Pernikahan sebagai salah satu peristiwa budaya yang sakral dan penuh makna, tidak hanya mencerminkan penyatuan dua individu tetapi juga merupakan perayaan hubungan budaya yang melibatkan tradisi, nilai, dan simbol yang unik. Dalam konteks ini, komunikasi antarbudaya memegang peran penting, terutama dalam aspek baju pengantin. Pemilihan dan desain baju pengantin tidak hanya mencerminkan selera dan prefrensi pribadi, tetapi juga menyampaikan nilai sejarah, identitas, dan budaya yang terkandung di dalamnya. Proses komunikasi antar budaya sebagai interaksi antarpribadi dan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda. Apapun definisi yang ada mengenai komunikasi antar budaya (intercultural communication) menyatakan bahwa komunikasi antar budaya terjadi apabila terdapat 2 (dua) budaya yang berbeda dan kedua budaya tersebut sedang melaksanakan proses komunikasi.
Dalam artikel ini akan membahas Baju Pengantin Sukapura. Baju pengantin bukan hanya sekedar pakaian formal tetapi juga merupakan sebuah medium untuk menyampaikan pesan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam setiap detailnya mulai dari warna, pola, hingga potongan, baju pengantin menceritakan kisah tradisi dan warisan yang turun-temurun. Oleh karena itu, dalam  mempelajari dunia komunikasi antarbudaya dalam konteks baju pengantin dapat dipahami bahwa setiap elemen memiliki makna mendalam yang bisa berbeda-beda di setiap budaya.
Alasan mengapa mengambil tema tersebut adalah karena baju pengantin memiliki sejarah dan membawa nilai-nilai dan simbol-simbol budaya tertentu. Hal ini dapat menjadi kesempatan untuk melakukan pertukaran nilai dan simbol di antara kelompok budaya yang berbeda, meningkatkan nilai kebudayaan dari tiap budaya. Pemilihan tema sejarah baju pengantin juga dapat berfungsi sebagai alat pendidikan budaya. Pernikahan adalah suatu momen yang sangat penting dan sakral dimana menyatukan dua orang dari berbagai latar belakang, dan tema ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang warisan budaya masing-masing.
Kurangnya kesadaran dan kepedulian generasi muda terhadap sejarah dapat memberikan dampak negatif pada pemahaman mereka tentang konteks sosial budaya. Generasi muda yang kurang aware terhadap sejarah mungkin kesulitan memahami dan menghargai identitas budaya mereka sendiri. Hal Ini dapat menyebabkan kebingungan mengenai nilai-nilai yang membentuk Masyarakat. Warisan budaya seperti baju pengantin ini juga terkait erat dengan Sejarah sebab generasi muda sekarang yang kurang aware terhadap sejarah dan kurang peduli terhadap pelestarian warisan budaya mereka. Melalui kajian sejarah Baju Pengantin Sukapura, kita dapat memahami nilai dan tradisi budaya yang terkandung dalam desain tertentu. Hal ini dapat membantu dalam melestarikan warisan budaya terkait pernikahan. Kajian artikel sejarah Baju Pengantin Sukapura dapat memberikan pemahaman mendalam tentang bagaimana tradisi pernikahan dan baju pengantin. Hal ini mencakup perubahan gaya, motif, warna, dan simbolisme yang terkait dengan perkembangan budaya dan sosial.
Budaya merupakan konfigurasi prilaku manusia dari elemen-elemen yang ditransformasikan oleh anggota masyarakat. Secara umum budaya telah dianggap sebagai milik manusia dan digunakan sebagai alat komunikasi sosial yang didalamnya terdapat proses imitasi (peniruan) Â Baju Pengantin Sukapura adalah baju adat pernikahan yang memiliki nilai Sejarah yang tinggi dalam pembentukannya. Sukapura adalah nama Kabupaten Tasikmalaya sekitar abad 17. Sampai saat ini busana pengantinnya disebut busana pengantin Sukapura. Busana pengantin yang dipamerkan adalah pakaian pengantin untuk golongan menengah. Pengantin wanita mengenakan siger Srikandi, sedangkan pakaian pengantin pria diambil dari pakain Bupati Sukapura ke XIV Rd. Tumenggung Wiratanuningrat dan jas hitam yang disebut Prang Wadana. Dalam perkawinan ini dilaksanakan upacara ngeuyeuk seureuh yang dilaksanakan malam hari menjelang akad nikah sebagai tuntunan kepada calon mempelai tentang kehidupan berumah tangga. Penyampaiannya melalui beberapa simbol yang diasosiasikan dalam bentuk peralatan dan bahan yang digunakan pada upacara tersebut seperti :
- Lumpang dan alu adalah dua benda yang tidak dapat dipisahkan seperti halnya wanita dan laki-laki saling memerlukan.
- Parukuyan untuk membakar kemenyan sebagai simbol penghormatan kepada leluhur.
- Pangradinan untuk wadah parawanten (sesajen) simbol penghormatan kepada leluhur.
- Ayakan bermakna menyaring atau mempertimbangkan sesuatu sebelum bertindak.
- Peralatan kecantikan, simbol bahwa wanita senantiasa harus menjaga kesehatan.
Selain upacara ngeyeuk seureuh dilakukan juga upacara nincak endog (menginjak telur), peralatan yang digunakan antaralain:
- Kendi wadah air pembasuh kaki sebagai simbol kesejukan.
- Batu pipisan bermakna harus memiki landasan hidup.
- Pelita sumbu tujuh bermakna penerangan hidup yang benar.
- Harupat bermakna manusia üdak boleh putus asa.
- Elekan bermakna manusia harus berilmu dan berakhlak.
Dalam pelaksanaan pernikahan dengan menggunakan Baju Pengantin Sukapura terdapat beberapa aspek yaitu busana, perhiasan, dan perlengkapan upacara pengantin. Akibat dari kondisi geografi, latar belakang sejarah, ekonomi masyarakatnya yang berbeda-beda. Menimbulkan tumbuhnya beragam pakaian tradisional di Jawa Barat, seperti yang tergambar dalam pakaian pengantin. Busana pengantin di pesisir utara seperti Karawang cenderung dipengaruhi budaya Cina dan Arab. Sedangkan untuk wilayah Priangan atau Jawa Barat bagian tengah, seperti Bandung, Sumedang dan Cirebon, lebih banyak dipengaruhi budaya kraton.
Desain dan hiasan pada Baju Pengantin Sukapura dapat mencerminkan seni tradisional lokal. Ini bisa menjadi bentuk ekspresi seni dan keindahan yang diwariskan dalam lingkup pernikahan. Busana pengantin sering mencerminkan perbedaan budaya dan tradisi antar wilayah. Baju Pengantin Sukapura mungkin memiliki elemen-elemen yang membedakannya dari busana pengantin dari daerah lain. Baju Pengantin Sukapura memiliki nilai sebagai bagian dari warisan budaya yang harus dijaga agar tidak hilang.
Mempelajari sejarah Baju Pengantin Sukapura dapat melihat kekayaan budaya dan nilai-nilai tradisional. Dalam artikel ini terlihat sejarah lokal serta pentingnya ritual dan tradisi dalam busana pernikahan. Simbolisme dan makna dalam desain memberikan wawasan mendalam tentang nilai-nilai yang dihormati. Pengaruh budaya dan keterkaitan regional terlihat dalam perkembangan busana adat. Artikel ini menekankan pelestarian sebagai tanggung jawab kita untuk mewariskan warisan budaya ini kepada generasi mendatang dan menjadikann pondasi identitas akan keberlanjutan budaya di masa depan.
Alo Liliweri (2003, p. 13)
Linton (1945: 32)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H