Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Penyebab Banyak Anak Terjebak Judi Online dan Cara Mengatasinya

29 Juli 2024   21:59 Diperbarui: 29 Juli 2024   22:10 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: mediaindonesia.com

Maraknya permainan judi online ternyata bukan hanya menyasar pada orang dewasa, namun juga melanda banyak usia rawan, yakni generasi muda. Mengapa hal ini bisa terjadi dan bagaimana cara mengatasinya?

Sungguh sangat memprihatinkan ketika kita disuguhi pemberitaan di berbagai media massa, tentang mengguritanya permainan judi online di negeri ini. Bahkan yang lebih mengeluskan dada adalah, pelakunya bukan hanya orang dewasa, tapi juga generasi penerus Indonesia, yang rela mempertaruhkan nasibnya di meja judi.

Berdasar data Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) terdapat 197.054 anak-anak usia 11 sampai 19 tahun bermain judi online dengan deposit mencapai Rp 293,4 miliar, sebagaimana dikutip dari kompas.com (26/07/2024)

Penyebab anak terjerat judi online

Berikut beragam faktor penyebab yang membuat anak-anak generasi penerus muda negeri ini juga tercemar permainan judi online:

Longgarnya aturan agama

Ketika lingkungan keluarga yang membesarkan si anak kurang menerapkan norma-norma agama. Maka dengan mudahnya anak melakukan pelanggaran, sebab ia beranggapan bahwa judol alias judi online bukanlah hal spesifik yang dilarang. Sehingga tidaklah tabu dilakukan.

Bahkan boleh jadi lingkungan keluarga memberi pendidikan agama yang cukup, tapi cara pemberiannya hanya berupa teori, tanpa pembelajaran langsung, sehingga tidak menjadi praktek dalam keseharian anak. Anak mengetahui judol sebagai larangan, namun tanpa memahami akar larangan. Akibatnya, anak justru penasaran untuk melanggarnya.

Apalagi ketika lingkungan keluarganya sama sekali tidak menerapkan norma agama. Mungkin karena  menganggap agama sebagai imajinasi saja, tentu saja sanksi agama hanya dianggap khayalan. Akibatnya, bermain judi dianggap sebuah tradisi yang biasa dan tidak perlu dibesar besarkan.

Tidak memahami norma hukum

Norma hukum yang kurang dipahami oleh orangtua, apalagi bila tidak dipahami sama sekali. Tentu saja tipe orangtua yang seperti ini akan membuat anak terikut untuk buta hukum. Akibatnya anak tidak mengerti resiko hukum apabila melakukan permainan judi online.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun