Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Jangan Jodohkan Aku (1)

16 Oktober 2024   20:54 Diperbarui: 16 Oktober 2024   20:57 0
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi berbeda denganku yang tidak menyukai perjodohan itu, justru Albert sangat menggilaiku. Kupikir banyak fantasi-fantasi liar di otaknya yang membuatnya selalu ingin di dekatku

Mataku masih mengantuk ketika kudengat ketukan kencang di pintu kamarku. "Tooook ......tok tok!!!!!!!" segera aku terjaga.

"Siapa sih,?" gerutuku sambil melangkah ke arah pintu.

Kubuka pintu, sesosok wajah yang tidak kusukai berdiri disana, Albert, sepupu jauhku yang tinggal di Amerika.

"Hello!" sapanya agak tengil, dan menurutku sangat bego. Ia menghampiri dan berusaha memelukku. Tapi aku tak suka, dan menjauhinya.

Sebenarnya ia seorang cowok yang ganteng. Banyak teman-teman cewekku yang menggilainya, dan parahnya..... mereka melakukan apa pun demi meraih cintanya.

*****

Albert, sepupu jauhku,tak terlalu bule banget, juga tak telalu indonesia. Tapi perpaduan darah campuran antar negara itulah yang membuatnya tergolong sangat menarik, termasuk sifat ceria dan atraktifnya, Tapi justru hal itulah yang membuatnya menjadi playboy.

Saat kami sama-sama masih SMA dahulu, hampir tiap bulan ia gonta ganti cewek. Dan sudah pasti, selalu saja ada cewek yang bunuh diri menenggak racun tikus akibat ditinggalkan Albert.

Setelah lulus SMA, ia memilih menempuh kuliah di luar negeri. Kebetulan, perusahaan papanya yang bule Perancis berkembang pesat di negeri Paman Sam. Sehingga Albert yang anak tunggal beserta mamanya ngacir keluar negeri.

Hari ini, setelah genap setahun di Newyork, tiba-tiba ia nongol kembali di kamarku. Wajahnya banyak berubah, ia lebih tampan dari yang dulu. Tapi sekali lagi, aku tak pernah menyukainya atau pun naksir kepadanya. Meskipun aku tahu, ia ada hati padaku, bahkan mamanya, yang merupakan tanteku, berencana menjodohkan kami. Hal itu yang membuatku kian tidak menyukai Albert.

Banyak yang menganggap kami oasangan yang serasi. Mereka menyebut kami seperti pasangan pangeran dan putri raja. Semenjak kecil kami sellau dipasangkan, mamaku dan tante selalu membelikan kami baju yang identik. Saat kecil aku tak bisa menolaknya karena aku tak paham apa-apa, tapi setelah tumbuh remaja dan mengenal cinta, aku mulai menolak rencana perjodohan itu secara halus.

Tapi berbeda denganku yang tidak menyukai perjodohan itu, justru Albert sangat menggilaiku. Kupikir banyak fantasi-fantasi liar di otaknya yang membuatnya selalu ingin di dekatku. Dan aku makin muak dengan semua itu. Kian ia mendekatiku, maka semakin aku menjauhinya. 

*****

Sikapku yang menolaknya mentah-mentah itulah yang kabarnya membuat Albert menjadi down dan berubah menjadi playboy. Bahkan aku memahami tujuan sikap dan tingkah yang dibuatnya bersama cewek-ceweknya adalah agar aku cemburu. Namun usahanya tak pernah berhasil, sebab, aku tak pernah menyukainya sedikitpun.

Banyak teman-teman cewek menyebutku tidak normal. Cowok setampan Albert tak pernah bisa menggoyahkan imanku, padahal banyak cewek tergila gila kepadanya. Tudingan itu kian membuatku jengah. 

Untuk membuktikan bahwa tudingan itu tidak benar, aku mulai menyeleksi cowok-cowok yang banyak mengirimkan sinyal cinta kepadaku. Keinginanku untuk konsentasi belajar dan jomblo sampai sukses tak kesampaian. Akhirnya di kelas satu SMA, aku menambatkan hatiku pada Sony, teman sekelas Albert. Tujuanku hanya satu, agar Albert tak menyukaiku dan memadamkan cinta terpendam di hatinya.

Rupanya upayaku tak berhasil. Sebulan hubungan percintaanku bersama Sony, kekasihku itu tiba-tiba babak belur dipukuli Albert di toilet sekolah. Aku berharap bahwa kejadian itu bukan karena aku. Namun sangat terkejut saat aku mendengar cerita dari Sony, bahwa Albert mengancamnya agar meninggalkanku.

Aku marah dan jengah. Apa urusan Albert sampai mengurusi masalah percintaanku?Kuceritakan semuanya oada mama dan tante. Mereka justru membela Albert, dan menyalahan aku yang telah menduakannya.

Aku makin jengkel, aku merasa keluargaku menjodohkanu secara sepihak. Tak ada cara lain, kulabrak Albert. Aku berpikir dengan cara itu,ia akan membenciku, lalu meminta mengakiri perjodohan takjelas itu pada orangtuanya.

Ketika aku melabraknya, dan berharap kami bertengkar hebat. Tapi ternyata hanya aku yang berteriak dan mengamuk padanya. Albert hanya diam membisu, tak bergeming sedikitpun. Tubuhnya yang tinggi dan besar justu merengkuhku dan mendekapku sangat kuat. Ia memohon dan berbisik lirih tak mau kehilanganku.

Aku makin meledak, mencoba paksa melepaskan dekapan itu. Kudorong tubuhnya hingga terjatuh ke lantai. Dengan kemarahan membuncah, aku segera berlalu meninggalkannya.(Bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun