Alam Indonesia sudah tidak perlu tanda tanya lagi, flora dan fauna yang beragam menjadikan Indonesia negeri dengan surga tersembunyi yang ada, baik wisatawan mancanegara dan lokal berbondong-bondong menikmati alam Indonesia, salah satunya pegunungan yang ada di daerah Jawa.Â
Siapa yang tidak kenal Merbabu, dengan pesona mengagumkan bagi sebagian pendaki nusantara, menjadikan Merbabu keindahan yang tidak dapat digambarkan dengan berbait kata-kata. Namun, mata dapat menatap menjadi sketsa bahagia saat berjumpa.Â
Mengapa Sleman dan akhir judul Berani Hitam berhubungan, sebelum memulai jangan tinggalkan kopi terdiam ditempat penyimpanan, kopi nusantara harus di lestarikan.Â
Bicara soal kopi, sebelum singgah menatap pesona Merbabu kita bisa sedikit melipir ke daerah Yogyakarta, banyak penjual kopi tradisional yang masih mempunyai ciri khas tersendiri, selain alam yang menarik mata, Yogyakarta bisa menjadi surga bagi pencinta kuliner nusantara.Â
Kawan-kawan pembaca bisa mengetahui lewat jejaring web, tentu banyak sekali kuliner nusantara, tidak akan habis jika membahas satu persatu-satu.
Rabu pagi saya beranjak dari Jakarta ke Yogyakarta, perjalanan menggunakan kereta dimulai saat senja tiba, menempuh perjalanan kurang lebih 8 jam saya tiba di stasiun lempuyangan pada pagi hari.Â
Sebelum beranjak menikmati kota teristimewa di Indonesia ini, angkringan sekitar stasiun menarik mata, tentu saja kopi joss yang terkenal menu awal pembuka saya menikmati Yogyakarta.Â
Setelah menikmati kopi dengan arang pilihan yang sudah di masukan kedalam gelas, mengunjungi beberapa daerah terkenal di Yogyakarta tidak  mungkin saya tinggalkan, dari keraton, museum, hingga berjalan di Malioboro.Â
Sore mulai tiba, tanpa menghabiskan waktu lebih banyak lagi saya menghubungi teman yang berada di Sleman.Â
Dengan nama akun media sosial yang di samarkan menjadi Elang, saya mengirim pesan singkat. Alamat di daerah Sleman sudah saya dapatkan, dengan menggunakan transportasi online saya beranjak, tujuan awal memang Merbabu, Yogyakarta hanya kunjungan datang lantas pergi.Â
Setelah tiba di Sleman, saya berbincang dengan teman dari Berani Hitam, salah satu komunitas pendaki ini dinamakan Berani Hitam Traveller, komunitas yang berdikari tanpa bantuan pemerintah dan donasi siapapun sudah berjalan kurang lebih dua tahun lamanya.Â