisi masyarakat Pakistan yang mayoritas muslim mengharuskan mereka tetap menjalankan puasa di tengah suhu yang begitu dahsyat. Sehingga, banyak yang meninggal akibat menderita dehidrasi akut.

Peningkatan suhu yang terjadi sebenarnya adalah gejala normal. Karena, saat ini matahari sedang berada di bagian utara bumi. Peristiwa ini menandakan bahwa musim akan berganti, di belahan bumi utara menjadi musim panas, di belahan bumi selatan menjadi musim dingin, sedangkan di daerah khatulistiwa akan terjadi perpindahan pergerakan angin muson. Namun, kini peningkatan suhu tersebut terjadi sangat ekstrem.

Peningkatan suhu yang ekstrem ini terjadi akibat dari adanya penyimpangan gelombang Rossby. Gelombang Rossby ini merupakan pergerakan massa udara di sepanjang aliran jet (Jet Stream). Saat terjadi penyimpangan, akhirnya membuat suhu meninggi dan aliran udara menjadi tidak normal. Saat ini, penyimpangan tersebut berada di sekitar Pakistan setelah sebelumnya di India. Sehingga, suhu udara menjadi sangat ekstrem di sana. Bahkan, ada pula yang memprakirakan kondisi ini akan bergeser ke wilayah Timur Tengah.

Tentu kita khawatir, peningkatan suhu ekstrem ini akan menimpa tanah kita. Apalagi, fenomena ini menunjukkan frekuensi yang semakin sering dengan interval tahunan. Banyak pihak yang menyatakan, perubahan iklim ini terjadi akibat pemanasan global yang disebabkan oleh kerusakan lingkungan yang amat parah.

Seperti yang diketahui, negara-negara seperti India, China, Indonesia, dan banyak negara berkembang lainnya kini sedang giat membangun industri. Namun, pembangunan industri itu seringkali abai terhadap kondisi lingkungan. Banyak hutan dialihfungsikan menjadi perkebunan, pertambangan, dan permukiman sehingga tak ada lagi tutupan vegetasi yang memadai. Padahal hutan memiliki banyak fungsi, salah satunya adalah fungsi klimatologis atau sebagai penjaga iklim bumi.

Kondisi hutan di berbagai negara kini semakin mengkhawatirkan. Di India, hutan yang sebelumnya banyak menutupi di bagian utara kini semakin berkurang. Dampaknya seperti yang terjadi bulan lalu, suhu meningkat drastis karena udara tidak terlembabkan oleh pepohonan. Bahkan, yang lebih parah adalah penyusutan es di pegunungan Himalaya. Penyusutan es ini tentu akan mengancam kehidupan warga di sepanjang aliran Sungai Gangga, Indus, dan sungai-sungai lain yang berhulu di Himalaya karena air akibat pencairan gletser akan melimpah di musim panas dan di tahun mendatang akan hilang hingga terjadi kekeringan.

Di Indonesia, ancaman bencana akibat perubahan iklim begitu besar. Kondisi hutan Indonesia yang semakin hari semakin menyusut akibat pembalakan liar, alih fungsi lahan menjadi kebun sawit, hingga perambahan hutan untuk pertambangan semakin memperparah kerusakannya. Ditambah lagi minimnya kesadaran untuk melakukan reboisasi dan penghijauan di berbagai tempat. Kondisi ini akan berbahaya apabila terjadi El Nino yang parah seperti yang terjadi di akhir tahun 90-an. Kebakaran hutan akan senantiasa mengancam.

Kondisi bumi yang terus memanas di usianya yang semakin renta ini sebenarnya tak bisa dari peranan manusia sebagai pengubah kondisi bumi. Manusia sebagai makhluk superior yang dapat berbuat apa saja demi memuaskan nafsunya akan membuat kondisi yang justru berdampak bagi kehidupan manusia itu sendiri. Pantaslah ketika Allah berfirman di surat Ar Ruum ayat 41

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى البَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرجِعُوْنَ

Arti dari firman Allah tersebut adalah telah tampak kerusakan di daratan dan lautan disebabkan perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar manusia merasakan akibat dari perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.

Jelaslah bahwa berbagai fenomena alam dan pemanasan global yang terjadi ini merupakan akibat dari tindak-tanduk manusia yang merusak alamnya. Sehingga, seharusnya kita berpikir sejenak untuk membaca tanda-tanda yang Allah kirimkan melalui berbagai bencana agar kita dapat kembali ke jalan yang benar, jalan Allah Swt. sehingga, di kemudian hari manusia sadar dan tidak lagi meruak alam yang telah diciptakan tak lain hanya untuk kepentingan manusia.

 

Ingatlah, manusia adalah khalifah di muka bumi

Maka, jadilah khalifah yang bijak

Yang menjaga dan melestarikan alam

Agar kehidupan kita bahagia

Dunia dan akhirat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun