Banyak orang bertanya mengapa menantu perempuan dengan ibu mertua selalu tidak bisa akur, kira-kira apa saja faktor penyebab dan cara mengatasinya ya?
Kita sering menjumpai cerita atau pun kejadian nyata tentang hubungan antara ibu mertua dengan menantu perempuannya yang tidak akur. Bahkan bisa saja terlihat akur, namun pada kenyataannya bagai api  dalam sekam, saling menyimpan rasa dendam dan kebencian.
Ketidakakuran antara menantu perempuan dengan ibu mertua jka ditelusuri lebih dalam, ada beragam faktor penyebabnya. Tetapi dapat diambil kesimpulan, bahwa ternyata faktor-faktor utama penyebabnya adalah:
Keegoisan
Keegoisan bisa terjadi pada ibu mertua karena merasa telah sedemikian berkorban jiwa raga untuk anak lelakinya. Namun ketika anak lelakinya telah sukses dalam kehidupannya, justru malah memikirkan dan menanggung kehidupan baru bersama pasangannya, sehingga ibu mertua terabaikan.Â
Belum lagi apabila si menantu perempuan membawa beban keluarga yang harus ditanggung oleh si anak lelaki. Tentu saja hal ini akan memicu tekanan batin pada ibu mertua, yang kemudian memicu sikap keegoisan. Akibatnya menuntut anak lelaki agar hanya terfokus kepadanya.
Demikian juga dengan menantu perempuan. Keegoisan dapat terjadi karena merasa si anak lelaki telah menjadi suaminya, sehingga ia merasa harus memliki sepenuhnya. Akibatnya ia akan melarang dan marah, bila suaminya mengunjungi atau memberi bantuan nafkah untuk  ibu mertua.
Cara mengatasi keegoisan di atas, tentu saja keduabelah pihak harus saling menahan diri. Sang ibu mertua berusaha memahami bahwa saat ini anak lelaki bukan hanya miliknya meski pun ia telah lelah membesarkan dan merawatnya.Â
Sedangkan menantu perempuan haruslah sadar diri bahwa dibalik keberhasilan dan kesuksesan suami yang dimiliknya saat ini, ada jasa ibu mertua di dalamnya.
Persaingan
Hal ini dapat terjadi karena Ibu mertua merasa diabaikan begitu saja, sehingga memicu keinginan ibu mertua agar si anak lelaki kembali mengingat jerih payah dan upaya saat membesarkannya.
Sedangkan pada menantu perempuan, persaingan akan terjadi apabila si menantu merasa perhatian si anak lelaki teralih ke ibu mertua dan keluarganya kembali. Akibatnya ia akan berupaya keras agar suami hanya fokus kepadanya dan melupakan ibu mertua.
Solusi mengatasi persaingan antar ibu mertua dan menantu perempuan, tentu saja anak lelaki harus mampu bersikap bijak, sementara masing masing pihak yang lain mengalah. Tidak perlu ada persaingan, sebab ibu adalah tetap seorang ibu yang tidak pernah terputus ikatan darahnya dengan anak lelaki. Demikian juga dengan menantu perempuan haruslah memahami hal tersebut, sehingga dapat mengendurkan sikap egoisnya. Apalagi bila si menantu perempuan menyadari bahwa kelak ia akan memiliki anak lelaki dan menantu perempuan juga.
Keserakahan
Keserakahan biasanya terjadi karena keinginan menguasai penuh perhatian dan finansial yang dimiliki anak lelaki. Ibu mertua khawatir kalau harta anak lelaki jatuh ke pihak menantu perempuan sebab dianggap sebagai orang baru. Sementara menantu perempuan menganggap harta suami adalah hak milik ia sepenuhnya. Sikap ini melahirkan keserakahan, sehingga berniat menyingkirkan ibu mertua.
Hal diatas tak seharusnya terjadi bila ibu mertua menyadari bahwa si anak lelaki telah memiliki pasangan hidupnya, sementara si anak lelaki tidak melupakan jasa dan pengorbanan ibunya. Demikian juga menantu perempuan, berusaha memahami bahwa ia hadir dalam sebuah kehidupan ibu dan anak. Sehingga perannya sebagai pendatang baru adalah mendamaikan, bukan menghancurkan dengan cara merampas dan menguasai anak dari tangan ibunya.Â
Kecemburuan
Hal ini biasanya terjadi pada menantu perempuan. Karena awal pernikahan, maka segalanya adalah milik berdua. Bahkan ibu mertua pun yang notabene seharusnya dihormati malah dicemburui.Â
Hal tersebut terjadi, karena menantu perempuan ingin anak lelaki hanya fokus kepada dirinya. Seluruh hati, jiwa, perhatian si anak lelaki yanya tertuju kepadanya. Akibatnya ia tak rela bila fokus perhatian suami terbagi pada sang ibu mertua.
Sedangkan kecemburuan pada ibu mertua dapat terjadi, sebab ibu mertua menganggap telah berkorban air mata dan darah untuk anak lelaki. Namun kemudian ia merasa tak lagi memiliki anak lelaki tersebut sebab telah direbut oleh menantu perempuan. Akibatnya timbul rasa frustasi dan kesedihan karena kehilangan anak yang telah dibesarkannya sepenuh jiwa.
Hal diatas tidak akan terjadi apabila keduabelah pihak, baik ibu mertua atau pun menantu perempuan dapat saling menghilangkan sifat leegoisan, keserakahan dan ingin menang sendiri. Saling memahami bahwa mereka kini telah nenjadi satu keluarga, tentu saja akan menguatkan ikatan kekeluargaan antara ibu mertua dengan menantu perempuannya.
Demikian beberapa faktor penyebab dan cara mengatasi permasalahan yang sering timbul antara ibu mertua dengan menantu perempuannya. Semoga membantu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H