Meskipun tantrum merupakan sesuatu hal yang biasa terjadi pada anak-anak, namun tidak bisa dibiarkan begitu saja. Sebab lama kelamaan akan menjadi sebuah kebiasaan, Â yang justru dapat menjadi bumerang bagi orangtua
Tantrum merupakan hal yang biasa  terjadi pada anak-anak. Hal ini terjadi karena mereka belum mampu, atau bahkan tidak tahu, apa dan bagaimana mengungkapkan keinginannya. Akibatnya, mereka memilih cara tercepat dan termudah, yakni dengan cara menangis meraung-raung, marah, mengamuk dalam melampiaskan emosinya.
Meskipun tantrum merupakan sesuatu hal yang biasa tejadi pada anak-anak, namun tidak bisa dibiarkan begitu saja. Sebab lama kelamaan akan menjadi sebuah kebiasaan, Â yang justru dapat menjadi bumerang bagi orangtua.Â
Sikap tantrum yang ditunjukkan oleh anak-anak memang sangat menjengkelkan, menyulut emosi, juga membingungkan para orangtua. Tetapi sudah seharusnya orangtua mampu mengatasi sehingga tidak kian berlarut larut.
Sebenarnya tantrum dapat dicegah terjadinya bila orangtua mengerti cara-cara terbaik dalam mengatasinya. Namun terkadang kelelahan yang dialami, terutama para ortu yang sibuk bekerja, membuat mereka tidak mampu mengatasi. Sehingga tantrum pada anak kian menjadi-jadi dan menyulut emosi tingkat tinggi.
Dalam pemahaman psikologis, tantrum sebagai bentuk keinginan anak untuk diperhatikan. Sementara, di sisi lain, ortu yang lelah juga menginginkan anak bisa sedikit memahami kelelahan. Dan ketika hal tersebut tak berjalan berdampingan, maka akan terjadi ledakan emosi yang dahsyar. Anak yang kian parah tantrumnya, sementara ortu kian meledak emosinya. Hal inilah yang dapat mengakibatkan terjadinya kekerasan pada anak-anak, baik secara verbal atau pun fisik.
Beberapa cara yang dapat dilakukan para orang tua untuk mencegah sekaligus menghadapi tantrum bila telah terjadi:
Â
Berkepala dingin
Saat anak mengamuk tidak jelas, ortu harus tetap berkepala dingin. Hati boleh panas namun kepala tetap dingin. Dengarkan dan perhatikan apa yang diinginkannya. Ketika anak telah lelah meluapkan amarahnya, ia akan diam, kemudian barulah mengungkapkan keinginannya.
Bersikap tenang
Ketika anak menangis meraung raung, berteriak, atau bahkan melempar barang barang. Ortu harus tetap tenang,Â
Mungkin memang tidak mudah, namun ortu dapat melakukannya dengan cara menghela nafas panjang perlahan, hembuskan. Tetapi jangan sampai hembusan nafas ini menarik perhatian anak.Â
Ketika anak melihat sebuah contoh ketenangan ortu, maka ia akan menirunya dengan diam tenang dan berhenti mengamuk.
Selalu ajarkan anak berdiskusi
Ketika menemui sebuah permasalahan, ajak anak berbicara, berdiskusi. Dengan demikian, alam pikirannya akan menuntun dan membimbingnya, bahwa segala macam permasalahan bisa dibicarakan baik-baik.
Ajarkan anak berempati
Ketika anak tantrum tak karuan, ortu belajar mendengarkan dan mengerti. Dengan empati yang diberikan, anak akan balik berempat, Sehingga  ketika ortu memintanya untuk berhenti mengamuk, ia akan melakukannya tanpa syarat.
Hal ini memang tidak mudah. Sebab ortu harus memberikan contoh secara lembut, perlahan, penuh ketulusan, dan kasih sayang. Anak-anak ibarta berlian , hati mereka bersih, sehingga mereka tahu apakah ortunya tulus atau tidak dalam menyayangi mereka.
Latih anak bertanggungjawab
Banyak ragam cara untuk mencegah tantrum pada anak, diantaranya adalah melatihnya untuk bertanggungjawab. Tanggungjawab meliputi banyak hal, misal mengajarinya merawat binatang piaraan, belajar makan di meja makan dengan rapi, belajar membereskan mainan, dan masih banyak lagi.
Semua hal yang mengajarkan sebuah tanggungjawab memang masih harus dalam pengawasan orangtua. Namun cara ini sangat efektif untuk mengajari mereka tentang sebuah tanggungjawab. Dengan cara demikian mereka akan memahami, bahwa ketika memiliki keinginan, tidak bisa serta merta memaksakan kehendaknya. Namun harus juga memiliki kewajiban untuk menghormati hak yang lain.
Demikian cara cara untuk mencegah atau pun menghadapi anak yang mengalami tantrum. Memiliki anak anak memang menyenangkan, namun di balik semua itu, ternyata tugas orangtua juga  tidak ringan. Diperlukan kasih sayang, ketelatenan, perhatian, dan kesabaran tingkat tinggi apabila ingin membentuk kepribadian positif anak yang dicita citakan.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H